SISI-SISI COWOK

29 1 0
                                    



Jam makan siang. Semua siswa sudah berkumpul di kantin yang mirip hall berukuran puluhan meter. Berjejer meja puluhan jumlahnya dengan masing-masing enam kursi. Semua makanan terhidang di atas meja dengan ukuran dan menu sama.

Siang ini ada pilihan menu. Ikan kembung blado, ayam bakar dengan daun-daunan, sayur asem dengan bumbu pedas dan tempe bacem. Qistas menatap sekeliling. Di telinganya masih terngiang permintaan Sinta.

"Aku dipanggil pak Danu dulu. Nggak usah nunggu. Duluan aja ke kantin, terus cari meja yang ada Raflinya. Kamu kan nggak bakal malu soalnya dia saudaramu, ya, please....."

"Oke. Oke..."

Qistas ternyata menemukan meja itu. Rafli duduk dengan dua teman cowok lain. Ah, dia harus menunda lagi keinginan untuk makan bareng Iqbal. Terlalu makan banyak konsekwensi buruk. Kasihan juga cowok itu. Padahal Iqbal anak baik, pintar, tapi nasib membuatnya harus serba mengalah dalam segala situasi. Terutama pada Yodi. Hal yang tak bisa dimengerti. Mengapa bisa begitu?

"Halo Qistaaas... Mau makan di mana?" Yodi sudah menegak di hadapannya.

"Tuh," Qistas menunjuk meja Rafli.

"Ngapain jauh-jauh di situ. Sini aja."

"Nggak, aku mau bicara sama Rafli."

Yodi tak bisa berbuat apa-apa. Hanya matanya menguntit keakuan Qistas yang berjalan ringan menuju meja Rafli. Wajahnya kesal. Lalu mendekati sebuah meja. "Eh, pelet apa yang manjur buat naklukin perempuan?" ujar Yodi tanpa malu-malu.

Ketawa menggema dari meja mereka. Agung, Gigin dan Arif ngakak. Kedua cowok yang disebutkan terakhir badannya lebih kurus dibanding Yodi.

"Hari gini mikirin pelet...."

"Pelet yang paling manjur buat perempuan itu cuma satu. Nih." Agung menjentikan tangannya. Lalu tertawa lagi.

Semua perhatian tertuju ke meja mereka. Untunglah saat itu muncul pak Hafid, guru agama mereka.

"Eh, mulutmu Nak. Jangan terlalu ngebuka lebar. Kemasukan mangkok bakso baru tahu."

Di meja lain Rafli tampak menyambut kedatangan Qistas.

"Kebetulan," sambut Rafli.

Qistas meletakkan badannya di bangku tepat depan Rafli. Ada yang menghentak perasaannya. Ketika sesaat matanya menangkap sosok Iqbal yang duduk tidak jauh dari situ. Lebih parah lagi, mata itu sempat melirik ke arahnya. Sesaat saja. Setelahnya Rafli juga menjadi perhatian Iqbal. Ah. Ada pikiran apa di otak Iqbal. Yang membuat Qistas takut. Boleh jadi, Qistas dikira mendekati Rafli...

"Mana Sinta?" sambut Rafli.

"Hah?" Qistas melongo. Pertanyaan yang aneh tapi menggembirakan. "Tumben nanyain Sinta... Mau apa sama Sinta?"

"Nggak, tumben aja nggak sama kamu."

"Nanti nyusul.... Lagi ketemuan sama Pak Danu. Kangen ya..."

"Gileeee" teman-teman Rafli mulai meledek. Nahlo, ada apa ini. Apa lagi dengan reaksi Rafli yang tampak merahasiakan sesuatu. Oh, andaikan Sinta ada di situ...

"Kangen? Yang bener aja." Rafli sok jaim.

"Jangan kura-kura ngawinin penyu."

"Ya itu itu juga."

"Maksudnya pura-pura, padahal pengen ngawinin penyu... Eh, nggak lucu ya?"

"Maksain banget."

Hahaha.

Boarding in LoveWhere stories live. Discover now