SATU

122 6 7
                                    

Kehangatan sinar mentari merangsek masuk lewat jendela kamar seorang gadis yang tengah bersiap memulai harinya. Gadis cantik nan bersahaja yang selama 24 tahun menghuni panti ini sedang sibuk merapikan kamarnya sebelum berangkat mengajar.

"Bu, Lara berangkat dulu ya."sapanya sambil menghampiri seorang wanita paruh baya.

"kamu sudah sarapan, Ra?"tanya Bu Aini, ibu panti.

" sudah Bu barusan."jawabnya.

"kalau begitu hati hati di jalan ya,Ra."

"Iya Bu. Lara berangkat yaa. Assalamualaykum."ucapnya sambil mencium punggung tangan Bu Aini.

"Waalaykumsalam"

Rutinitas yang telah dijalani Lara selama setahun belakangan ini setelah dia lulus kuliah yaitu mengajar di sebuah sekolah menengah lanjutan. Tapi bagi Lara,  mengajar bukan hal baru buatnya. Sejak semasa kuliah, Lara bekerja sampingan sebagai tenaga pengajar di salah satu lembaga bimbingan belajar. Selain memanfaatkan waktu kosong sepulang kuliah, dia bisa mendapatkan uang tambahan dari sana.

Beruntung bagi Lara karena dia mendapatkan beasiswa atas prestasinya semasa duduk di bangku SMA sehingga bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

Lara kecil ditinggal mati  sang ibu setelah melahirkannya, ditinggal pula oleh ayahnya yang meninggal karena mengalami kecelakaan bekerja saat dia berusia yang masih sangat belia. Atas usul warga setempat, akhirnya Lara dititipkan di sebuah panti asuhan. Sempat ditolak di beberapa panti dengan alasan tak mampu lagi menampung. Tetapi akhirnya ada sebuah panti yang bersedia menampungnya Setelah pemilik panti kasihan dengan Lara kecil yang menangis dalam gendongan seorang pengantarnya. Bu Aini mencoba mengulurkan tangannya seraya mengajak Lara dalam gendongannya. Lara langsung menyambut tangan Bu Aini dan berhambur dalam pelukannya. Naluri keibuannya muncul saat Lara memeluknya. Lara memang bukan penghuni pertama panti yang telah didirikannya selama beberapa tahun ini. Bu Aini merasakan ada ikatan batin dengan Lara sejak pertama kali dia melihat bayi mungil itu. Mata yang dipenuhi airmata inilah membuat hatinya bergetar. Airmata kehilangan yang pernah dirasakannya dulu sewaktu ditinggalkan oleh putri juga suaminya. Sejak saat itulah Bu Aini merawat Rara penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri.

Kini bayi mungil itu telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik serta baik hati. Bu Aini tak mengijinkan Rara keluar dari panti karena begitu besar rasa sayangnya pada Lara. Baginya, Lara adalah pelipur laranya setelah kehilangan anak serta suaminya.

                      ****


Momyraz, 050217

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cinta LaraWhere stories live. Discover now