Batin Sepeda Tua- II Aksari

98 12 14
                                    


Desa, dataran yang terhampar luas dengan dikelilingi bukit-bukit yang tidak terlalu tinggi, angin berhembus selalu bagus, hujan turun teratur, dan dikala kemarau tak terlalu parau. Sangat cocok untuk keberlangsungan hidup ku, pohon beringin. Entah apa yang terjadi hingga aku berdiri tegak disini tak pernah berpindah selama beberapa tahun, menancap pada puncak bukit yang menjadikan ku bisa melihat keseluruhan desa tanpa terhalangi apapun.

Aku tak pernah tahu dimana pohon beringin lain berada, karena di bukit ini hanya aku satunya-satunya pohon beringin dan sejauh mata memandang belum pernah aku melihat sesosok beringin lain berdiri tegap di dataran Desa, atau mungkin itu karena pengelihatan ku yang terbatas, dan pergerakan ku yang tidak bebas.

Seringkali saat angin berhembus kencang, aku menggugurkan daun-daun kecilku untuk mencari tahu dimana pohon beringin lain berada, daun-daun kecilku berterbangan hingga jauh menyentuh setiap sudut Desa, tapi semua itu sia-sia karena mereka tidak pernah kembali lagi memberikan informasi, tapi cara ini tetap kulakukan terus menerus karena aku tak ingin berhenti berharap. Siapa tahu saja nanti, daun-daun kecilku kembali pulang, menempel pada tangkai ku dan memberikan informasi bahwa ternyata aku bukanlah pohon beringin satu-satunya di Desa.

Aku, Aksari pohon beringin yang berdiri di puncak Bukit, kerangkai tangkai ku membentuk payung besar yang menyejukan puncak bukit tersebut, nama Aksari ini aku dapatkan dari seorang manusia yang selalu rutin setiap minggu datang ke atas sini, dia adalah Umar, pria yang selalu datang ke atas sini untuk hanya sekedar menulis dan melamun, entah apa yang dia tulis dan lamunkan. Pemberian nama Aksari ini karena konon akulah yang memberi suasana puitik kepada Umar sehingga dia dapat menciptakan aksara yang indah, entah suasana puitik seperti apa yang Umar maksud yang jelas aku sangat senang saat itu karena akhirnya aku mempunyai sebuah nama, seperti layaknya manusia.

Tidak hanya Umar yang berkunjung ke atas sini, banyak juga manusia-manusia lain yang berkunjung namun tidak semua nama bisa aku ingat seperti halnya Umar. Kriteria manusia yang paling aku sukai adalah ketika mereka berdiskusi di bawah rindangnya diriku, banyak sekali yang mereka diskusikan, kadang mereka membahas kekisruhan politik Negeri ini dengan banyaknya pemmberontakan oleh pergerakan-pergerakan, kadang juga mereka mengunjing manusia lain yang tidak mereka sukai, dengan mendengarkan mereka berdiskusi aku menjadi memiliki pandangan yang cukup luas terhadap bumi manusia ini, yang pada kemudian hari sering aku ceritakan kepada sepeda yang bernama Lantip.

Lantip adalah sepeda yang sempurna dan paling bagus dari sepeda lain yang pernah ku temui, Lantip jugalah yang menjadi kendaraan Umar setiap kali berkunjung ke atas sini. Aku dan Lantip sangat begitu dekat karena mungkin pertama dia adalah kendaraan manusia yang memberi nama Aksari padaku, yang kedua karena dia satu-satunya sepeda yang selalu dengan antusias mendengarkan cerita-cerita dan pandanganku terhadap bumi manusia, tidak seperti sepeda lain yang tidak tahu malu, mereka hanya bersandar dan berteduh pada diriku, namun enggan mendengarkan cerita dan pandangan ku, dasar sepeda kurang ajar!

Lantip yang dalam bahasa jawa artinya cerdas, aku akui sepeda yang ditunggai Umar itu memang cerdas, karena dengan kurun waktu yang sebentar Lantip dapat menandingi pengetahuan dan pandangan ku terhadap bumi manusia, aku dan Lantip sering bertukar cerita atau pandangan yang membuat wawasan kami semakin bertambah. Aku sangat berterimakasih terhadap Umar karena telah memberiku nama seindah ini "Aksari" dan juga karena telah membawa Lantip sehingga dalam hidupku kini aku mempunyai teman, yang mengajarkan ku untuk selalu sabar walaupun sendiri, tanpa pernah melihat dan bercengkrama dengan pohon beringin lain, lalu Lantip jugalah yang memberiku kekuatan untuk percaya diri dan memberi harapan akan menemukan pohon beringin lain di Desa.

" Aksari kau adalah makhluk yang spesial diciptakan oleh Tuhan agar kau meneduhi desa ini, kau tahu sendirikan kau adalah makhluk yang paling tinggi di Desa ini, kau jugalah yang bisa melihat dataran Desa secara keseluruhan, lihat betapa spesialnya dirimu. Dan tenang saja Aksari, aku akan mencarikan pohon beringin lain di Desa ini. Percayalah! Kau tak perlu risau, kau hanya perlu meainkan peranan mu sebagai pohon dengan sebaik-baiknya, agar yang berada di sekitarmu menjadi senang." Itulah kata-kata Lantip yang selalu aku ingat dan menemani khayalanku dikala sepi, kadang aku tak kuasa meneteskan air kesedihan takala menngingat kata-kata Lantip, kau memang yang terhebat lantip, terimakasih.

Tetapi kini sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Lantip, karena mungkin Umar yang sudah tidak kuat untuk menggowesnya ke atas sini. Ini tentu saja membuatku sangat kehilangan dan bersedih, padahal Lantip telah berjanji kepadaku bahwa dia akan selalu menemuiku di atas sini selama rodanya masih bisa berputar. Apakah roda Lantip sudah tidak dapat berputar? Jika hal ini terjadi, sangatlah tidak masuk akal karena aku tahu betul Umar selalu merawat Lantip dengan baik.

Pada kenyataannya Lantip belum juga kesini, mungkin benar bahwa rodanya tidak dapat berputar lagi. Ah, Lantip. Padahal aku memiliki banyak cerita dan pandangan-pandangan baru yang harus kau dengar Lantip! Aku juga ingin mendengarkan cerita-cerita dan pandangan baru mu. Andai saja aku bisa berjalan menyusuri Desa, akan ku cari rumah kediaman Umar lalu aku menemui mu dan menceritakan semua yang aku rasakan, dari hari ke hari yang aku lewati tanpa dirimu, Lantip. Bukannya aku berlebihan tapi ya beginilah adanya. Kau sangat tega meninggalkan ku dan tak pernah kembali lagi ke atas sini. Aku juga sudah menggugurkan beberapa daun kecilku untuk menyampaikan pesanku padamu.

Pertemuan terakhir aku dan Lantip, saat itu ketika sore menyeringaikan senja merah menyala terlihat matahari sebentar lagi bersembunyi dan Umar masih serius menulis seperti menunggu senja habis. Kali itu akulah yang berperan menjadi pendengar dan Lantip yang bercerita. Lantip bercerita tentang sesuatu yang baru bernama motor. Lantip menyebutkan bahwa motor itu bentuk dan fungsinya hampir mirip dengan dirinya. Tetapi motor mempunyai alat yang disebut mesin sehingga manusia tidak perlu lagi lelah untuk mengowes.

Aku masih tetap menunggu dan berharap sekiranya Lantip dan Umar akan kembali lagi ke atas sini, juga aku berharap pohon beringin lain akan menggugurkan daun kecilnya untuk menemukan aku disini. Lantip bagamaina keadaan mu? Aku disini sendiri dalam kesendirian.

Sendiri Kesendirian

Saat kesendirian di tengah hangat kebersamaan;

Seperti semut yang berjalan kesepian

Menanjak memikul biji saga

Namun tidak ada yang menyalaminya

Saat kesendirian sudah sampai pada ujungnya dan tidak bisa ditahan;

Aku melihat seperti layang-layang

Diantara awan dan matahari yang menyengat sengit

Terbawa angin tanpa arah dan melambai pasrah

Tanpa ada anak-anak yang berlari mengejarnya

Aksari di atas sini

Aksari di atas sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Batin Sepeda TuaWhere stories live. Discover now