F

3 2 0
                                    

Malam kian membentang , suara-suara manusia mulai memudar begitu juga dengan deru kendaraan mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hanya suara derikan jangkrik dan gesekan angin didedaunan yang memecah heningnya malam.Bulanpun terlihat lebih muram daripada biasanya.Bintang-bintangpun tidak menampakkan dirinya malam ini.

Terlihat sekelebat bayangan dari sepasang sejoli yang tengan mengendap-endap sambil membawa duabuah keranjang.Ditinggalnya keduabuah keranjang itu ditengah-tengah rerumputana dalam kegelapan.Sepasang sejoli itu cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.Suara bayi memecah heningnya malam.Tangisan dan teriakan kedua bayi itu seperti saling bersaut-sautan , tapi sayang tidak ada yang menemukan bahkan mendengar erangan mereka.

Pada pukul 3.00 dini hari ada seorang pemulung wanita yang sedang mencari barang-barang bekas.Tak sengaja ditemukannya keranjang berisi bayi yang keadaannya masih terlihat kemerahan.Bayi-bayi itu terlihat kelaparan namun tidak ada botol susu dalam keranjang itu.Pemulung bernama Niah itu bingung harus berbuat apa.Untuk makan saja Niah sudah merasa kesusahan apalagi ditambah dengan dirinya yang tidak memiliki pengetahuan untuk merawat bayi.Niah lalu teringat bagaiamana orang yang memiliki bayi dikampungnya dulu memberikan air cucian beras kepada bayi mereka.Tapi bagaimana caranya mendapatkan air cucian beras dipagi buta seperti ini?

Tak kehilangan akal Niah membawa kedua keranjang itu dengan tergesa-gesa ke gubuknya.Meskipun tidak terlalu bagus , gubuknya masih dapat dibilang layak untuk ditinggali.Dengan memecah tabungannya , dia membawa pundi-pundi rupiah yang dikumpulkannya ke pasar pagi untuk membeli beras.Beberapa menit kemudian Niah sudah sampai digubuknya, dia mencuci beras itu dan meminumkan air cucian berasnya kepada kedua bayi yang ditemukannya.Menurut orang-orang dikampungnya dulu , air cucian beras yang diberikan kepada bayi akan mengenyangkan bayi sama halnya seperti susu.

Fajar mulai menyingsing , Niah tau tak mungkin dia bisa merawat kedua bayi ini seorang diri dengan mengandalkan pekerjaannya dengan upah yang tidak menentu.Akhirnya Niah membuat keputusan yang dirasanya sangat berat dalam hidupnya.Niah berencana untuk menitipkan kedua bayi itu kepanti asuhan.Dia berencana akan mengantarkan kedua bayi itu pagi-pagi buta.Hari yang ditunggu akhirnya tiba.Niah sudah bersiap untuk mengantarkan kedua bayi itu tak lupa Niah menulis sesuatu dikertas yang kumuh.Dengan hati - hati Niah meletakkan dan meninggalkan kedua keranjang bayi didepan pintu panti asuhan.

Sekarang sudah selesai tugas Niah yang sudah beberapa hari merawat bayi-bayi temuannya.Mulai hari ini niah akan menjalani hari-hari seperti biasanya.Bukannya dia tega memberikan bayi itu , tapi dia takut jika tidak dapat mendidik anak yang hendak diasuhnya.Seumur hidupnya Niah belum pernah menikah, justru dia meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke Jakarta karena akan dinikahkan dengan renternir yang memiliki banyak istri oleh ayahnya karena tidak bisa membayar hutang perjudian.Umur 16 tahun dia mulai berantau ke Jakarta dengan menggunakan uang tabungan dan uang pemberian ibunya, dia hanya membawa dirinya dan sebuah tas berisikan pakaian dan yang yang tidak lebih dari rp 300.000,-.

Niah muda biasanya tidur didepan ruko saat malam hari dan akan beranjak dari sana saat ayam sudah berkokok.Pernah suatu kali dia kesiangan bangun hingga akhirnya dia disiram air oleh pemilik toko.Dia mulai banting tulang , kesana kemari.Pekerjaan pertama yang didapatkannya adalah menjadi pedagang asongan , dengan uang sisa tabungannya dia membeli berbagai jenis minuman dan dijualnya kembali kadang dia juga menjadi penjual koran dan majalah.Sayang pengeluaran dan pemasukan hidupnya tidak setara.Kadang dia harus kehilangan modalnya karena barang dagangannya tak laku belum lagi apabila diperas oleh preman-preman sangar didaerah itu.Hingha akhirnya dia ditawari oleh temannya untuk menjadi buruh pabrik.Pundi-pundi uang mulai dia kumpulkan dan Niah sudah mulai tinggal disebuah kost kumuh yang didalamnya berisi teman - teman senasibnya.Tapi itu tak berlangsung lama, Niah dikeluarkan dari pekerjaannya karena dia dituduh membawa pulang hasil produksi untuk dijualnya sendiri.

Pembelaan Niah atas dirinya sendiri tak dipercayai hingga akhirnya Niah memutuskan menjadi buruh cuci dengan menggunakan WC kost tempat tinggalnya.Uang Niah sudah makin menipis hingga akhirnya Niah sudah tidak lagi mampu membayar uang kost seharga rp 80.000,- / bulan.Dia mulai mengemper lagi dan menjalani hari-harinya sebagai pemulung karena untuk menjadi buruh cucipun dia tidak mempunyai modal.Sekitar 2 bulan dia menjadi pemulung, Niah ditawari temannya yang berprofesi sama untuk tinggal digubuknya karena tidak sampai hati  dia melihat Niah tidur dan kedinginan didepan ruko setiap malam.Niah menjalani hari-harinya seperti itu hingga akhirnya beberapa tahun kemudian teman Niah hilang entah kemana.Hingga sekarang hanya Niah yang menjadi penghuni satu-satunya gubuk itu.Dia masih sering mencari keberadaan temannya namun informasi yang diketahuinya hanya nama temannya yakni Tri.Niah masih mengingat celotehan riang Tri dan nasehat-nasehat dari Tri "Hidup udah sama-sama susah , buat apa menyusahkan sesama kita".Seringkali gubuknya kena gusur Satpol PP yang bertugas dan hal itu yang menakutinya mengadopsi kedua bayi yang ditemukannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 21, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FauteWhere stories live. Discover now