[3]

2.2K 310 9
                                    

Hari-hari Chaeyeon diisi dengan kegiatan yang sama. Duduk seharian di ruang kerja, membuat sketsa gambar rancangan untuk mode musim depan. Kadang Chaeyeon juga harus meeting dengan bagian marketing, bagaimana kemauan pasar saat ini dan bagaimana trend yang banyak digemari oleh pembeli agar bisa meningkatkan nilai penjualan.

Ini memang langkah awal yang sulit. Memulai bisnis dari awal memang harus seperti ini dulu. Tidak bisa langsung dapat keuntungan dengan cara mudah. Harus pintar-pintar melihat peluang agar bisa berkembang. Ya, setidaknya Chaeyeon punya dasar ilmu berbisnis meskipun dia mengaku bukan passionnya. Dan tidak akan ada yang percaya kalau Chaeyeon bilang dia punya gelar Sarjana Ekonomi.

Ya, karena setelah lulus menjadi Sarjana Ekonomi, Chaeyeon lebih memilih pergi ke luar negeri untuk sekolah lagi daripada mengambil jabatan yang sudah disiapkan oleh ayahnya di perusahaan milik ayahnya.

Dua tahun Chaeyeon melanjutkan pendidikannya di London College of Fashion, University of the Arts London. Memang sangat tidak sesuai dengan gelar Sarjana Ekonomi yang diperoleh sebelumnya. Dia bahkan sempat mendapat protes dari beberapa orang-orang terdekat seperti sahabatnya Choi Yuju. Yuju bilang lebih baik jika Chaeyeon melanjutkan S2 Magister Ekonomi daripada sekolah menjadi desainer. Tapi Chaeyeon tetap memutuskan apa yang sudah menjadi pilihannya.

Setelah lulus dari sekolah desainer, Chaeyeon tidak mau pulang dan menetap di sana. Dua bulan setelah hari kelulusan, dia diterima sebagai asisten desainer di H&M, sebuah brand ternama di London. Dan selama tiga tahun bekerja di sana, Chaeyeon kira sudah cukup punya pengalaman untuk membuat brandnya sendiri.

Sebuah notifikasi membuat ponsel yang ia letakkan di atas mejanya bergetar. Dengan malas Chaeyeon membuka lockscreennya, dan menampakkan pesan dari Choi Yuju. Sahabatnya itu orang yang paling heboh saat Chaeyeon bilang dia akan pulang dari London. Dia juga bilang kalau Chaeyeon harus menemui Yuju pertama kali sebelum ia bertemu dengan orang lain. Dan kali ini pesan Yuju berisi kalau dia tiga puluh menit lagi akan berkunjung ke tempat Chaeyeon.

Chaeyeon tersenyum simpul membalas pesan sahabatnya dan mengirimkan alamat workshopnya. Bagaimana bisa gadis itu main-main di luar sedangkan ini masih jam kerja kantor. Chaeyeon akhirnya meneruskan membuat beberapa sketsa menunggu Yuju datang.

Mungkin sudah setengah jam lebih tangannya tak berhenti menggoreskan pensil di atas permukaan kertas putih. Sudah ada hampir sepuluh lembar sketsa mode yang berhasil Chaeyeon selesaikan. Tak lama kemudian terdengar ketukan dari pintu. Tampak wajah Yeonjung yang ia lihat lebih dulu, kemudian senyuman lebar Yuju setelah itu.

"Yuju!"

"Chaeyeon! I miss you a lot."

"Yeah, me too."

Mereka saling berpelukan, melepas rasa rindu setelah bertahun-tahun berbeda benua. Meskipun mereka dipisahkan dengan jarak yang jauh, tapi tidak memutus persahabatan mereka. Chaeyeon dan Yuju masih sering menghubungi satu sama lain, kadang mereka akan bertelepon ria atau main di skype sampai berjam-jam demi curhat tidak peduli meskipun sedang tengah malam.

Chaeyeon senang melihat mata berbinar Yuju saat bertemu dengannya. Tak henti-hentinya gadis berambut panjang itu berteriak excited seperti baru saja mendapatkan hadiah yang dia inginkan sejak lama. Hingga saat makan siang tiba, Chaeyeon sebenarnya agak malas keluar kantor tapi kalau Yuju yang memaksa dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut.

Dua gadis ini memilih makan siang di restoran dengan menu masakan rumahan seberang workshop Chaeyeon. Mereka masih betah ngobrol berdua bahkan setelah semua makanan yang mereka pesan habis. Yuju yang banyak bercerita tentang pekerjaannya sebagai Sekretaris seorang Wakil Direktur di Perusahaan Perbankan. Gadis itu banyak mengeluhkan atasannya yang seenaknya sendiri hingga sering membuatnya darah tinggi, yang dibayangkan oleh Chaeyeon adalah laki-laki tua berkumis dengan perut gendut. Chaeyeon hanya tertawa kecil mendengar sahabatnya bercerita dengan menggebu-gebu.

"Ah iya, kau sudah dapat undangan reuni SMA kita?" tanya Yuju tiba-tiba. Chaeyeon hanya mengangguk.

Sebenarnya Chaeyeon tidak ingin membawa bahasan tentang reuni SMA, tapi Yuju mengingatkannya.

"Aku tahu kau pasti datang ke sana."

"Ya, Dokyeom tidak berhenti menerorku agar aku mau pergi ke sana. Dia tidak tahu pekerjaanku di kantor seperti apa, tapi main memaksa saja."

Chaeyeon terkekeh. Di satu sisi dia senang sahabatnya masih tetap langgeng dengan pacarnya sejak SMA. "Why not?"

"Kau juga paham kelakuannya, Chae. Dia akan meninggalkanku sendirian setelah dia bertemu teman-temannya. Dan itu sangat menyebalkan," ujar Yuju. "Ah, kau akan pergi ke sana juga kan?"

Chaeyeon meneguk setengah gelas lemontea miliknya, kemudian mengendikkan bahunya, "entahlah."

"Ayolah, kalau kau datang aku tidak akan sendirian di sana," rayu Yuju.

"Aku belum memikirkan datang atau tidak."

Bukan belum memikirkan, yang sebenarnya Chaeyeon berencana tidak akan datang.

Yuju tersenyum jahil. Chaeyeon akan susah menolak ajakannya jika Yuju sudah mengeluarkan rengekan andalannya untuk merayu Chaeyeon. "Akan kupastikan kau datang bersamaku."

*

*

*

*

Sinyal internet lagi ga stabil jadi upload tengah malem gini 😂😂😂
Udah bangun cuma buat ini doang, mau balik tidur lagi. Thanks for reading, see you next chapter ❤

Meant To BeWhere stories live. Discover now