[VII] Part II

49 9 28
                                    

[Tujuh]

Novacea Corporation
Lantai 20, Ruang Direktur


"Lama tidak jumpa, Gayatri."

Lelaki yang duduk di hadapanku... di hadapanku... di ...

"Terima kasih Pak Fahmi, anda bisa kembali. Oh tenang saja, saya hanya ingin mengobrol sebentar dengan teman SMA saya. Saya harap saya tidak menganggu produktifitas departemen anda?

"Nona Gayatri sedang magang di bagian IT, bukan bagian saya, Tuan Kenzi. Saya permisi kalau begitu."

Kenzi

KENZI

KENZIIIII

No Pak Fham, No, jangan tingalkan akuuu! Noooo, jangan, jangan menuju pintu itu..

Cklek

NO PAK FHAM NOOO, BERHENTI, JANGAN PERGI! Kaulah satu-satunya harapanku! Kalau kau pergi, mahluk itu ... mahluk itu ... akan berubah jadi... jadi...

"Saya permisi,"

Cklek

...

..

.

DASAR PRIA TUA TIDAK PEKA! Tak bisakah kau menangkap sinyal-sinyal S.O.S yang kupancarkan??!!!

Aku membalikkan badanku, menatap ngeri mahluk yang duduk di meja bertuliskan 'Managing Director'.

Pria yang merupakan mimpi burukku,

Perwujudan dari kebodohanku,

Pengingat akan masa kelamku,

Kenzi Surya Maheswara.

Aku menatapnya, dia menatapku, masih dengan senyum sok baiknya. Haa, entah sudah berapa ratus orang yang tertipu dengan senyum itu.

Tigapuluh detik berlalu.

Kenzi masih belum melakukan apapun. Sumpah, keheningan ini malah membuat bulu kudukku berdiri.

Aku berusaha memfokuskan pendengaranku, berusaha menangkap kata-kata yang keluar dari mulut neraka hidup ini.

Namun,

"Yo, Judeeh~~~ 'pa kabar, Judeeh?"

Ya, mahluk yang disebut Kenzi itu sontak bangun, melepas jasnya dan segera berjoget ala Rhoma Irama. Menjijikkan. Ia lebih pantas bernama Kenjijik dibanding Kenzi. Kelakuan menjijikkannya tersebut membuat rambut ikalnya yang sedikit rapi menjadi acak-acakkan.

"BERHENTI MEMANGGILKU SEPERTI ITU! Dan hentikan pose Rhoma Irama menjijikkan itu!!!"

IIISSSSHH, menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan! Mahluk ini pantas disebut epithome dari ke-sebal-an di dunia ini!

"Meledak-ledak seperti biasa, eh Judi?"

AARGH, WHY? Gusti mengapa aku harus bertemu mahluk ini lagi? Aku kira... aku kira .., aku kira aku sudah bebas dari segala ketidakadilan absurd yang ia lakukan kepadaku! Mengapa Gusti, mengapa? Mengapa Kau hukum hamba seperti ini.

"Bermuka dua seperti biasa, eh, Tuan Kenzi," balasku tidak mau kalah.

"Oh hentikan, itu menjijikkan, Judi."

Pria ini masih semenyebalkan, segak peka, segak ngaca itu. Sumpah rasanya ingin sekali kujejal mulutnya dengan kaos kaki bau Bang Hanif, lalu kubenturkan wajahnya ke kaca seribu kali. Oh, seandainya aku bisa melakukannya. Ya, jika aku punya cukup kekuatan untuk melawan mahluk itu, masa SMAku akan indah tanpa episode perbudakkan.

AfterEden: 6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang