Surga Menantimu Ummi

169 6 0
                                    


"Ummi mengajak Abi pergi umroh tahun ini, Atiq," kata Abi. Orang yang kupanggil Abi, ini adalah ayah Mas Yusuf, suamiku.

"Bagus itu, Bi, bagaima menurut Abi sendiri?" tanyaku ingin tahu.

"Abi setuju saja, Tiq, Abi dan Ummi kan sudah tua, perasaan Abi tidak enak tentang keberangkatan Ummi ini, Tiq. Tahun kemarin Abi ajak Ummi umroh, Ummi tidak mau, alasannya belum siap, tapi sekarang Ummi yang ngajak Abi," kata Abi cemas. Sangat terlihat dari raut wajah beliau yang sudah keriput.

"Mungkin Ummi memang sudah siap tahun ini, Bi. Nanti kalau Mas Yusuf datang, Atiqa akan memberi tahu Mas Yusuf, biar dia aja yang mendaftarkan ya..." kataku, berharap bisa menenangkan hati beliau.

"Ya sudah, Abi pulang dulu, salam buat Yusuf."

"Tidak mau nunggu Mas Yusuf pulang dulu Bi?" tanyaku.

"Tidak, Abi mau ke Masjid dulu. Mau sembahyang ashar berjemaah," jawab Abi. Sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Iya Bi, salam juga buat Ummi." Aku mencium punggung tangan Abi.

Sebenarnya aku juga sangat khawatir dengan keadaan orang tua suamiku yang sudah tua untuk pergi ke Tanah Suci Mekah. Apalagi harus menempuh perjalanan jauh untuk sampai kesana. Tapi ini niat baik mereka untuk beribadah. Meskipun berat aku akan mendukungnya, mendoakan mereka, agar selamat sampai tujuan, dan pasrah pada Allah dengan apa yang akan terjadi nanti. Karena hanya Dialah Al-malik penguasa alam beserta isinya.

aku masih terdiam di tempat, menatap punggung Abi yang semakin menghilang di balik pagar rumahku. Setelahnya aku membereskan cangkir-cangkir kotor, bekas minum teh, bersama Abi barusan, ke dapur.

"Assalamualaikum..." Suara Mas Yusuf mengucap salam, Sepertinya suamiku sudah pulang dari kantor, tempatnya bekerja mencari nafkah untuk keluarga,

"Waalaikumsalam, Mas sudah pulang?" Aku menjawab salam suamiku sembari keluar dari dapur, Aku melihat jam dinding masih menunjukkan angka suamiku biasanya pulang kerja, lalu aku mencium punggung tangannya.

"Iya, Alhamdulillah, Dek, kerjaan dikantor udah selesai. Jadi mas pulang awal hari ini. Sepertinya aku mencium keberadaan Abi, beliau kesini, Dek?" tanyanya. Mas Yusuf. sangat peka apapun tentang orang tuanya, bukan karena minyak wangi tetapi karena ikatan batin antara suamiku dan orang tuanya sangat kuat.

"Iya Mas, Abi kesini. Baru saja pulang, beliau menitip salam buat Mas," tuturku.

"Waalaikumsalam," ucap Mas Yusuf.

"Oh ya Mas, ada kabar gembira!" sambungku setelah Mas Yusuf duduk di sofa, di ruang tengah ,dan diikuti olehku yang juga duduk di sebelahnya. Seperti biasa aku membantunya melepaskan sepatu, dan kaos kakinya, setiap pulang kerja.

"Apa?" tanyanya penasaran. Menatap lekat wajahku yang kini menebarkan senyum manis.

"Abi dan Ummi berniat pergi umroh tahun ini, Mas, dan itu kemauan Ummi," jawabku, yang langsung membuat suamiku menengadahkan tangannya, berucap syukur pada Sang Ilahi.

"Nanti malam kita kesana ya... Mas ingin mendengar langsung dari beliau," katanya, yang dijawab anggukan olehku.

Mas Yusuf mengelus perut buncitku. "Bagaimana keadaan bayi kita hari ini, Dek? Dia ada nendang tidak?" tanya Mas Yusuf.

"Baik Mas, Dedek kita kan calon ustad, bukan nendang lagi Mas, bahkan sekarang tambah aktif kayaknya," tuturku sembari turut mengelus perutku, yang sudah semakin besar dengan bertambahnya bulan.

Aku tersenyum bahagia melihat Mas Yusuf, yang sangat perhatian dengan kehamilanku, Setiap hari dia tidak lupa menanyakan tentang bayinya yang tengah bersarang di rahimku. Usia kehamilanku sudah menginjak bulan ke tujuh. Selama dua tahun menunggu hadirnya seorang anak dalam pernikahan kami, ternyata Allah percaya kepada kami sekarang untuk menitipkannya pada kami.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Dec 25, 2016 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Surga Menantimu UmmiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz