Bagian empat

2.2K 186 41
                                    

[Moodboard Kamelia]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Moodboard Kamelia]
.
.
.

Kelima indraku seperti sedang diistirahatkan.

Aku tak bisa mendengar apa pun selain denyut jantungku sendiri. Sementara mataku tak berfungsi sejak ia datang dan memadamkan satu-satunya penerangan yang ada. Gelap dan sunyi. Dinding segi empat ini sempurna terisolasi.

Kriettt.

Decit pintu yang bergesekan dengan lantai pualam memekakkan telinga. Sinar di sudut ruangan berpendar redup. Kembali menampilkan sosok siluet, namun dengan wujud berbeda.

Aku menelan ludah.

"Bu."

Alih-alih merasa lega, tubuhku justru menegang.

"Ibu baik-baik saja?" Ia mendekat, berjongkok di hadapanku. Menyentuh balok kayu yang mengungkung kakiku.

Mematung. Bagaimana bisa?

Aku melongok pintu yang terbuka lebar, "Astaga! A-apa yang kamu lakukan? B-bagaimana bisa kamu sampai ke sini? Apakah Kahfi tidak menghalangimu?"

"Warga desa sudah menamankannya, dia tertangkap basah tengah mengasah keris." Menggeleng. "Aku tidak menyangka kalau dia ternyata sekejam itu."

"Lalu, kenapa Ibu tidak mendengar kegaduhan apa pun? Atau jelaskan kenapa mereka tidak menemanimu sampai ke ruangan ini?"

Fajar beranjak. Mundur beberapa langkah untuk memberi jarak di antara kami. Meninggalkanku yang masih terduduk lemas dengan alis bertaut.

"Bu, aku sudah mati."

Dan, wujud kurus kering itu berubah dalam sekelebat. Bayangannya lenyap seiring kemunculan debu hitam yang berterbangan melingkupinya. Menyusuri ujung kaki, hingga puncak kepala. Menyapu sisa-sisa gambaran putraku, yang kini telah digantikan oleh sosok asing berpostur tinggi besar.

Dia tersenyum, "Apa kabar, Kamelia?"

Aku berjengit kaget, "D-di mana anakku? Siapa kau?"

"Biar kuberi tahu beberapa hal, supaya kau tidak perlu bertanya lagi." Ia bergerak memotong jarak. "Sebenarnya, sejak anakmu kembali sambil membawa karangan bunga kemarin malam, aku telah merenggut jiwanya."

Dadaku sesak. Seolah diterjang ratusan anak panah mematikan, aku benar-benar kesulitan bernapas.

"Ah, kalau tentang sahabtmu yang mati tenggelam, itu bukan aku, tapi Kahfi."

Aku berteriak kalap. Tanganku mengepal. Keringat mengucur deras membasahi sekujur tubuh yang bergetar menahan emosi.

"Hei," ia terbelalak, berpura-pura terkejut, "kau mengerikan sekali, Nona."

"DI MANA ANAKKU?!" Tatapan kami berserobok. "Di mana Kah--"

Mendadak. Mendadak sekali, gatal menggerayangi tubuhku. Membuatnya bergerak-gerak kecil dengan sendirinya, bergerak dengan sangat terbatas. Semuanya terjadi di luar kendaliku, persis seperti sesaat sebelum Kahfi merampas gelang kopi itu.

"Kau mau kupertemukan lagi dengan anakmu, Nona?"

Aku tak memberi respons, sibuk menahan pengkhianatan yang dilakukan oleh tubuhku sendiri.

"Baiklah."

Dalam sekali entakkan, gembok yang mengunci pemasung terhempas jatuh. Ikatan yang melilit pergelanganku dengan sangat kuat juga terlepas begitu saja.

"Menarilah semaumu."

Sigap, aku bangkit dari posisi semula. Suara merdu gamelan tiba-tiba mengalun memenuhi pendengaranku, membuat tubuhku bergoyang gemulai mengikuti iramanya.

Aku masih sempat melihat senyum penuh kemenangan yang ia ulas, sebelum akhirnya, pandanganku mengabur. Berubah menjadi kelam. Hitam pekat dan dingin menusuk.

Aku terlempar ke dimensi lain.

♛♛♛
_

________

Sedih.

Cuma sanggup nulis segini padahal belum sampe puncaknya. Tugas di semester dua makin bejibun buset dah. Sebenernya pengin nerusin sampe selesai, tapi udah beneran buntu buat malem ini hueeee😭

Terima kasih kepada kidungSenjaa yang sudah sering kasih saran, masukan, juga ide untuk kelangsungan cerita ini. SyifaMag, terima kasih karena sudah mensupport, tumben nggak banyak ngenyek lagi 😂 dan buat jgnprg yang suka nanyain kelanjutan cerita ini. Maaf ya kalau mengecewakan kalian:'''''v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NTdTK: Kahfi & KameliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang