My Younger Brother

46 2 0
                                    

Semua yang dilakukan dengan bermain, pasti akan terasa sangat menyenangkan.

.
.
.
.
.

Story by Takaya_Miharu
Character by Takaya_Miharu
Pict bukan milik saya
.
.
.
.
.

Di sebuah rumah yang besar nan megah. Bila kalian melihatnya secara langsung, mungkin akan berpikiran kalau ini istana.

Ya. Rumah besar bak istana yang bernuansa putih dan emas. Begitu indah dan memukau.

Terlalu indah untuk ditempati.

Terlalu indah untuk dipandang.

"Adek! Ayo mainan!" teriak riang seorang lelaki tampan berambut coklat, yang berada di ruang tamu.

"Aahh! Lagi sibuk main PS nih! Ngganggu amat!" omel adiknya yang masih sibuk bermain PS4 yang baru dibelinya kemarin.

"Yakin nggak mau main sama kakak? Permainannya seru plus menyenangkan looh..." iming kakaknya yang membuat si adik diam.

Adik pun segera keluar dari kamar.

"Apa la- APA YANG KAU PEGANG ITU, DASAR LAYOR BODOH!" seorang yang dipanggil Layor hanya tersenyum manis dan melangkah maju ke depan. Tepat mengarah ke adiknya.

"JANGAN MENDEKAT! DASAR BODOH!" teriak adiknya histeris. adiknya mundur perlahan ke belakang.

"Jangan berteriak, nanti permainannya nggak seru plus nggak menyenangkan." ucap Layor yang semakin dekat dengan Rayon.

"DASAR BODOH! SIALAN! SETAN! GILA! MENYINGKIR DARI HADAPANKU!" teriak sang adik yang memundurkan langkah kakinya perlahan.

Sayang sekali, seandainya si adik tak berkata seperti itu, mungkin nyawanya akan dimaafkan.

Gila. Bodoh. Adalah ucapan yang paling menohok Layor. Layor adalah anak pintar ber IQ tinggi, sopan kepada semua orang dan sangat suka warna merah. Ia tak terima disebut GILA. Oleh adik angkatnya.

Ya, dia adalah adik angkat Layor yang bernama Rayon.

Kedua tangannya masih setia memegang dua belah pedang yang sangat ia sukai.

Itu adalah pedang Katana. Pedang sepanjang 2 meter dengan ketajaman yang melebihi kapak dan ukuran berat benda yang sangat ringan.

"Seharusnya, pedang Katana ini kubuat cosplay. Aku ingin menjadi Aoto. Tapi, eventnya belum datang. Daripada nggak dipakai, lebih baik dicoba dulu keasliannya, kan?" ceritanya panjang lebar.

Crat!

Secepat kilat, salah satu pedang Katana itu sudah tertancap di perut adiknya.

"Ugh! Bo-bodoh!" rutuk si adik kepada sang kakak.

"Dan pedang ini aku beli dari uang kerja sambilanku." jelas Layor yang masih menancapkan pedang Katananya di perut Rayon. Tanpa peduli rutukan adiknya tadi.

"Ibu selalu mementingkan dirimu, aku anak kandungnya sendiri saja, tidak diurusi." Layor mulai bercerita.

Crat!

Tak lupa menusukkan pedang Katana satunya lagi di leher.

"Aku malah merasa seperti anak angkat. KAU YANG SEHARUSNYA BERADA DI TEMPATKU! DIJELEK-JELEKKAN OLEH IBU! DISURUH TIDUR DI TERAS RUMAH! DIBERI MAKAN SEDIKIT! SEMUA ITU HARUSNYA KAU YANG MENDAPATKANNYA! BUKAN AKU! BUKAN ANAK KANDUNG SEPERTIKU YANG MENDAPAT PERLAKUAN SEPERTI ITU!" Layor membentak Rayon sampai menggigil ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa.

Craat!

Dengan cepat, Layor menarik kedua pedang kesayangannya dari tubuh Rayon.

"Tapi, sekarang aku tak perlu khawatir lagi. Karena sebentar lagi kau akan mati dan aku akan mendapatkan apa yang seharusnya kudapatkan." lelaki itu segera melayangkan gagang pedang Katana ke wajah putih Rayon.

Are You? Where stories live. Discover now