Bab 1

8 3 0
                                    



Cinta, mengapa semua orang mengatakannya dalam artian yang indah. Tetapi, apa yang akan terjadi jika artinya terbalik? ( Jingga Arisia )

...........

Angin bedesir lembut menggerakkan helaian-helaian rambut Jingga. Pemandangan langit biru yang cerah tanpa sinar matahari yang menyengat membuat siapa saja pasti betah berlama-lama.

Jingga berjalan disekitar taman sekolah dengan wajah yang penuh tanda tanya. Kejadian tadi pagi lebih tepatnya sekitar jam 10.10 menimpa Jingga. Kejadian yang begitu aneh yang membuat siapa saja melongo tidak jelas. " Aku mencintaimu." Sebuah kalimat iu dilontarkan oleh sesosok cowok tampan kearah Jingga. Dan yang lebih parahnya lagi, cowok tampan itu adalah kakak kelas yang memegang jabatan sebagai ketua osis.

" Sudahlah, gak usah mu pikirin Jingga. Mungkin itu keberuntunganmu." Tiba-tiba saja sebuah suara membuyarkan lamunan Jingga. Jingga berbalik dan memdapatkan seorang cewek berambut pendek tersenyum manis kepadanya. Cewek itu adalah Nara teman Jingga sejak kelas 1 SMP.

" Kayak mana aku tidak kepikir Nar. Ini bagaikan keajaiban dunia, lebih tepatnya keajaiban cinta." Jingga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sepintar-pintar Jingga, dia tidak pernah mendapatkan soal sesulit ini.

" Sudahlah dari pada mu pusing sendiri lebih baik pulang. Atau mau makan dirumahku." Nara langsung merangkul dan menarik Jingga tanpa basa-basi. Jingga melongo saat tangannya ditarik tanpa sebuah balasan untuk ajakan yang dilontarkan oleh Nara. Alya dimana kamu sekarang, bukankah kamu bersekolah disini? Sebuah pertanyaan melayang dipikiran Jingga. Seorang gadis yang sering melakukan ini kepada Jingga dan menghilang entah kemana.

............

To : Mama Bawel

Ma hari ini ak plang lma, belajar d rmahny Nara.

Jingga memasukkan Hp mungilnya kedalam saku yang terletak dirok sekolahnya. Dia segera berlari menyusul Nara, yang sudah duluan masuk 2 menit yang lalu. " Assalamualaikum" itu adalah kata pertama yang diucapkan oleh Jingga saat mencapai muka pintu.

Mendengar suara salam, orang rumah langsung menjawab salam Jingga. Seorang ibu-ibu yang berusia sekitar 30 tahun keatas menyambut Jingga dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya. " Eh... nak Jingga, Nara lagi ganti baju. Ayo masuk tante juga baru siap masak."

Mendengar kata " Masak" perut Jingga langsung berkokok. Jingga baru menyadari bahwa ia belum ada makan, setelah kejadian mematikan itu. Terutama kejadian setelah itu, kejadian dimana kakak-kakak kelas genit marah-marah kepada Jingga yang disertai Hujan badai penuh aroma aneh. Untung saja waktu itu Jingga membawa buku tulis untuk melindungi wajahnya dari badai tersebut.

" Terima kasih, tante." Jingga langsung masuk kedalam dan duduk dikursi tamu yang berada diruang keluarga. Aroma masakan menusuk hingga keotak, sehingga membuat perut Jingga menjadi semakin liar. Nara, cepatlah keluar! Jingga memohon dalam hati agar Nara tidak kelamaan didalam. Melihat tingkah Jingga seperti itu, Ibu Nara hanya bisa tersenyum-senyum sendiri.

...........

Jingga dan Nara sekarang berkutat dengan dua buah buku tebal di genggaman mereka. Jingga asik menghitung jawaban setiap soal yang dia kerjakan dengan kalkulator yang ada di Hp-nya. Sedangkan, Nara terus menggosok rambutnya yang tidak gatal dengan pena yang dia genggam. Dari raut wajahnya Nara terlihat jelas bahwa dia sudah sangat kebingungan dengan soal fisika di depan matanya itu.

" Jing, Jingga." Nara memanggil Jingga, namun matanya masih tertuju ke soal yang sedang dia kerjakan.

" Ya, soal no. berapa?" Jingga menjawab pertanyaan Nara tanpa melihat wajah Nara sedikitpun, karena jari-jemarinya terus menulis rumus beserta cara-cara yang harus dia kerjakan untuk soal itu.

" Jingga, soal no.10 itu kayak mana? Kok aku gak bisa ngerti, ya?"

Mendengar jawaban sahabatnya membuat Jingga mendengus pelan, agar sahabatnya itu tidak mengetahuinya. Nar, Nara soal gampang gitu masa kamu gak ngerti,sih? Tanya Jingga dalam hati saat melihat soal yang dimaksud oleh Nara.

" Nara, kamu itu bukan gak bisa ngerti, tetapi kamu aja yang gak mau ngertiin dia, yang aku maksud itu soal fisika itu,ya?" Jingga melihat wajah Nara dengan raut wajah mengejek. Melihat ekspresi itu Nara hanya bisa pasrah, karena dia tau dialah yang paling kurang mampu dalam pelajaran perhitungan diantara 2 sahabatnya.

" yaelah, Jingga. Macam kamu pernah pacaran aja bilang kayak gitu. Ups... gue salah, kan Jingga baru saja jadian. Gomen, Jingga"

Mendengar jawaban sahabatnya Jingga langsung menoleh kearah Nara yang masih menunjukkan gigi putihnya. Jingga ingin sekali marah kepada Nara, tetapi dia langsung mengubah ekspresinya menjadi pasrah dan membanting diri di kasurnya Nara. Melihat temannya terbaring di kasurnya, Nara langsung berdiri dan duduk manis disamping Jingga.

" Aku bingung Nar, lihat kakak itu. Untuk apa coba dia jadikan aku pacarnya. Padahal tadi aku udah bilang kepadanya bahwa itu hanya sebuah permainan. Eh..dia malah menembak aku dan sekarang tanpa jawabanpun aku menjadi pacarnya." Jingga mengatakan itu disertai desahan jengkel.

" Seharusnya mu itu bersyukur. Dapat cowok ganteng, juara umum 1 dan dia itu ketos. Kalau dipikir-pikir kalian itu cocok. Kamu itu cantik, juara umum 2 dan wakatos pula. Jadi kalian tidak perlu khawatir apa-apa dalam masalah hubungan."

Ameagari no niji mo... rin to saita hana mo... irozuki afuredasu... akaneiro no sora augu.. drrt..drtt..drtt

Mendengar nada dering suara Hp yang dia kenal. Jingga langsung merogoh kantong roknya dan melihat layar ponsel yang berbunyi dan bergetar di tangannya. Dahinya langsung mengkerut saat melihat terpampang nomor yang dia tidak kenal di Hp-nya.

"Sapa?" Tanya Nara

" Gak tau juga" Jingga langsung bangun dan menuju kearah lemari. Jingga langsung menyapa orang yang meneleponnya, namun tidak ada yang menjawabnya. Bahkan terdengar sangat sunyi dan diam. Tanpa basa-basi Jingga langsung mematikan Hp-nya dan berbalik kearah Nara.

........

Seorang cowok meletakkan Hp yang digenggamnya keatas meja. " Halo, ini siapa? Halo,halo." Terdengar suara seorang cewek dari Handphone mahalnya. Cowok tersebut hanya tersenyum puas saat mendengar suara itu. Tak lama kemudia Hp itu diam dan sunyi, menandakan bahwa sambungan diputus.

" Aku tak menyangka, Put. Ternyata segampang ini menjebaknya." Cowok itu berbicara di Hp satu lagi yang terletak disaku celananya, yang disambungkan oleh Headshet putih yang sekarang berada ditelinganya.

///////'''''''';;;;;;;;;

TERIMA KASIH KARENA MASIH MEMBACA CERITAKU. Mohon " LIKE & SARAN" Aku tunggu selalu.

Arigatou Gozaimasu

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 23, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Warna-Warna HatiWhere stories live. Discover now