Chapter 10

142 21 7
                                    

Kei duduk diam, matanya lurus menatap hiasan meja di depannya. Pikiran Kei masih tertuju kepada kejadian di swalayan, dia yakin sekali gadis yang terhalang sosok laki-laki itu adalah Yuri, adik tirinya. Kei berdecak, dia sangat gelisah sekarang. Sudah limabelas tahun, kenapa dia mendadak muncul? Kei tidak bisa tenang sekarang, dia entah kenapa sangat takut kalau tiba-tiba Yuri kembali ke rumah. Kei memutuskan mengecek ke dapur, memeriksa apakah Daiki sudah menyiapkan makanan.

Kei berbelok, dia berhenti mendadak dan cengo melihat Daiki berpandangan dengan Yuya Takaki, rekan kerjanya. Kei melangkah masuk, dia berdehem mengejutkan dua orang itu. "Daiki, kau sudah menyiapkan makanan?" tanya Kei, "makan malam akan dimulai sebentar lagi dan..." Kei menoleh, dia terbelalak melihat bahan-bahan masih tertata rapi di meja, "dan kau bahkan belum melakukan apapun!" Kei melotot kearah Daiki, dia berucap kesal, "Kenapa kau belum juga memasak?! Tamu akan datang sebentar lagi, Daiki!"

"M...maaf, Nona," Daiki menunduk, "sebenarnya... saya tidak bisa memasak. Saya tidak tahu apa yang harus saya masak."

Kei mendengus, dia menatap kearah Yuya. "Takaki-San, apa yang kau lakukan disini?" tanya Kei, dia menatap sekilas kearah Daiki yang masih menunduk, "pasti pelayanku ini menyusahkanmu. Maafkan dia, dia ini agak ceroboh."

"Aku tahu itu, Inoo-San," jawab Yuya sambil melirik Daiki, "dia memang ceroboh sampai terpeleset. Untung aku menolongnya, jadi kepalanya tidak terbentur meja."

Pintu terbuka. Kei menoleh, dia terkesiap melihat Yabu melangkah masuk dapur. "Lho, sedang apa kalian?" tanya Yabu, dia menoleh kearah bahan masakan di meja dapur, "Astaga, Arioka-San, kau belum memasak?"

Kei baru akan membuka mulut saat Yuya berkata, "Bagaimana kalau kita memasak bersama saja? Lagipula tamu lainnya masih belum datang, kan? Supaya cepat selesai, kita bisa membagi tugas."

"Good idea," ucap Yabu tersenyum, dia lantas menatap Kei dan Daiki yang sama-sama cengo. "Inoo-San, kenapa kau menatapku begitu?" tanya Yabu. Kei terkekeh salah tingkah, dengan malu dia menjawab, "Sebenarnya, aku tidak bisa memasak. Aku... aku tidak tahu cara memasak."

Yabu diam, berikutnya dia tersenyum dan menggeleng. "Daijoubu," ucapnya, "tapi setidaknya kau bisa mengiris wortel, kan? Kau bisa membantu semampumu." Yabu mengambil tiga celemek, dia memberikan satu untuk Yuya dan satu lagi untuk Kei.

Kei menerima celemek, dia melepas jaketnya dan memakai celemek itu. Kei menatap Yabu, dia tersenyum kagum melihat Yabu yang tampak dewasa. Lengan bajunya tergulung hingga siku, celemek menggantung manis di tubuhnya. Kei dalam hati berterimakasih kepada Daiki, karena dengan kebodohannya dia bisa sedekat ini dengan Yabu.

Daiki menoleh, dia terpesona menatap pria bernama Takaki itu. Dia sangat gagah, tubuhnya terlihat sempurna dengan celemek itu. Seperti chef profesional. Daiki tersenyum tipis, dia mulai membantu Kei mengiris kentang.
*
Yuri menghela napas, dia menyeka keringatnya. Yuri tampak puas menatap hasil karyanya menata taman bunga kecil buatan mendiang ibunya. Sejak kecil, Yuri sangat senang bermain di taman ini, dia selalu berkhayal menjadi peri bunga atau putri raja yang menari-nari di hamparan bunga-bunga cantik.

Yuri melangkah masuk rumah, dia menoleh dan senyumnya lenyap seketika melihat dua pelayan menggotong pigura foto ibunya. "Matte!" Yuri mengejar, "mau dibawa kemana foto itu?"

"Nyonya meminta kami membuangnya, Nakajima-San," jawab seorang pelayan.

Yuri terbelalak, emosinya meluap seketika. "Jangan dibuang!" sahut Yuri, "kau tidak tahu betapa berharganya foto itu untukku! Jangan membuangnya!" Yuri mendorong dua pelayan itu, dia mendekap erat pigura itu. "Hanya ini kenanganku soal Mama," ucap Yuri lirih.

Dua pelayan itu tampak kebingungan dengan sikap Yuri. Yuri diam, detik berikutnya dia menyadari kebodohannya. 'Yuri baka,' umpatnya dalam hati, 'kau sedang menyamar disini. Mereka bisa curiga nanti.'

Cinderella's RevengeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant