Prolog

18.2K 658 22
                                    


"Yaudah deh hati-hati ya kalian."

    "Zer cepet tuh dihalalin udah lulus keburu ditikung orang loh," goda Ardel.

   "Doain aja ehehe," jawab Zerrin sambil tertawa membuat Fasya tersenyum malu. Setelah puas menggoda Fasya dan Zerrin mereka pun memutuskan pergi meninggalkan dua pasangan itu.

   "Sya orang tua kamu mana?" tanya Zerrin dia ingin menemui orang tua Fasya untuk membicarakan sesuatu kepada mereka.

  "Itu disana ayo." Fasya mengantar Zerrin menemui orang tuanya yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.
....

     "Mah kenalin Zerrin, temen deket aku," ucap Fasya memperkenalkan Zerrin ke ibunya yang sedang berbincang-bincang dengan temannya.

  "Duh bu, kayaknya anaknya udah mau nikah muda juga nih," ledek temannya yang melihat Fasya membawa seorang laki-laki.

  "Jangan nikah muda Fasya enggak enak mending kerja dulu kayak anak saya kamu kan pinter sayang kalau nikah muda. Mending cari kerja dulu yang mapan," ucap teman Mamahnya lagi.

   Fasya hanya tersenyum masam sambil memandang Zerrin tidak enak. Pasti Zerrin tersinggung walaupun raut mukanya hanya biasa saja seperti tidak terpengaruh dengan sindiran teman mamahnya.

   "Mah ayo kita bicara sebentar," ucap Fasya lagi. Mamahnya sebenarnya sedikit kesal dengan Fasya membuat dirinya dipermalukan teman-temannya.

  "Yaudah saya permisi dulu ya kalian nikmatin aja dulu hidangannya," ucap Mamahnya Fasya. Mereka pun berpisah dari tempat itu menuju tempat lain.

  "Mau bicara apa si, Sya. Aturan kan bisa nanti aja kamu itu bikin mamah malu aja," kata Mamahnya kepada Fasya.

  "Maaf Ma tapi ada yang mau dibicarain sama Zerrin. Mamah, Papah sama Kakak," jawab Fasya. Setelah itu mereka menghampiri Ayah dan Kakaknya pula lalu menuju ke ruang yang sedikit private untuk membicarakan sesuatu kepada mereka.

   "Jadi apa yang ingin nak Zerrin ucapkan kepada kami?" tanya Papahnya mengawali pembicaraan mereka.

  "Maaf sebelumnya menganggu kegiatan berbincang Om, Tante sama Mas Ferdi tadi. Maksud saya menemui  kalian semua untuk membicarakan hal serius tentang hubungan saya dengan Fasya Om, Tante."

    "Hubungan serius apa maksud kamu?" serobot Mamahnya.

  "Jadi, saya dan Fasya sudah dekat akhir-akhir ini, Tante...."

  "Udah deket kok Fasya enggak pernah cerita ke saya, kalian pacaran?" tanyanya lagi memotong pembicaraan Zerrin.

  "Mah dengerin Zerrin dulu, Mah."

  "Kamu kenapa jadi bela dia sih Fasya?!" jawab Mamahnya lagi.

  Saat Fasya hendak memotong pembicaraan Mamahnya lagi Papah Fasya segera menyelak mereka agar tidak terjadi perdebatan, "Lanjutkan Nak Zerrin."

  Zerrin pun mengangguk, "Maaf tante, saya enggak pacaran sama Fasya kami hanya dekat saja. Makanya saya ketemu Om, Tante dan Mas Ferri ingin membicarakan keseriusan saya dengan Fasya."

  "Kamu tahu kan Ferri belum nikah? Kamu mau ngelangkahin anak pertama saya?" tanya Mamahnya Fasya lagi dengan nada yang tidak ramah kepada Zerrin. Fasya pun jadi merasa tidak enak juga dengan Kakaknya apa yang dikatakan Mamahnya benar juga.

  "Feri enggak papa kok, Mah. Kalau emang Fasya mau duluan, Ferri enggak papa."

   "Enggak bisa gitu dong, Fer," jawab Mamahnya lagi.

   "Lagian Fasya itu lulusan S2 baru lulus belum kerja juga. Seandainya dia nikah nanti dia bakal jadi Istri percuma dong Fasya kuliah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jadi Istri setelah lulus tahu gitu dulu enggak usah kita kuliahin aja dia. Buang-bungan duit aja!"

  "Mah jaga bicara kamu," ucap Papahnya. Sedangkan Fasya hanya bisa menangis dalam diam, sudah pertanda Mamahnya tidak menyetujui hubungan serius mereka.

  "Pokoknya Mamah enggak setuju kamu nikah sebelum kamu kerja terus mapan, Fasya!" bentak Mamahnya lalu pergi dari tempat tersebut membuat Zerrin pun menjadi tak enak hati berniat serius dengan Fasya di saat tidak tepat.

  "Mah!!!" panggil Ferri melihat Mamahnya pergi dari sana.

  "Kalian lanjutin aja pembicaraan kalian, biar Ferri yang bilang baik-baik ke Mamah," ucap Ferri lalu menyusul Mamahnya.

  "Maaf Om jadi membuat keributan seperti ini, jika Om juga tidak mengizinkan saya melanjutkan ke jenjang serius dengan Fasya juga saya ikhlas Om," ucap Zerrin tulus.

  "Rin...." Fasya melihat Zerrin dengan lesu tidak adakah usaha untuk meluluhkan mereka kenapa malah menyerah begitu saja.

  "Sya menikah itu sekali dan menikah itu harus dengan restu orang tua, Sya supaya kehidupan rumah tangga kita pun diberkahi Allah.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: رِضَا الرَّبِّ فِى الرِّضَا الْوَالِدَيْنِ وَ سَخْطُهُ فِى سَخْطِهِمَا

Artinya: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda,”Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan keduanya.” (Riwayat Ath Thabarani)." Fasya hanya mampu diam setelah Zerrin mengucapkan itu. Apa yang dikatakan Zerrin benar dia tidak bisa menikah tanpa restu orang tua. Banyak di luar sana dengan restu orang tua saja bercerai apalagi dia nantinya tidak direstui oleh Ibunya. Ibunya yang susah payah melahirkannya dan merawatnya sejak kecil.

   "Nak Zerrin karena situasinya mungkin juga belum tepat kita bicarakan ini lain kali saja ya. Saya akan berbicara baik-baik dengan istri saya dan membahasnya dulu dengan keluarga saya. Kalau boleh tahu kamu lulusan kuliah mana?" tanya Papahnya lagi.

  "Saya hanya lulusan SMA dan bekerja di sebuah kantor swasta, Om," ucap Zerrin.

   "Apakah kamu tidak berniat lanjut kuliah?"

  "Mungkin nanti iya om sekarang saya harus membiayai sekolah adik saya dulu."

  "Lalu dari mana biaya jika nantinya kamu serius menikah dengan anak saya?"

  "Inshaallah saya punya tabungan yang saya bagi-bagi untuk keperluan sendiri ataupun keluarga saya. Dan karena menikah itu ibadah inshaallah nanti rezeki datang dari arah yang tak terduga om, Asalkan niat kita baik Inshaallah Allah permudah jalannya. Tinggal kitanya saja usaha dan tawakal," jawab Zerrin mantap tanpa ragu sedikitpun.

  "Yasudah ini kita bicarakan lain kali saja saat kondisinya sudah memungkinkan."

"Baik Om. Maaf mengganggu waktunya, Om," kata Zerrin.

  "Tidak apa-apa." Setelah itu mereka pun keluar lagi untuk menyambut tamu-tamu yang masih datang.
.....

   Dalam Mazhab Syafi’i yang banyak dianut di Indonesia, rukun nikah yang menjadi syarat sahnya pernikahan ada lima, yakni ijab kabul (shigat), mempelai pria, mempelai wanita, dua orang saksi, dan juga wali.

Dari segi rukun di atas, memang restu orangtua tidak termasuk. Namun adanya wali yang seharusnya merupakan ayah atau saudara laki-laki kandung dengan jelas mengisyaratkan adanya keharusan keterlibatan keluarga kandung dalam pernikahan. Artinya, harus ada restu agar pernikahan bisa diberkahi.

Apalagi, bila yang tidak memberikan restu adalah orangtua dari pihak perempuan, pernikahannya bisa dianggap tidak sah. Karena selagi masih punya ayah atau saudara laki-laki, perempuan tidak boleh memakai wali hakim untuk menikah.

Jika orangtua pihak laki-laki yang tidak memberikan restu, memang tidak akan memengaruhi rukun sahnya pernikahan. Akan tetapi, rumah tangga yang tidak mendapat restu orangtua, hingga berkonflik pastinya tidak akan bahagia.

Banyak orang yang berkonflik dengan orangtuanya karena masalah restu saat ingin menikah, hingga akhirnya memaksa kawin lari, dan putus hubungan dengan keluarga kandung. Hal ini tentunya akan menghantui seumur hidup dan membayangi pernikahan kalian.
****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setulus Cinta FasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang