ADAKAH CINTA DI HATIMU? (5)

60.8K 4.3K 114
                                    


Cerita telah diterbitkan. Telah tersedia dalam bentuk Novel dan Ebook
Dilarang keras playgiat/copypaste dan sejenisnya. Hak cipta terlindungi karena cerita sudah ber-ISBN dan terdaftar di PERPUNAS.
***************


Rinai gerimis yang tengah menari-nari di luaran sana seakan menambah dingin yang menusuk di relung hati Illyana. Sudah pukul dua dini hari tapi mata Illyana masih belum bisa terpejam juga.  Hati Illyana tak karuan rasanya, setelah Diftan merenggut hak nya dengan cara yang diluar dugaannya, kini Illyana merasa sendiri. Illyana tergugu dalam tangisnya.
Illyana beranjak ke kamar mandi. Dibawah guyuran shower Illyana mengeluarkan sesak yang sudah ditahannya sedari tadi. Hatinya menjerit mengingat apa yang sudah Diftan lakukan padanya. 'Memberikan apa yang menjadi hak-nya adalah kewajibanku ya Allah, tapi haruskah dengan cara seperti ini.' jerit Illyana dalam hati.

Illyana terduduk lesu di bawah guyuran air shower, tidak peduli sudah berapa lama ia ada disitu dan tidak peduli tubuhnya sudah menggigil bahkan terlihat pucat, namun ia masih enggan untuk beranjak dari tempat itu.

Diftan mengerjapkan matanya saat tubuhnya merasa dingin. Tidak seperti biasanya, hawa dingin AC begitu menusuk sampai ke tulangnya. Perlahan ia membuka mata saat merasa kepalanya terasa berat sekali. Diftan mengamati tubuhnya yang hanya berbalut selimut itu. Ia segera tergagap bangun saat menyadari tubuh di bawah selimut itu polos tanpa sehelai benangpun. Matanya pun menangkap bercak noda darah yg tertinggal di sprei atas ranjangnya. "Shit!! Apa yang udah aku lakuin!" ucapnya merutuki dirinya sendiri.

Diftan segera bangkit meraih boxer dan kaos dalamnya dan secepat mungkin memakainya. "Illyana," gumamnya saat menyadari Illyana tidak ada disitu.

Diftan mendengar suara rintihan dari dalam kamar mandi. Segera ia mengetuk pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. "Illyana, apa kamu di dalam. Bukalah pintunya," Diftan menggedor pintu kamar mandi dan memanggil-manggil Illyana namun tidak ada sahutan dari dalam.

"Bukalah pintunya Illyana, aku mohon." Diftan mulai merasa kawatir karena masih belum mendengar suara Illyana.

'Braaaaak!!'

Diftan akhirnya mendobrak pintu kamar mandi. Matanya tertegun melihat sosok yang tergeletak tak berdaya di bawah guyuran air shower. "Illyana, heii..buka mata kamu," ucapnya menepuk-nepuk pupi Illyana dengan lembut.  Diftan segera menggendong tubuh basah kuyub istrinya itu dan membaringkannya di ranjang dengan hati-hati. Illyana masih belum membuka matanya juga. 

'Ya Tuhan, apa yang udah aku lakuin sama Illyana,' batin Diftan mengusap kasar wajahnya.

Diftan jadi bingung sendiri dengan keadaan ini. Illyana terlihat semakin pucat dan menggigil, mau tak mau Diftan harus menggantikan pakaian istrinya itu.
Mau minta tolong bik Sum, yang ada nanti malah curiga, suami istri kog masih sungkan. Bukankah seharusnya memang sudah tidak perlu ada yang saling ditutupi satu sama lain. Lagi pula ini tengah malam, bik Sum juga mungkin sedang istirahat. Akhirnya Diftan sendiri yang menggantikan baju Illyana setelah terlebih dahulu mengelap tubuh basah Illyana dengan handuk.

Diftan memandang wajah pucat Illyana dengan rasa bersalah. Tidak seharusnya ia melakukan ini padanya. Meskipun Illyana adalah istrinya dan itu adalah hak-nya, tapi tidak seharusnya Diftan melakukan dalam keadaan setengah mabuk seperti tadi. Sebenarnya Diftan masih sadar dan tidak benar-benar mabuk, tapi karena begitu kuatnya pengaruh dari obat yang telah dicampurkan ke minumannya lah yang membuatnya tidak bisa mengendalikan nafsunya.

"Maafkan aku," ucapnya mengelus pucuk kepala Illyana yang masih terpejam. Setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh Illyana, Diftan beranjak keluar kamar dan memilih untuk tidur di kamar Zidan.

Illyana membuka matanya sepeninggal Diftan dari kamar mereka. Sebenarnya Illyana sudah terbangun sajak Diftan menggantikan pakaiannya, namun ia pura-pura masih terpejam karena gugup dan gemetar saat Diftan menyentuh lagi tubuhnya setelah penyatuan yang tidak Illyana harapkan terjadi dalam keadaan seperti itu.
Tangan Illyana bergerak memegang pucuk kepala yang sempat di usap oleh Diftan tadi. 'Adakah Cinta di hatimu untukku Mas,' ucapnya dalam hati sebelum beranjak untuk mandi dan bersiap-siap melaksanakan tahajud.

CINTA SUCI ILLYANA (TAMAT/TERBIT NOVEL)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora