prolog

751K 21K 1.2K
                                    

PROLOG

Brak!

Vanya menutup pintu mobilnya dengan kasar hingga menimbulkan dentuma yang kencang—membuat beberapa pejalan kaki menatapnya dengan tatapan bingung. Vanya melirik jam tangan pink yang melingkar di pergelangan tangannya dan sialnya, lim abelas menit lagi, OSPEK di kampusnya akan dimulai. Sialan. Mobilnya mogok di tengah jalan, tidak sempat sarapan karena takut terlambat di hari pertamanya menjadi mahasiswa dan sekarang dia tidak menemukan kendaraan umum yang bisa membantunya untuk bisa sampai ke kampusnya. Menyebalkan, bukan? Hari pertama saja sudah sial seperti ini apalagi besok?

"Hufttt...telfon Azka juga nggak bakalan direwes.Tuh, anak 'kan kebo akut." Gerutunya dan dengan cepat langsung menghubungi montir langganannya supaya nanti membawa mobilnya ke rumahnya. Vanya mengambil beberapa barang yang dibutuhkannya lalu setelah mengunci pintu dan jendela, pilihannya hanya satu yaitu, berlari atau akan terlambat dan mendapatkan hukuman dari seniornya.

Beruntung saja kampusnya tidak berada jauh dari tempat dimana mobilnya mogok. Vanya berusaha mengabaikan beberapa pasang mata yang menatapnya dengan tatapan bingung. Ditambah dengan penampilannya yang bisa dikatakan 'aneh' karena beberapa atribut OSPEK yang harus dipakainya.

Tin...tin....

Vanya menghentikan langkahnya ketika sebuah motor ninja hitam berhenti di sampingnya. Tanpa membuka helm full facenya dan hanya membuka kacanya sedikit, Zio memerhatikan Vanya yang tengah mengatur nafasnya.

"Butuh tumpangan?" tanyanya membuat Vanya sontak kaget dan langsung menatap ke arah Zio yang tengah menatapnya datar. Tatapan dingin yang selalu menjadi ciri khasnya.

"Em...nggak usah deh. Udah deket juga. Duluan aja daripada lo telat." Jawab Vanya berharap kalau pencitraannya membuat Zio memaksanya agar satu motor dengannya ta[pi, sepertinya ekspetasi hanyalah ekspetasi saja. Zio menganggukkan kepalanya lalu menyalakan mesin motornya dan melesat pergi sekencang pembalap internasional.

"Ih, dasar cowok nggak peka! Pantesan lo jomblo mulu! Dikodein aja nggak peka!" umpat Vanya cukup kencang hingga mendapat kekehan kecil dari beberapa pejalalan kaki. Dengan wajah yang ditekuk, Vanya kembali melanjutkan lari maratonnya dan lima belis setelahnya, matanya berbinar melihat gerbang kampusnya yang masih terbuka walaupun sedikit. Beberapa mahasiswa baru yang terlambat juga tampak terburu-buru saat memasuki gerbang dimana para senior mereka berjaga dengan tatapan tajamnya.

"Eh, lo ngapain matung disana?! Buruan, masuk! Telat juga masih matung!" teriak salah satu senior perempuan membuat Vanya tersentak kaget. Mendengus kesal dan kaki jenjangnya membawa Vanya masuk ke kampusnya dan langsung menuju ke lapangan untuk berkumpul dengan para sahabatnya yang sudah melambaikan tangan ke arahnya—mengajaknya untuk bergabung bersama mereka.

"Nggak ada yang nyuruh lo gabung sama temen lo. Lo itu terlambat dan barisan buat mahasiswa terlambat itu ada di sebelah timur bukan di barat!" lagi-lagi Vanya hanya bisa mendengus pelan ketika kakak senior yang tadi meneriakinya, kini kembali berujar dengan nada ketus padanya.

"Cantik-cantik ketus amat. Nggak punya pacar tau rasa lo." batin Vanya.

"Lo budeg atau gimana sih?! Gue udah bilang barisan mahasiswa terlambat di sebelah barat bukan di—woi! Gue belum selesai ngomong sama lo ya! Dasar junior songong!" Vanya langsung saja melengos pergi tanpa memedulikan teriakan senior tadi dan langsung menuju lapangan luas sebelah barat dimana sekitar dua puluh mahasiswa baru yang terlambat.

Mata Vanya membulat ketika mendapati Zio masuk dalam barisan itu. Harusnya Zio tidak terlambat mengingat tadi cowok itu naik motor dengan kecepatan tinggi.

PEKA [BTBS - 1]Where stories live. Discover now