Minggu, 12 Februari 2017

11 0 0
                                    

7:43 a.m

Pagi ini, hujan turun begitu tiba-tiba.
Ya iyalah, memang hujan pernah minta idzin dulu? No!.

Aku sengaja membuat tulisan ini, karena aku belum bisa membuat sebuah novel seperti pengarang-pengarang number wahid di dunia orange ini.

Bukan belum sih ... hanya saja, masih dalam tahap proses.

Hari ini, aku ingin membuat sebuah perubahan besar dalam hidupku.

Mungkin, alangkah baiknya aku memulainya dari sebuah tulisan ini.

Jujur, aku lebih suka menulis ceritaku dalam versi seperti diary begini. Karena, aku tidak perlu repot-repot menyusun kata, kalimat per kalimat, atau pun sejenisnya. Juga, tidak perlu memusingkan hal-hal yang berkaitan dengan tulis menulis. Entah itu berupa eja-an, Capitalism, bahkan pemilihan kata yang pas menurut kebanyakan orang, pun KBBI.

Ingat!
Aku menulis ini semata-mata ingin mengenang setiap sesuatu yang terjadi dalam hidupku.
Karena aku yakin, suatu saat nanti memory-ku tidak akan mampu mem-flash back semua kejadian itu tanpa ditunjang dengan coretan-coretan.

Sebenarnya, aku masih memiliki dua buku diary yang lembaran-lembarannya baru terisi.
Tapi aku tidak mungkin membawanya setiap waktu.
Hawatir nantinya jika mereka sudah penuh dengan curcolku yang tidak penting ini, aku akan menyimpannya di dalam lemari bersama tumpukan buku-buku yang lain, tak terkecuali buku diary terdahulu.

'Jangan sampai anak-anakku merugi dengan menyia-nyiakan waktunya, walau itu hanya satu detik pun.'

Kira-kira begitu bunyi kalimat yang sempat kudengar saat menyaksikan tayangan pengajian K.H.Sattar kemarin di televisi. Dan kalau tidak salah juga, Beliau mengatakan itu adalah salah satu pesan Imam Ghazali dalam salah satu kitabnya yang berjudul "Ayyuhal Walad".

Jadi aku memutuskan untuk mengamalkan 'kalimat ajaib' itu dalam kehidupanku saat ini.

                        ***

Kalian tahu, hari ini, detik ini juga, aku begitu merindukan kedua orang tuaku.

Terkadang, bukan terkadang lagi, melainkan Seringkali aku iri melihat teman-teman yang hidupnya terlihat 'baik-baik' saja. Tanpa perlu memikirkan masalah-masalah yang membelit keluarga atau hidupnya.

Ya. Aku tahu bahwa hidup itu mudah.

Dan aku yakin, Allah - Tuhanku - tidak akan meninggalkanku dalam keadaan yang seperti ini.

Aku, hanyalah seorang mahasiswi yang masih semester 2 di salah satu PTN di Jember, fakultas FTIK dengan prodi tadris Bahasa Inggris.
Mencoba mencari makna dari sebuah kata 'sukses' yang kata orang-orang bisa dilihat dari segi finansial dan kerja yang mapan. Apa hanya sampai di situ arti kata sukses itu sendiri?

My Little Secret Diaryحيث تعيش القصص. اكتشف الآن