Dua Belas

28.5K 2K 41
                                    

“pagi, Tan” sapa gue begitu ngeliat Tristan di koridor kelas 11.

“pagi,” jawabnya.

“Tristan!” suara itu lagi. Suara cempreng yang lebih mirip suara nenek lampir dibanding manusia.

Tristan buru-buru berbalik, “Mol, kita harus kabur!” bisik Tristan.

Gue menggangguk. Baru aja kita mau lari, tangan Tristan dicegat oleh Tiara. Tristan memejamkan matanya, mulutnya berbicara ‘mampus gue’ tanpa mengeluarkan suara. Mau gamau akhirnya kita berdua berbalik.

“tan! Gue punya berita penting buat lo,” kata Tiara.

Tristan mendengus kesal, “berita apaan?”

“penting banget gila!” katanya lagi sambil melirik ke arah gue. Kenapa, sih?

“heh, kalo mau ngasih tau berita penting ya ngasih tau aja kali, gausah jadi ngatain gue gila segala” protes Tristan. Diam-diam gue tertawa dalam hati. Mampus.

“terserah lo deh, pokoknya habis ini lo bakal berterima kasih sama gue” jelas Tiara sambil menarik tangan Tristan ke arah koridor yang lebih sepi.

“eh, lo mau bawa Tristan kemana?” protes gue.

“bukan urusan lo!” jawab Tiara tajam.

Tristan melepaskan tangannya dari genggaman Tiara, “lo apa-apaan sih? Gue lagi jalan sama Molly main narik-narik aja” protesnya.

Tiara emang belum menyeret Tristan lebih jauh, jadi ya gue masih bisa mendengar percakapan mereka.

Tiara mendengus kesal, “Tristan William Darmawan yang gantengnya seantero jakarta—“

“gue emang ganteng, gausah disebutin lagi” potong Tristan.

Gue cekikikan dari arah sini. Lumayan deh hiburan pagi-pagi liat Tiara sama Tristan adu mulut.

Tiara melotot, “gausah kepedean!”

“loh? Bukannya lo suka sama gue gara-gara gue ganteng ya?” Tanya Tristan sok innocent.

Tiara memutar matanya, “gausah bahas itu. Yang penting gue punya berita penting dan kita harus ngomong empat mata!” detik selanjutnya Tiara menyeret Tristan lebih jauh lagi, bahkan gue gak bisa denger percakapannya.

Akhirnya gue berjalan ke kelas. Semoga selamat aja deh, lo, Tan.

**

Seperti biasa, jam istirahat gue gunain full sama Tristan. Dan sekarang kita udah di kantin.

“katanya lo tadi dianter supir?” Tristan membuka percakapan.

Gue mengangguk, “hm-mm”

“kok tadi gue liat lo jalan ke sekolah?” Tanyanya lagi.

“oh, itu. Mobilnya tadi mogok, jadi ya terpaksa gue turun di deket restaurant fastfood yang ada di depan. Lagian udah deket juga, daripada telat kan dateng ke sekolahnya” dusta gue.

Tristan manggut-manggut doang, tapi ada sorot kecurigaan di matanya. Kenapa?

“lo kenapa deh?” Tanya gue.

Tristan menoleh, “nggak. Gapapa ko”

“oh iya, tadi Tiara bilang apa sama lo?”

Tristan mengangkat bahunya acuh, “gak ngomong apa-apa”

Ko keliatannya Tristan nyembunyiin sesuatu, ya?

“masa?” tanya gue meyakinkan.

Tristan mengangguk pelan, “lo tau kan dia kalo ngomong emang suka ga jelas”

NerdStarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang