Satu

76.7K 5.3K 924
                                    

Pernah nonton film India yang berjudul Koi Mil Gaya? Aku pernah. Cerita ini mungkin akan membahas karakter serupa, namun cerita ini bukan membahas soal bagaimana seorang anak yang mengalami keterbelakangan mental bertemu dengan alien. Cerita ini bukan fantasi, bukan tentang bagaimana dua sejoli bersatu atas nama cinta. Ini kisah fiksi meski begitu, namun aku berharap kalian bisa mengambil banyak pelajaran dari cerita ini. Ini hanya kisah tentang seorang lelaki pengidap retardasi mental yang disebut tunagrahita.

Tunagrahita adalah keterbelakangan mental. Keadaan ini dikenal juga sebagai retardasi mental. Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal pada umumnya. Secara fisik mereka dapat tumbuh normal, mengalami pubertas, namun secara mental dan perkembangan berpikir, mereka "terlambat" untuk ukuran seusianya.

Semoga kalian bisa membuka mata dengan cerita ini, dengan tidak menghujat dan memandangnya dengan sebelah mata. Kupersembahkan cerita ini dari dasar hatiku yang paling dalam, dengan penuh cinta dan perasaan. Meski mungkin aku agak sedikit "gila"... Dari dulu sudah seperti itu, bukan?

#Chiko, Ini Gigih!#

Di rumah Chiko ada seorang penumpang yang sangat fenomenal. Penumpang itu benar-benar menumpang sejak Chiko masih TK. Usia mereka hanya terpaut dua tahun. Mas Gigih, begitu Chiko memangilnya. Gigih ini adalah sepupu Chiko dari pihak ayah. Chiko tahu persis bagaimana pertama kali Gigih datang ke rumahnya waktu itu. Sepupu yang "tak biasa" itu sempat membuat Chiko menjauh. Dia masih belum bisa akrab dengan orang yang seperti itu. Takut salah sikap. Hingga akhirnya Chiko menyadari kalau Gigih juga sama sepertinya. Sama-sama manusia yang juga bisa sakit hati dan terluka.

Dulu Chiko tidak tahu kenapa Gigih bertingkah seperti itu. Chiko hanya tahu kalau Gigih itu aneh. Dia masih senang menangis dan juga tidak bisa bicara. Padahal Chiko yang lebih muda saja sudah bisa membaca dan menulis. Chiko tidak mau berteman dengannya waktu itu. Dia lebih senang bermain dengan tetangga sebelah, Mas Bejo namanya. Usianya lebih tua dua tahun dibanding Chiko, sama seperti usia Gigih.

"Chiko, kenapa Gigih ditinggal?" Mama bertanya cepat, mengomeli Chiko yang kabur lebih dulu. Chiko tidak tahu kenapa mama ingin mengajak Gigih ikut serta.

"Mas Gigih nggak bisa diajak main, Ma." Chiko menggeleng kencang.

"Nggak boleh gitu! Chiko, itu namanya nggak baik!" Mama kembali mengomel. Chiko menggerutu. Dia tidak suka bermain dengan Gigih. Gigih tidak bisa bicara dan hanya bisa menangis.

Beberapa hari lalu mama dan papa membawa Gigih ke rumahnya, tepat ketika Om Adi meninggal dunia. Waktu itu pertama kalinya Chiko bertemu dengan Gigih. Dulu ketika mama dan papanya mengunjungi Om Adi, Chiko tidak pernah ikut karena harus sekolah. Ketika liburan pun Chiko lebih senang liburan ke rumah Om Candra.

"Chiko, kenalin, Sayang! Ini Gigih, sepupu kamu. Anak Om Adi."

Chiko mendongak, menatap anak yang lebih tinggi darinya itu. Dia mengerjap beberapa kali. Anak itu tidak bicara. Chiko mengajaknya bersalaman, namun Gigih langsung menerjangnya. Memeluknya. Mencium pipinya. Mama dan papanya hanya tersenyum geli dan berkata, "Kalian main dulu, ya! Mama dan Papa mau angkut barang-barang Gigih."

Chiko mengangguk dan mencoba mengajak Gigih bicara. Namun sayangnya Gigih hanya bisa berkata sepatah kata saja.

"Mah... Ko..." Begitu!

Chiko merengut bingung. Dia pernah tahu anak bisu di televisi, jadi Chiko menganggapnya begitu. Dia menganggap Gigih bisu. Chiko tak ada masalah dengan itu, namun ketika melihat Gigih menangis kencang karena Chiko ke kamar mandi, barulah Chiko sadar ada yang tidak beres dengannya.

"Mamaaa! Papaaa! Mas Gigih gila, Ma! Pa!" Chiko menjerit. Chiko tidak tahu kalau Gigih akan jadi seperti itu hanya karena Chiko pergi ke kamar mandi. Mama dan papanya langsung berlari menghampiri. Mereka memeluk Gigih dan menatap Chiko.

Chiko... Let's Play!Where stories live. Discover now