24. "Cheers to the Bet!"

672 62 15
                                    

AKHIRNYA UPDATE LAGI MAAF SUDAH BIKIN KALIAN MENUNGGU LAMAA!

Last chapter recap:


"But I do, fucker. And do you?" Kataku ketus, dan tanpa kusadari, aku menangis. Aku mengelap wajahku dengan tangan yang kotor penuh dengan pasir pantai, sambil menunggu jawaban darinya.

Luke hanya terdiam, dan setelah sekian lama, akhirnya ia membuka mulutnya.

"Oke, that's it. That's it. Aku tidak bisa—I'm leaving."

Dan ia pergi begitu saja, membawa tas dan keranjangnya, memasukki mobil, dan pergi menjauh.

Meninggalkanku sendirian, menangis sesenggukan seorang diri.

"Why?"

___________________________________________________



*Third Person's Point of View*


Setiap kali Kiara bangun dari tidurnya, hal pertama yang dilakukan olehnya adalah menangis. Sudah beberapa hari belakangan ini ia selalu menangis, sejak Luke—si brengsek itu—memutuskan untuk meninggalkan Kiara sendirian di pantai, hingga akhirnya Sydney menjemputnya.

Sydney pun sudah tinggal di rumah Kiara selama 7 hari, tidak bisa dan tidak mau meninggalkan Kiara. Seperti yang sudah dikatakan tadi, Kiara hampir selalu menangis. Bahkan saat melihat buah pisang (Banana) pun, ia menangis. Sydney sudah berusaha keras menghibur Kiara yang bahkan tidak mau beranjak dari tempat tidurnya, tapi gagal.

Sydney menjemput Kiara karena ia khawatir, pada pukul 9 malam ia belum pulang ke rumah dan teleponnya tidak diangkat sama sekali. Ia memutuskan untuk menjemput Kiara ke pantai, dan mendapati Kiara sedang menelungkup di bawah pohon kelapa, menangis keras, dengan hanya menggunakan bikini.

Sydney berusaha untuk mendapatkan jawaban dari Kiara. Berkali-kali ia bertanya pada Kiara yang terus saja menangis, dan hasilnya nihil. Sampai akhirnya mereka sampai di rumah Kiara, Sydney akhirnya menyerah dalam bertanya dan memutuskan untuk membantu Kiara membersihkan dirinya, lalu memasak untuknya, sampai mengantarnya tidur.

Butuh beberapa hari sampai akhirnya Kiara mau berbicara dan menjawab pertanyaan Sydney. Saat Sydney tahu akan perlakuan Luke kepada Kiara, Sydney marah. Bayangkan sahabatmu diperlakukan seperti itu oleh cowok yang baru beberapa bulan berkencan dengannya—total asshole.

Kiara merasa sangat hancur. Seketika ia seperti anak 16 tahun lagi—di mana si brengsek itu meninggalkannya sendirian, di mana orangtuanya meninggalkannya karena merasa malu memiliki anak sepertinya. Jika tidak ada Sydney bersamanya, tidak ada yang tahu apa dia masiha akn berada di sini atau tidak.

Tidak ada yang tahu.


***


"Kau tampak berantakan, Luke," sapa Michael hari itu, saat Luke baru saja pergi meninggalkan Kiara sendirian di pantai. Siapapun yang melihat Luke saat itu pasti akan mengatakan hal yang sama seperti perkataan Michael. Bagaimana tidak? Rambut berantakan, muka yang kotor, pipinya yang memerah, matanya berkaca-kaca dan bengkak.

"Aku tidak apa-apa," sahut Luke sambil menutup pintu di belakangnya. Ia ingin langsung berbaring di kasurnya, dan menangis sekaras-kerasnya ia bisa. Luke merasa sangat tolol karena sudah melakukan hal yang tolol seperti tadi.

Meninggalkan kekasihmu sendirian di pantai tanpa kejelasan sedikitpun? Wow, Luke, what a dick move, pikirnya.

"Ash, Cal, sini!" panggil Michael sambil menarik Luke untuk duduk di sofa. Luke ingin sekali berontak dan menghajar si brengsek Michael ini yang telah mengganggu waktu sendirinya. Dan ia baru ingat—Michael lah penyebab hal ini semua terjadi. Tapi Luke merasa sangat lemas—bahkan untuk membuka mulut saja ia malas sekali.

Strangers Kisses [luke hemmings]Where stories live. Discover now