chapter IX

1.6K 137 5
                                    

'Luci'

Ti...tidak mungkin, apa yang dilakukannya disini, bagaimana dia bisa masuk ke dunia ini

"Perkenalkan namaku Elizabeth gremory panggil saja Alice, ini pertama kalinya aku sekolah di sekolah formal karna aku selalu belajar privat di rumah jadi mohon bantuannya"

Sekarang gantian murid laki laki yg mulai ricuh dan menanyakan hal-hal yg sama sekali tidak menyangkut dengan sekolah

"Eh, ngomong ngomong kata-katanya mirip sekali dengan Excel waktu itu"(kata salah satu murid)

"Eh iya, ciee jangan jangan jodoh"

Apa apaan mereka ini langsung berfikir yg macam macam, tapi aku lega karna namanya berbeda dengan luci, ini mungkin efek dari aku terlalu lama tidak bertemu dengannya.

*****

(kamar Alice/luci, Pukul 11.00)

Luci/Alice pov

Aku berjalan ke arah sosok yg tengah duduk di atas kursi berlapis emas 'ayah' itulah kata yg paling aku tak kusuka, kenapa aku harus menjadi anaknya dan kenapa di dalam hidupku hanya berisi kesengsaraan, sejak kecil aku selalu bersama dengan peter namun sekarang aku harus mencabut nyawa orang yg paling aku sayangi, aku tak akan sanggup.

"Besok kau bawa benda ini tapi jangan kau buka tutupnya sampai aku memberimu perintah"
(sambil memberikan benda yang bentuknya mirip guci yang entah sejak kapan dan dari mana telah berada di tanganku)

*****

Excel pov

Aku sekarang berada di atas bukit yang belakangan ini seringkali kunjungi, entah mengapa aku merasa tempat ini tidak asing bagiku, bahkan sejak pertama kali aku kembali ke dunia ini aku merasa dulu aku sering mengunjungi tempat ini.

"Kakak sedang apa?"

"Oh, kau lizie, aku sedang menenangkan diri di sini"

"Apa tempat ini terasa tidak asing?"

"Eh....?"

"Dulu kita bertiga selalu datang ke sini, kita bertiga selalu pergi diam-diam dari istana dengan sihir teleportasi kak leo untuk pergi ke sini"

Aku hanya bisa terdiam melihat lizie perlahan mulai meneteskan air mata, andai saja waktu itu kakak tidak melindungiku, kenapa harus kakak, andai saja yang tewas itu aku bukan dia 'sial, aku memang tidak berguna'
Semua ini salahku.

"Tapi aku senang karna aku sekarang masih punya kak Excel, jadi kumohon berjanjilah jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang menimpa kak leo"

"Tenang saja apapun yang terjadi aku pasti akan melindungimu dan membalaskan kematian kak leo"

Kemudian suasana menjadi sunyi, apa karna perkataanku...? Kulihat wajah lizie yang seakan menahan sesuatu. Yah... Salahku, ternyata bukan hanya aku yang merasakan ketidakberdayaan.

"Liz..."

"Ayo!"

Tiba-tiba lizie menarik tanganku, 'aku mau dibawa kemana?' tidak apalah saat ini aku akan menemaninya kemanapun. Yah terlepas dari semua yang terjadi aku bersyukur masih memiliki lizie, mungkin dia juga berpikir seperti itu terhadapku.

Setelah beberapa saat kami berjalan akhirnya kami sampai di sebuah padang rumput yang cukup luas, pandanganku terus mengarah pada sebuah ukiran dari batu yang bertuliskan nama leonark pranszila.
Tanpa disadari air mata mulai mengalir membasahi kedua pipi kami.

"Kakak"

Saat berada di sana lizie tidak henti-henti memelukku. Bahkan dia terus memegang tanganku saat kami pulang.

Magical Prince of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang