SATU

174 37 56
                                    

"I know, nothing lasts forever. But I want to believe we won't change. If you like me, if you love me, let me know. Tell me please baby, I'll only think about you."
Ailee ft 2LSON - I'm In Love

💋💋💋

Aku menatap malas tumpukan buku di hadapanku. Rasanya sulit sekali punya tanggung-jawab sebesar ini. Ah, lain kali aku tak mau lagi menjadi ketua kelompok. Rasanya benar-benar seperti pesuruh yang tak bergaji.

Hari ini langit terbilang cukup cerah, dengan sekumpulan burung bernyanyi indah di angkasa. Benar-benar memanjakan mata dan telinga.
Aku mengesap cokelat panasku, kemudian meletakkan pada tempatnya dan fokus kembali pada buku-buku nan tebal di depan mata.
Ku ambil kacamataku dan kembali berkutat dengan setumpuk buku yang menguras otak.

"Dengan buku lagi?" seorang pria mendatangiku dengan segelas es kopi di tangannya.

"Yah, kau tahu lah ..." aku menaikkan bahuku, menatapnya dengan malas, semalas aku melihat buku bertumpuk di mejaku.

"Kenapa? Aku selalu melihatmu di tempat ini, pada waktu yang sama, dan selalu berkutat dengan buku-buku tebal."

"Hei, kau menguntitku ya?" aku menatapnya heran.

"Apa? Maksudmu aku menguntitmu?"

Aku diam. Mengerutkan dahi.

"Haha, bukan. Bukan. Aku juga sering ke tempat ini." Dia tertawa kecil. Kemudian menyeruput es kopinya.

"Ah, sudahlah. Terserah padamu saja. Aku tak peduli," aku mengibas-ngibaskan tanganku yang pegal karena menulis.

Dia tersenyum manis, kemudian sibuk dengan ponselnya. Demikian juga denganku, sibuk dengan buku tebal ku. Sesaat suasana hening. Aduh, ini canggung sekali. Apa dia tidak punya topik yang asik untuk dibahas, atau lebih baik dia pergi saja dari hadapanku. Rrrhh, aku benar-benar benci suasana canggung seperti ini.

Kemudian seorang perempuan manis berambut gelombang muncul, ia datang ke meja kami dengan ceria. Wajah riangnya membuatku tersenyum lega. Demi apa harus ku katakan, selamat datang penyelamatku.
Kalau bisa, aku ingin menciuminya saking senangnya ia datang.

"Halo," ucapnya sambil tersenyum riang, di sibakkannya rambutnya yang indah kebelakang punggungnya. Kadang aku iri melihat rambutnya yang indah. Rambut gelombang berwarna hitam kecokelatan itu benar-benar memukau dan membuatku ingin menguliti kulit kepalanya saking irinya. Eh, tapi tidak deh, aku suka melihatnya tampil cantik, sebab ia sahabatku yang paling konyol dan pengertian yang pernah ku punya. Aku benar-benar menyayanginya.

"Ah, Jane ... Apa yang kau lakukan disini?" ucapku sambil membalas senyum sahabatku itu.

"Aku mencarimu Alyson, sayang." dia menarik kursi di sampingku, kemudian menghempaskan pantatnya ke tempat duduk empuk itu.

"Untuk apa?" tanyaku heran.

Jane memutar bola matanya, "tentu saja untuk meminta kembali jepit rambutku yang kau pinjam kemarin. Apa kau lupa, sayang?"

Apa tadi aku sudah bilang kalau Jane itu agak konyol? Bukan hanya agak konyol, tapi sedikit gila. Datang jauh-jauh ke kafe ini hanya untuk meminta sebuah jepitan rambut, apa kau rasa itu tidak aneh?

Aku menutup mukaku dengan kedua tangan. Aish, Jane benar-benar membuatku malu di depan pria ini.
"Aku sudah menghilangkannya," kataku kesal.

"APA!?" bentak Jane membuat seluruh penghuni kafe terkaget. Termasuk juga pria di hadapanku ini.

(Un) BoyfriendDonde viven las historias. Descúbrelo ahora