2

16K 1.4K 38
                                    

"Aku pergi," pamit Lisa. Lantas segera kabur. Ia tahu sang ibu dapat berubah pikiran kapanpun. Ada kemungkinan sang ibu melarangnya hangout bersama Jisoo.

"Lisa," panggil ibunya.

Gadis itu menoleh malas. "Apa lagi?"

"Cepatlah pulang. Ada sesuatu yang ingin ibu katakan," ucapnya ibunya dibalas anggukan pelan Lisa.

"Goodbye Mrs Manoban!" teriak Jisoo diselipi nada girang.

Jisoo segera menyalakan mesin mobilnya begitu mereka masuk kedalamnya. Lisa menyalakan radio di mobil Jisoo. Sebuah tema berita yang tak terduga, sesuatu yang membuat Lisa tertarik.

"Diduga ada sebuah komplotan untuk menghancurkan misi pemerintah. Diharap semua warga agar waspada kali ini terhadap lingkungan."

"Apa maksudnya?" tanya Lisa.

"Tak usah didengar." Jisoo mematikan radionya dan mulai memutar beberapa kaset lagu yang ia simpan di dalam dasbor mobil.

"Yak lagu apa ini!" seru Lisa. "Luk et mi luk et mi nauw. Iroke non nal oto uge itjana. Keul su obso. Uri sarangeun buljangnan.."

Jisoo membungkam mulut gadis di sampingnya yang mengikuti lagunya terus menerus. Sangat mengganggu.

Nakalnya Lisa menjilati tangan Jisoo yang membungkam mulutnya hingga meninggalkan sesuatu yang basah disana.

"Shit."

Umpatan terlontarkan dari mulut Jisoo. Sementara Lisa tersenyum menang sekaligus bangga akan apa yang baru saja ia tindak.

**

Malam hari. Kau tau apa saja yang mereka lakukan? Tidak banyak. Kegiatan yang para remaja akan lakukan.

"Tunggu."

Lisa melepas hoodie yang ia kenakan, lalu bagian lengan hoodienya diikat kuat pada pinggulnya. Kini ia hanya mengenakan sleeveless top, alhasil tubuh langsingnya terekspos dihadapan Jisoo.

"Bodoh! Bodoh! Kau ingin jadi santapan om om berdompet tebal didalam?" umpat Jisoo bertanya pada akhir kalimat.

"Sudah ayo masuk."

Penjaga club menatap tampilan Lisa sejenak, lalu mengijinkan dirinya seorang memasuki club. "Ahjusshi, aku membawa teman." Lisa menggandeng tangan Jisoo, lantas mengambil langkah.

Sudah diduga mereka takkan menolak siapapun yang terlihat seakan 'pemuas' bagi para pria yang akan berkunjung.

Mereka bercampur baur, terutama Jisoo. Cih, dia terlihat sangat senang. Rasa tidak nyaman menggerogoti Lisa saat gadis itu menangkap seseorang sedang menatapnya intens, menyeramkan.

Lantas laki-laki itu pergi.

Tanpa disadari, Lisa mengikutinya. Dia penasaran. Apa salah jika seseorang penasaran?

Dari jaring-jaring kawat yang membatasi antara lantai dansa dengan ruangan khusus, Lisa mengintip apa yang orang itu lakukan dengan wanita itu.

Dan benar saja,

Apa kau bisa menebaknya?

Dengan sekali tebasan, kepala pria itu lepas dari lehernya. Darah kental merembes dari lehernya, bahkan muncrat mengenai wajah si pembunuh. Mereka kembali memberi sayatan pada wajah sang korban.

Hingga sebuah pisau lipat ditancap sangat dalam tepat ke dada sang korban. Sang pria mengoyak dada bidang sang korban, lantas mengeluarkan sesuatu disana. Itu jantung yang masih berdetak.

Jantung itu diremas kuat oleh sang pembunuh, hingga jantung tersebut meletup bagaikan balon.

Lisa berteriak kencang, memekik, ketakutan. Si pembunuh menoleh padanya. Kini ia menjadi tambah ketakutan.

Lelaki itu—orang yang bekerja sama dengan wanita yang menarik perhatian pria yang menjadi korban—ia maju selangkah, lalu menatap Lisa.

Ada pembatas diantara mereka.

Tapi mengapa tak satupun orang menyadarinya?

Apa yang terjadi?

Dari belakang Jisoo menghampiri Lisa, karena ia mendengar teriakan gadis itu. "Lisa-ya! Apa yang terjadi!"

Lisa menoleh kearah Jisoo, lalu menatap kembali—ke tempat dimana ia melihat sang pembunuh. Tapi ia tak mendapatkan apapun. Ini, ada yang aneh.

"Jisoo, ayo pulang."

"Tapi kenapa?"

"Too dangerous, this place is cursed."

© chainsther

FugitiveWhere stories live. Discover now