Chapter 1

617 13 1
                                    

Assalamu'alaikum wr.wb

Kata demi kata ini kutulis untuk sekedar mengingat perjalanan hijrahku yang sudah kulalui sejak aku duduk dibangku SMP kelas 9, entah seperti apa baik atau tidaknya perjalanan ini aku tidak bisa menyimpulkannya.

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah An Nisaa' : 100)

Suatu hari tepatnya tanggal 26 Januari 2014 ketika usiaku bertambah, saat itu aku sadar aku sangat jauh dari kata baik, apalagi untuk menuju sebuah kata istiqamah. Tentunya semua orang menginginkan kebaikan bukan? Iya pastinya, namun entah mengapa saat itu aku belum sadar akan menjadi istiqamah itu penting. Aku masih saja sering melepas tudungku, ibarat tudungku itu sebuah topi yang ketika cuaca panas digunakan untuk berteduh, menutup wajah karena takut kepanasan tapi ketika cuaca panas mulai meredup aku lepaskan begitu saja. Belum terlintas dibenakku untuk istiqamah, bahkan khalwat yang kenyataannya dilarang oleh islam aku lakukan. Astaghfirullah dosa besar apa yang telah kuperbuat hingga hal yang dilarang islam pun kulakukan.

Hari itu tepatnya hari rabu, aku menjalani Tryout pertama, saat itu pelajaran matematika mata pelajaran favoritku, Tryout pun berjalan dengan lancar. Seminggu kemudian hasil Tryoutku dibagi, aku pun segera melihat, dan ternyata hasilnya tidak sebagus yang aku kira. Seketika aku meratapi selembar kertas itu, dan berpikir "ada apa dengan nilaiku kali ini? Kenapa begitu jauh dari yang kukira" batinku. Sepulang sekolah aku langsung menuju kesebuah cermin dikamarku, aku menatap diriku yang jauh sekali akan kata sempurna. "ya Allah apa yang sudah kulakukan, aku telah melanggar apa yang Engkau larang" batinku. Mulai saat itu aku sadar betapa pentingnya istiqamah, bahkan jika aku melanggar larangan-Nya tidak diragukan lagi dengan waktu yang lebih singkat dari yang aku kira, aku pasti akan menerima balasanya seperti halnya pepatah mengatakan "Barang siapa yang menanam ia akan menuai hasilnya".

Waktu demi waktu kulalui, entah mengapa sulit sekali menjadi istiqamah, lain halnya saat mengatakan "aku harus menjadi istiqamah" karena itu hanya sepenggal kata belaka, karna melakukan sesuatu itu tak semudah seperti saat kita mengucapkan, aku yakin setiap orang juga berpikir sama seperti diriku. Waktu itu ketika pelajaran BK, guru menceritakan tentang keajaiban surat Al-Waqi'ah dan Ar-Rahman, aku pun tertarik untuk mencoba apa yang dilakukan guruku mengenai keajaiban surat Al-Waqi'ah dan Ar-Rahman. Ternyata benar apa yang dikatakan guruku, sejak saat itu aku mulai membaca dan mengamalkannya setiap hari.

Alhasil yang kudapat nilai Ujian Nasionalku cukup memuaskan, Alhamdulillah aku pun lulus, selain itu hikmah lain yang kudapat dari itu aku pun sedikit-sedikit mulai menjauhi hal-hal yang tak seharusnya dilakukan seorang muslimah, yaa walaupun tidak banyak. Lagipula tidak ada hal yang tak membutuhkan proses bukan? Seperti kata pepatah "sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit".

Kini aku pun mulai menduduki bangku SMA kelas X, aku bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri Purwokerto 2. Awalnya aku tidak menerima keputusan ayahku untuk bersekolah di MA, karena impianku yang ingin melanjutkan ke SMA Favorit, tapi setelah aku pikir mungkin dengan bersekolah disana aku bisa lebih mendalami ilmu agama, terkait dengan niatku yang ingin berhijrah dan istiqamah. Hari demi hari kulalui, aku pun mempunyai banyak teman dikelas maupun diluar kelas. Tidak jarang kutemui teman maupun kaka kelas yang bisa membuatku termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.

Namun lagi-lagi aku melakukan kesalahan, aku dekat dengan seorang teman lawan jenis dikelas, mungkin bisa dikatakan mendekati khalwat dan berjalan sekitar lebih kurang 2 bulan. Setelah itu aku menyadari, kenapa aku melakukan apa yang dilarang agama lagi? Kenapa seperti sulit sekali untuk menghindari hal-hal yang seperti itu? Ibunda mengingatkanku akan pentingnya sholat sunnah dhuha, aku berpikir sejenak "mungkin dengan begitu aku bisa memperkuat imanku untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama lagi" batinku. Dan ternyata benar, Alhamdulillah kulakukan dengan rutin walaupun tidak jarang hal-hal manusiawi manghampiriku seperti malas maupun lupa.

Semester 2 berjalan, jilbabku pun mulai memanjang hingga menutup perut. Tidak sedikit catatan-catatan yang kubaca mengenai Hijrah, begitupun pelajaran yang kudapat seperti "Pentingnya jilbab sebab baktinya seorang anak kepada ayahnya" benar, aku sadar akan hal itu, jilbabnya seorang anak perempuan adalah surga ayahnya, sebab sehelai rambut seorang anak perempuan bisa menarik ayahnya ke neraka. Selain itu, menutup aurat memanglah kewajiban bagi setiap akhwat yang sudah baligh. Ingat ya saudariku! Jikalau kamu tidak mau masuk neraka maka laksanakanlah kewajibanmu sebagai umat islam.

"Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." (Surah Al-Ahzab : 59)

Ada sebuah alasan dibalik jilbab panjangku ini, salah seorang kakak kelasku panggil saja dia Kak Disha. Awalnya aku tak mengetahui namanya, namun aku segera mencari tau siapa namanya. Iyaa, mungkin saat itu aku belum mengenalnya karena dia orangnya sangat tertutup entah itu pada ikhwan maupun akhwat yang belum ia kenal. Tapi aku salut denganya, dengan cara berpakaianya bisa dikatakan sangat Syar'i. Aku berpikir mungkin jika aku seperti dia, akan lebih baik. Banyak orang bilang berjilbab Syar'i itu panas, risih atau apalah. Tapi setelah aku mencoba untuk Syar'i ternyata tidak benar seperti yang dikatakan orang-orang. Justru dengan seperti ini aku bisa selalu ingat akan kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan setiap orang islam.

Kak Disha juga seorang hafidzah, suaranya pun sangat lembut. Masya Allah andai aku seperti dia, maka aku tak akan pernah bisa berhenti bersyukur. I will very thankful, if i can like she, because that is the best thing for me, but it's just an expectation. Tapi waktu takan pernah tau kapan berhentinya, mungkin suatu saat aku bisa menjadi seperti Kak Disha. Tak apa jika tidak sekarang, selama ajal belum datang padaku dan selama waktu belum berhenti aku akan terus mencoba menjadi sepertinya. Yang kumaksud saat ini bukanlah untuk berusaha menjadi orang lain, tapi menjadi diriku yang berbeda dengan yang dahulu dengan menuju kebaikan yang dirodhoi Allah SWT. Atau biasa kita sebut Hijrah.

Perjalanan HijrahkuWhere stories live. Discover now