Bab 2

72 3 0
                                    

"Rasya?"tanya Raisa pada seorang cowo tinggi putih yang sedang duduk dibawah pohon dibelakang sekolah.

Yang merasa punya nama pun langsung menoleh dan tersenyum simpul.

"Raisa Ayana hello! Akhirnya lo dateng tepat waktu juga gue kira lo gak bakal dateng karena ngira gue sksd banget ke lo,"cerocos Rasya panjang lebar dengan senyum yang masih mengembang di mukanya.

"Eh gila banyak omong juga lo ya, emang ada apa lo panggil gue kesini? Buruan dong abang gue sudah jemput tuh di depan,"desak Raisa sembari menunjuk asal ke parkiran motor.

"Mana? Gak ada tuh abang lo, lo mau boong ya sama gue,"selidik Rasya sambil senyum-senyum genit ala playboy penggoda.

"Yadeh, emang ada apa nih? Gue mau pulang ya tuhan"

"Besok sore jam 3 nonton gue main basket yaa please,"dengan dua tangan yang disatukan Rasya memohon pada Raisa. Mukanya pun dipasang dengan tampang memelas.

"Supaya apa lo undang gue nonton lo main basket? Kenal aja baru beberapa menit yang lalu,"Raisa yang mulai mencurigakan tingkah Rasya langsung menskaknya dengan pertanyaan seperti itu.

Rasya yang ditanya hanya bisa cengar cengir malu.

"Udah lah pokoknya lo dateng aja, awas gak dateng, bubaii,"Rasya pergi meninggalkan Raisa dengan banyak pertanyaan yang membingungkan. Tanpa pikir panjang Raisa pulang ke rumah setelah melihat abangnya telah menunggu di depan gerbang.

***

"Tadi abang liat lo sama cowok di belakang taman, itu siapa Rai?"tanya Asya abangnya.

Abangnya Raisa, Asya beda 5 tahun darinya walaupun demikian bukan jadi alasan bagi mereka untuk tidak berantem tiap harinya.

"Temen,"jawab Raisa singkat.

"Temen kah demen?"goda abangnya sambil tetap mengarahkan pandangannya di depan tv yang sedang menayangkan anime favoritenya.

"Apaan sih bang, garing amat. Udah ah mau ganti baju dulu gue."

"MAHH, Raisa udah besar mahh,"teriak Asya dengan tujuan menggoda adiknya itu.

"Tai lo bang sumpah,"omel Raisa seraya melempar buku ke badan abangnya.

Setelah berganti pakaian Raisa berniat untuk tidur namun Rasya yang mengundangnya (baca : memaksanya) menonton pertandingan besok terus mengusik pikirannya. Alhasil Raisa hanya berebahan di kasur sambil berguling kesana kemari.

Kringgg....

Denting telepon masuk terdengar dari handphone yang terletak di sebelah Raisa.

Rasya

"Mau ngapain lagi dia telepon gue? Aduhai nih bocah banyak tingkah betdah,"tepat sesaat setelah memikirkan Rasya, Raisa menerima telepon darinya.

"Halo Sya? Kenapa?"tanya Raisa setelah memencet tombol answer di layar handphonenya.

"Jalan yuk, bosen nih gue. Gak usah banyak tanya gue jemput 15 menit dari sekarang,"setelah berkata demikian Rasya memutuskan panggilan secara sepihak.

"Kampret nih bocah, maksa lagi maksa lagi, gabisa apa gak ganggu gue ya tuhan,"walau demikian Raisa tetap bersiap-siap sebelum Rasya datang menjemputnya.

Beberapa menit kemudian dari lantai bawah abangnya berteriak-teriak memanggilnya entah mengapa.

"Apaan sih bang teriak gajelas kayak ada ma...,"kata-kata Raisa terputus setelah melihat Rasya sedang duduk anteng di sebelah abangnya.

"Ini nih pacar lo jemput ngajak jalan sana buruan pergi,"kata abangnya sambil memakan snack yang ada dipangkuannya.

"Dia tuh bukan pacar gue bang. Sok tau lo bang."

"Calon pacar lebih tepatnya,"lanjut Rasya dengan senyum tersungging di wajah tampannya.

Blush 4 kata itu mampu membuat wajah Raisa berubah merah merona. Abangnya hanya tertawa sembari geleng-geleng kepala melihat perubahan adiknya yang langsung salting.

***

"Woi Rasya,"teriak Raisa setelah ucapannya tidak digubris sama sekali oleh lawan bicaranya.

"Apasih sayang,"sontak Raisa langsung menutup mulutnya kaget. Namun Rasya tetap dengan tampang tanpa dosanya menatap Raisa lekat-lekat menunggu ucapan lanjutan dari Raisa.

"Sa, lo kenapa? Kok malah diem sih? Gue salah ngomong ye?"tanya Rasya berganti tampang menjadi bersalah.

"Ah eh engga kok, lo gak salah ngomong. Anu ini kita mau kemana? Dari tadi kita udah jalan-jalan bodoh kelilingin mall tapi gak kemana-mana gue capek,"setelah bisa mengontrol diri Raisa langsung bicara panjang lebar.

"Ke tempat jual es krim sana aja, enak kayaknya, yuk,"lagi-lagi Rasya membuat Raisa terdiam setelahnya ia menggandeng tanya Rasya menuju kedai es krim yang dimaksud.

Setelah memesan dan memakan es krim yang dipesan lagi-lagi Rasya berulah kembali.
"Sa."

"Heh?"

"Ini yang makan mulut lo apa pipi lo sih?"

"Napa emang?"

"Nih pipi lo minta jatah juga sepertinya,"setelah berkata demikian Rasya mengelap sisa es krim yang ada di ujung bibir Raisa.

Raisa yang mendapat perlakuan seperti itu kembali memanas pipinya. Kenal juga baru udah diginiin aja gue batin Raisa.

"Udah deh Sa gausah pake merah gitu mukanya, baper ya lo dilapin sama cogan kayak gue?"sindir Rasya.

"Apaan sih lo, dukun banget deh,"senyum malu terukir di bibir mungil Raisa dan Rasya suka itu.

Setelah membayar pesanan mereka Rasya mengantar Raisa pulang. Sepertinya Rasya emang bener dukun tahu rumah Raisa tanpa pernah bertanya ke Raisa sebelumnya.

"Makasih ya Sa udah temenin gue, gue seneng. Jangan lupa ya besok dateng,"senyum itu terukir dengan tulus kali ini. Raisa yang melihatnya tak tahan untuk ikut tersenyum.

"Sama-sama Sya, sering-sering traktir gue ya. Gue dateng kok besok, bubaii,"setelahnya Rasya balik melaju pergi dan Raisa masuk kedalam rumah dengan senyum merekah di wajah putihnya.

***
Heyyo guys!!! Kalo udah baca jangan lupa comment ya buat lebih baiknya cerita ini, jangan lupa vote juga yaa❤️🙆🏻

Stay with me, Rasya!Where stories live. Discover now