Chapter 6: Dendam

1.2K 149 11
                                    

Sensasi dingin dari kapak yang mengalir ke tubuh Jimin begitu terasa, menambah ketegangan situasi.

“Ampuni aku! Aku mohon jangan bunuh aku!” mohon Jimin yang matanya berkaca-kaca.

“Siapa yang akan membunuhmu?” hantu itu malah bertanya.

“Kau. Kau akan membunuhku kan?” Jimin balik bertanya.

“Untuk apa aku membunuhmu... Aku hanya ingin menitipkan sesuatu saja...”

Perempuan itu merogoh saku roknya dan memindah tangankan secarik kertas pada Jimin.

“Tolong berikan ini pada Jin...” pesannya.

Mekarlah senyuman indah dari bibir pucatnya, wajah seram tadi luntur berganti dengan wajah perempuan yang manis dan cantik. Wujudnya pudar dan menghilang bersama kapak mengerikannya. Kertas ini dilipat dua sehingga isinya tak terlihat. Tangan Jimin dengan nakal hendak membukanya dan membaca dari awal sampai akhir. Hati Jimin menahannya, ia tak ingin mengintip privasi orang. Lebih baik ia segera memberikan ini pada Jin yang masih menyembunyikan diri dibalik pintu toilet.

“Jin! Jin!” panggil Jimin seraya melangkah menuju toilet perempuan.

Pintu ia ketuk beberapa kali. Jin yang masih dalam mode waspada tak langsung membuka pintu.

“Ini aku Jimin! Perempuan tadi sudah pergi! Ada surat untukmu darinya!” Jimin mengetuk pintu lebih keras.

Masih saja tidak ada timbal balik dari Jin. Tubuh Jimin bersiap mendobrak pintu, ia mengambil ancang-ancang dengan bergerak mundur beberapa langkah. Ia mulai berhitung, “1... 2... 3!”.

Dengan kecepatan penuh Jimin melesat menuju pintu toilet. Tiba-tiba pintu terbuka lebar. Kaki Jimin tak sempat mengerem. Untunglah kegesitan Jin menyelamatkan nyawanya. Jin menyingkir dari pintu dan Jimin melesat masuk. Kebisingan pun tak terelakkan. Tubuh sedikit mungil Jimin menghantam dinding.

..............................

Sebelum menjejakkan kaki ke dalam kelas, Jin pergi dulu ke ruang kesehatan. Mana mungkin ia kembali dengan luka sayat di punggungnya yang terbuka, masih basah pula. Petugas yang ada di sana pun terkejut bukan main menyaksikan luka sayat Jin yang memanjang dari punggung bagian atas hingga bagian bawah. Lukanya tak sedalam apa, namun sangat panjang. Darah yang keluar pun tak banyak. Petugas kesehatan menganjurkan Jin untuk tinggal di situ dan jangan pergi ke kelas.

Di perjalanan pulang, Jimin dan Jin asyik berbincang. Jungkook pulang lebih dulu, ibundanya menjemput ke sekolah setelah mendapat info dari Jimin tentang kondisinya. Tengah-tengah perbincangan, Jimin teringat akan sesuatu.

Perempuan itu merogoh saku roknya dan memindah tangankan secarik kertas pada Jimin.

“Tolong berikan ini pada Jin...” pesannya.

“Jin, aku ada sesuatu untukmu...” Jimin membelokkan topik pembicaraan.

Kertas yang dititipkan itu Jimin keluarkan dari sakunya dan memindah tangankannya pada Jin.

“Ini dari perempuan yang membuntutimu tadi” lanjut Jimin.

Setibanya di rumah, Jin pergi ke kamarnya dan menutup pintu rapat. Di setiap langkahnya ketika di perjalanan pulang, rasa penasarannya semakin mengembang. Jimin menyuruhnya untuk membaca isi kertas ini di rumah. Ada urusan apa perempuan itu dengan Jin? Mata Jin mulai membaca satu demi satu huruf yang tergores di atas kertas tersebut. Betapa terkejutnya Jin, rupanya ini dari seorang perempuan manis bernama Yeri yang ia kenal. Memang tidak kenal dekat, namun mereka sering bertegur sapa ketika saling berpapasan. Pantas akhir-akhir ini Jin tak pernah bersua lagi dengannya, tak pernah menyaksikan gerak-geriknya lagi, tak pernah melihat wajah cantiknya lagi.

Rusty Knife (Sequel Of School's Bell)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora