The Twins VS Gabriel

3.6K 244 5
                                    

The Twins VS Gabriel

Tangis Rose memenuhi Aula Utama kastil. Gadis cilik itu menangis keras gara-gara Cloud menolak bermain dengannya. Suara tangisnya itu menyentak beberapa pelayan hingga terkaget-kaget, sementara para penjaga menatap bingung anak Lord mereka itu.

“Kau itu cengeng sekali sih?” gerutu Cloud. Ia berkacak pinggang dan menatap jengkel adik kembarnya. “Kalau mau menangis, jangan di sini! Lakukan di kamarmu!”

“Cloud jahat! Aku kan hanya minta ditemani bermain di luar,” tangis Rose. Gadis kecil itu duduk di lantai dan menatap kakaknya dengan mata sembab.

“Lakukan saja sendiri! Biasanya juga begitu kan? Aku ada urusan lain,” gerutu Cloud dan mulai berbalik.

Rose langsung menyambar kaki Cloud hingga kakaknya itu terjungkal ke depan. Dan dia tidak mau melepaskannya meskipun Cloud memelototinya dengan marah. Mereka pun terlibat dalam adu teriak yang semakin keras setiap detiknya.

“Apa yang terjadi di sini?” gelegar suara Gabriel, yang menuruni tangga spiral di tengah-tengah aula tersebut. Mantel panjangnya melambai di belakang saat ia bergegas turun. Tatapan matanya yang menyipit tertuju pada si kembar yang tengah bergulat di lantai, lalu beralih pada para penjaga yang berdiri bingung tak jatuh dari anak-anak itu.

Ketika tidak ada yang menjawab pertanyaannya, bahkan si kembar pun tidak menyadari kedatangannya, Gabriel mulai merasa kesal. “Cloud Mikhael! Rosemarie Anna!!”

Si kembar tersentak kaget. Mereka membeku dengan posisi Rose menjambak rambut Cloud dan menduduki perut kakak kembarnya itu, sementara Cloud menarik kepang rambut Rose sembari melindungi diri dari pukulan yang dilayangkan Rose. Kini keduanya membelalak ke arah Gabriel yang berdiri sambil berkacak pinggang. Keduanya juga sama-sama menyebut kata 'GrandPa' secara bersamaan.

“Cloud, kau yang tertua, coba jelaskan apa yang terjadi!” perintah Gabriel.

Cloud dan Rose segera memisahkan diri. Cloud berdiri sambil melirik jengkel Rose, lalu menatap ragu kakeknya. “Rose ngambek dan menyerangku,” kata Cloud.

“Bohong! Aku menyerangmu karena kau tidak mau bermain denganku!” seru Rose.

“Sama saja! Gara-garamu aku jadi berantakan!” gerutu Cloud.

“Kau juga merusak kepanganku!” seru Rose.

Cloud menghadap Rose dan menatapnya sinis. “Oh ya? Kepangmu itu memang sudah jelek sejak awal!”

“Kau... Kau...” Rose kehabisan kata-kata. Matanya kembali berkaca-kaca.

“Hentikan!” tegas Gabriel. “Sekarang, aku mau kalian menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga kalian berakhir di lantai seperti sepasang anjing yang bergulat!”

Si kembar langsung menjelaskan secara bersamaan. Rose dan Cloud sama-sama tidak mau mengalah dan suara mereka semakin lama semakin meninggi. Gabriel bisa merasakan kepalanya mulai berdenyut-denyut mendengar keributan itu.

“Cukup!!!” teriak Gabriel. Ketika si kembar bungkam, ia melanjutkan dengan lebih tenang, tapi tatapannya saja sudah sanggup membuat si kembar tak berani berkutik lagi.

“Ceritakan satu persatu! Dimulai darimu, Cloud,” perintahnya.

Cloud melirik Rose jengkel, lalu mulai menjelaskan apa yang terjadi sejak awal. Tentunya ia menceritakan versinya sendiri. Setelah selesai, ia pun diam dan menunduk.

“Rosemarie,” kata Gabriel, menyuruh Rose menceritakan cerita versinya sendiri.

Rose pun menceritakan cerita versinya sendiri. Sesekali ia cegukan di tengah isakannya. Setelah selesai, Rose pun diam dan mati-matian menahan tangisnya karena mendengar Cloud menyebutnya cengeng di dalam benaknya.

SHORT STORY TALE OF THE VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang