Bagian 2 : Semangkuk Canda Darinya

1.1K 100 29
                                    

Aku baru saja membersihkan tubuhku dan berbaring di atas tempat tidur ketika ponselku berbunyi nyaring, tanda ada pesan masuk.

Aku segera mengambil benda yang tergeletak di sebelah tubuhku itu, dan membaca pesan masuk yang terlihat di layar.

Gavriel Athaya : Udah tidur, Ai?

Gavriel Athaya : Kok cepet banget, sih?

Gavriel Athaya : Kecapekan, ya?

Gavriel Athaya : Eh, diread wkwk

Aileen Nediva : Kenapa, sih?

Gavriel Athaya : Nggak pa-pa

Gavriel Athaya : Btw, tadi gue nemu foto ini pas lagi iseng-iseng googling

Gavriel Athaya :

Gavriel Athaya : Nggak niat ngirim pesan kayak gitu ke gue?

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Gavriel Athaya : Nggak niat ngirim pesan kayak gitu ke gue?

Gavriel Athaya : Kan lo pendek wkwkwkwk

Aku mengabaikan saja pesan itu. Walaupun begitu, senyum tetap saja mengembang di bibirku.

Ini aneh di saat seharusnya aku merasa kesal, aku malah merasa menjadi perempuan paling bahagia di dunia ini karena berhasil memilikinya.

Tiba-tiba, ponselku kembali berbunyi. Dan kali ini adalah tanda panggilan masuk. Aku segera membaca nama yang tertera di layar.

My Mr. Athaya kesayangannya Aileen♥ is calling...

Bukan. Bukan aku yang memberikan nama seperti itu. Hal itu adalah perbuatan Gavriel yang iseng memainkan ponselku.

Tak mau membuat Gavriel menunggu lebih lama lagi, aku segera menjawab panggilan, dan mendekatkan ponsel itu ke telingaku.

"Halo, Gav---"

"Kok di-read doang, sih, Ai? Lo marah gara-gara gue ngatain lo pendek? Ya, maaf. 'Kan gue bukan bermaksud ngatain. Tapi itu emang kenyataannya 'kan kalau lo pendek?"

"Niat lo nelpon gue cuma buat ngatain gue lebih jelas lagi?" cibirku. "Mending nggak usah susah-susah nelpon. Besok lagi ngatainnya 'kan bisa."

Terdengar suara umpatan dari seberang sana. "Najis. Baper banget lo. Lagi PMS, ya? Jangan gitu dong, Ai. Gue 'kan juga udah minta maaf. Please, maafin Gavriel."

Aku terkekeh pelan. Sisi kekanak-kanakannya mulai muncul ternyata.

"Iya, iya," balasku singkat. Terdengar suara embusan napas penuh kelegaan dari seberang sana. "Udah sana tidur. Besok kesiangan kalau tidur malem-malem. Jangan lupa jemput gue, ya."

Between UsDove le storie prendono vita. Scoprilo ora