110. Kemalangan Hime -1-

5.3K 508 199
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Badai salju senja itu turun begitu deras, dinginnya udara yang menguar membuat asap dingin mengepul dari bibir mungilnya yang terisak. Hinata tak pernah mengira bahwa rencana perjalanan mereka meninggalkan ibu kota negeri Heian, akan berujung dengan meregangnya nyawa orang yang paling berharga dalam hidupnya.

"Aku disini..." Telapak tangan besar nan hangat yang menyentuh pipi tembamnya dari belakang, membuat Hinata berjengit terkejut. Ia tersenyum tipis saat menolehkan kepalanya. Mendapati sosok sang suami yang tengah mendekap sayang tubuhnya dari belakang.

Naruto tak sanggup jika terus melihat mata indah Hinata yang terus berlinang air mata. Batinnya terasa nyeri ketika melihat satu-satu kekuatannya itu menangis tanpa henti setelah upacara kremasi sang kakak.

"Jangan menangis lagi..." Menenggelamkan kepalanya pada bahu kecil sang istri yang mampu menjadi tumpuannya. Naruto menghirup sebanyak mungkin aroma lavender dari tubuh wanita tercintanya.

"Harus berapa banyak lagi...?" Akhirnya Hinata membuka suaranya. Dengan parau dan terisak, wanita yang tengah hamil tua ini, mencoba meluapkan rasa sesak di dada yang ia tanggung. "Harus berapa banyak lagi yang mati, Naruto-kun...?" Isakan itu semakin menjadi. Membuat Naruto berpindah posisi, memeluk sang istri dari depan dan menyandarkan kepala indigo Hinata di dada bidangnya.

"Tak akan ada lagi, tak akan ada lagi yang akan menjadi korban..., aku berjanji padamu...," mengecup lembut pucuk kepala indigo sang istri, Naruto mencoba memberikan ketenangan pada wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut.

Udara teramat dingin malam itu menjadi saksi betapa keduanya saling memeluk, membagi kehangatan, menentramkan jiwa mereka yang tersakiti akibat dari dendam yang tak pernah tersudahi. Namun, mereka tak sadar dengan keberadaan sepasang iris hazel yang menatap penuh benci pada kebersamaan mereka.

Di goa yang sama yang mereka tempati, sepasang iris hazel itu seolah ingin mengakhiri kebersamaan sepasang insan tersebut. Sebagai ganti kebahagiaan dan impiannya yang di renggut.

'Karena kau Hinata, kau penyebab semua kemalanganku..., kau membuat bayiku lahir tanpa ayah. Lihatlah, aku akan membuat bayimu tak pernah bisa melihat wajahmu. Camkan itu Hinata.'

...

"Pangeran Anda sudah sadar..., hiks..."

Nawaki mengerjapkan pandangannya. Ia menatap lembut sosok cantik yang duduk disebelah tubuhnya yang terbaring tak berdaya di hamparan salju. Namun anehnya dia tak merasakan dingin. Memperhatikan wajah gadis kecil dihadapannya yang memucat kedinginan dengan bibir membiru. Dia baru sadar bahwa dayang muda itu kedinginan. Ia hanya mengenakan yukata tipis.

Meraba sesuatu yang menjadi alas berbaringnya. Menyadari bahwa itu adalah mantel si dayang, buru-buru Putera Mahkota itu duduk dan menarik mantel berwarna merah muda tersebut.

"Gadis bodoh..." Ucapnya pelan seraya mengusak sayang poni rata Tomoyo. Tangannya terulur dan memakaikan kembali mantel itu pada sang empunya.

"Aku... aku pikir... Anda akan mati yang mulia, hiksss..." Gadis itu sesegukan menangis sambil menutupi wajahnya.

Dan tingkah Tomoyo yang begitu mengkhawatirkannya, membuat hati Nawaki sedikit menghangat. Ia tak sadar, tangannya bergerak sendiri, merengkuh tubuh gadis yang berusia lima tahun lebih tua darinya itu. "Aku tak semudah itu mati..." Ucapnya sambil memeluk tubuh yang bergetar karena menangis tersebut.

Fox And FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang