Chapter 13

4.5K 629 13
                                    

[EDITED Apr 03, 2020]



"Ingat, Kal. Jangan berpikir terlalu keras. Kalau kamu mulai merasa Lelah dan pusing, segera minum obatmu. Oke?" Mikaela mengangguk pasrah dan menghembuskan nafas berat. Sudah berkali-kali ia mendengar Ibunya berpesan seperti itu semenjak ia keluar dari rumah sakit. Wajar saja, Eliza hanya mengkhawatirkan keadaannya yang baru saja bangun dari koma.


Sejak kecelakaan itu, Mikaela masih belum diperbolehkan menyetir sendiri. Walaupun Kal sendiri merasa tubuhnya sudah kembali sehat seperti semula, ia juga tidak mau kejadian malam itu terulang lagi.


Lagi-lagi, Mikaela merasa dé jávu. Ia merasa pernah mengitari sekolah ini sehingga ia tidak perlu bertanya dimana ruangan Mrs. Wales. "Ah, Ms. Adams! Senang akhirnya bisa melihatmu bergabung dengan kami." Kal terkejut saat ia benar menemukan ruangan Sara Wales untuk mengetahui jadwal dan letak kelas serta lokernya.


Aku nggak kena amnesia dan dokter sendiri yang mengatakannya! Kenapa semuanya terasa familiar di otakku, sih?! Mikaela memijit-mijit pelipisnya perlahan, merasakan pusing di kepalanya akibat dé jávu yang ia alami.


"Are you alright, Ms. Adams?" Tanya Mrs. Wales, Kal tersenyum tipis dan mengangguk kemudian. "Baiklah, karena waktu menunjukkan hampir pukul 9, sebaiknya kuantar menuju loker dan kelas pertamamu." Kal tersenyum menanggapi kemurahan hati dekanat barunya.


"After you." Mikaela tersentak saat Mrs. Wales sudah membukakan pintu untuknya. Untuk yang kesekian kalinya, ia merasa dé jávu.



•••



Entah yang keberapa kali aku telah menulis tentang dé jávu yang dialami Mikaela hari ini. Ia benar-benar bingung sekarang. Pria blonde dan pria berwajah semi-arab yang sekarang ini berada satu kelompok dengannya di kelas American Novel terus-terusan melihatnya dengan tatapan yang sulit digambarkan.


Yang jelas, Mikaela merasakan dé jávu untuk yang kesekian ratus kalinya. "I'm sorry but I'm not comfy when you both staring at me. Apa ada yang salah?" Tanyanya. Si blonde mengusap wajahnya dengan telapak tangannya, sementara si semi-arab menghembuskan nafas berat. "Ada apa?" Tanya Kal lagi.


"Nanti setelah kelas ini, ikut aku menemui Harry," jawab si semi-arab.


Harry? Mereka tahu aku punya boneka beruang bernama Harry? Mikaela benar-benar bingung dibuatnya.



•••



"Uh.. Tunggu, tunggu," Kal menghentikan langkahnya saat Niall dan Zayn menggandengnya keluar kelas. "Aku punya teddy bear namanya Harry, and you guys happened to know that.. How?" Kal ragu-ragu menanyakan hal ini pada kedua pria di hadapannya. "Seriously, kalian bukan stalker aku di Instagram, kan?" Tanya Mikaela lagi. Niall tergelak mendengarnya.


"Udah, nggak usah pedulikan dia. Kamu harus ikut aku menemui Harry. Dia bukan bonekamu dan kami bukan stalker, oke?" balas Zayn, si semi-arab yang memiliki jambul di rambutnya dan hidung yang supermancung.


Untuk yang keseribu kalinya, Mikaela merasakan dé jávu saat angin di rooftop ini menerpanya. Kali ini ia mendapati sesosok pria berambut ikal yang berdiri memunggunginya. Ia sedang sibuk memandangi hiruk pikuk kota Manchester sembari memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.


"Dia Harry. Temui dia dan mungkin kamu bisa sembuh dari amnesiamu." Kal mengerutkan dahinya menatap Zayn. "Udah, cepet sana!" Zayn sedikit mendorong tubuh Mikaela untuk menjejakkan kaki di rooftop gedung kampus barunya.



Tunggu, bukannya dia si laki-laki bermata hijau berambut ikal yang kutemui di kedai kopi beberapa hari yang lalu? Kal ragu untuk mendekat, namun ia tetap melangkah.



"Harry! I've got a present for you!" Zayn berteriak dari belakang Mikaela, sontak membuat Harry menoleh. Dan mata mereka kembali bertemu...



Mata hijau dan rambut ikalitu...

Ghost GirlWhere stories live. Discover now