prolog

7.4K 328 40
                                        

Hai hai readers ku, apa kabar? Masih suka baca ini?

Gue cuman mau ngasih tau, kalo gue mau revisi cerita amburadul ini, kalian pasti sakit mata bacanya,  gue pun yang nulisnya sama, makanya biar nyaman, sambil ngisi waktu luang gue revisi dikit-dikit. Tenang nggak akan di unpub kok, santai ae bacanya gausah kebut.

Oh ya, ada satu hal lagi yang mau gue kasih tau sama kalian, guys, gue sangat berharap kalian bisa bersikap bijak dalam membaca karya seseorang. Jadilah pembaca yang bisa mendukung dan mengapresiasi karya orang.

Intinya, jangan cuman jadi silent readers guys, kalian gak usah comment its okay, but apakah cuman vote doang bikin kalian rugi? Enggak kan? So, come on, give me a yellow stars to appreciate my story.

Kalau kalian minta feed? Its okay, tinggal bilang aja. Okey so the last words from me, keep reading my story and dont forget to vote it. Thank you, i love you!

______________________________

Hujan masih saja berlomba-lomba turun dari dua jam yang lalu, waktu yang membosankan jika hanya terdiam ditempat dan memandang nya saja. Membuat mengantuk!

Itu lah yang dialami Nufa sejak tadi, duduk di bangku kelas sambil masih terpaku pada air hujan yang jatuh tanpa henti, di luar. Sedangkan Irene teman sebangkunya, masih asyik dalam dunia mayanya di dalam ponsel.

Kelas masih tetap sunyi, tak ada guru di depan. Setengah dari tiga puluh dua murid tertidur di bangku nya masing-masing. Entah karna udara yang terasa dingin atau kelelahan, hari ini memang sangat sendu dan membuat semua orang mengantuk.

Empat puluh menit berlalu dan bel pulang sekolah berdering kencang memekikan telinga. Beberapa anak yang tertidur akhirnya bangun dan membereskan buku pelajaran di mejanya masing-masing.

"Nunu, lo mau nunggu disini dulu?" tanya Irene yang sedang memperbaiki tampilannya di depan cermin persegi berukuran kecil yang selalu dibawanya kemana-mana.

"Mm, kayaknya sih, soalnya ujan nya masih gede. Gue gak bawa payung lagi," Nufa menjawab dengan malas.

"Oh gitu, kalau gitu gue duluan ya?" Irene menggendong tas ransel nya bersiap untuk pulang.

"Lo pulang sama siapa ren? Kan masih ujan, nanti make up lo luntur looh," Nufa menunjuk wajah Irene yang sudah terias rapi dengan polesan make up simple itu.

Irene menpis tangan Nufa, "Ihh nggak lah, orang gue kan mau bareng sama someone, naik mobil pula." ucap Irene berseri-seri.

"Idih sombong lu, sama siapa emang? Riki ya? Atau Marvel?" tebak Nufa.

Irene memutar bola mata sebal, "Diih itu mah udah kelaut kali, ini mah baru dong. Lo pasti kaget kalo tau, jadi nanti aja gue kasih tau nya. Yaudah gue duluan ya Nu, bye." Irene mencium pipi Nufa yang menyisakan bentuk bibir berwarna pink di pipinya, lalu pergi keluar kelas.

"Ihh... dasar cewe genit pake nyium segala," celoteh Nufa sambil mengelap pipinya menggunakan tissue.

*******

Hujan masih tetap deras mengguyur di luar sana. Sesekali Nufa menguap sambil membalik kan lembaran novel terjemahan yang sedang ia baca.

Kelas sudah kosong hanya tersisa dirinya yang masih betah mematung di bangkunya, "Dih, orang orang pada kemana sih, kenapa gue doang yang ada disini?" Nufa celingukan, tiba-tiba Nufa teringat kisah hantu di kelas nya yang diceritakan Irene kemarin. Seketika bulu kuduknya berdiri.

"Kok gue jadi merinding yah, dasar si Irene nyeritain hantu mulu dari kemaren-" Nufa menghela napas.

"-Gue kan jadi inget terus." ucap Nufa sambil mengusap tengkuknya.

Dengan cepat Nufa pun membereskan buku-buku yang berserakan di meja karena hawa kelasnya sudah mulai tak bersahabat.

Duk... Duk...

Aktivitas Nufa terhenti saat mendengar sesuatu dari belakang, ia menelan salivanya kasar. Pikirannya mulai menerka-nerka suara yang terdengar di bangku paling belakang.

"Mama, Itu hantu bukan ya, kenapa gue merinding gini," ringis Nufa suaranya bergetar ketakutan.

"Itu pasti angin, iya bener lo gak percaya hantu Nuf, Itu angin cuman angin." ujar Nufa meyakinkan dirinya sendiri.

Brakk..

Suara jendela terbanting sontak membuat Nufa berteriak "aaa... setaaan," Nufa berlari kocar kacir keluar dari kelas, ia tetap berlari di lorong depan kelasnya sambil Sesekali menengok ke belakang takut-takut hantu itu mengejarnya.

"Anjirr!!" Karna terus melihat kebelakang akhirnya ia menabrak seseorang yang ia yakini lelaki, hingga mereka terjatuh tengkurap.

"Aduhhh... lo gila ya? Udah teriak teriak ga jelas, nabrak orang lagi!" bentak seseorang sambil beranjak berdiri.

Nufa bangkit, "Ma-maaf habisnya saya tadi panik." Nufa masih menunduk tak berani melihat orang di depannya, karna malu.

"Ishh... sial banget gue," ringisnya menepuk-nepuk bajunya yang kotor.

Nufa menggigit bibir bawahnya.
Lalu perlahan mendongkak memandang orang yang memarahinya.

Mata Nufa membulat saat melihat orang di hadapannya.

"Lo!!" teriak Nufa heboh.

I'm With YouWhere stories live. Discover now