1.Awal Pertemuan

121 30 23
                                    

Awal pertemuan.

"Astaga ini udah jam berapa! Bisa-bisa gue telat kalo kaya gini. Pak apa harus banget ya mogong pas berangkat sekolah?!".
Vani terus mengomel karena saking paniknya. Dan Pak Ahmad, supirnya malah jadi sasaran omelan Vani. Malangnya nasibmu pak ahmad.

Bagaimana tidak sebal, ini adalah hari pertamanya masuk sekolah dan pertama kalinya ia menginjakan kaki nya di bangku SMA, masa iya hari pertama MOS harus telat? Yang benar saja, Vani tidak siap dihukum di hari pertama MOS.

Oke, semua ini bukan mutlak kesalahan Pak Ahmad. Kejadian ini murni tanpa kesengajaan. Daripada membuang waktu, Vani memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke SMA Nusantara yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya berada.

"Yaudah deh Pak, Saya lari aja daripada telat kan?". Vani segera mengambil tas dan peralatan MOS yang masih berada didalam mobil.

"Maafin saya ya non, gara gara saya non Vani harus jalan kaki ke sekolah.". Pak Ahmad merasa bersalah sekali.

"Ini bukan salah bapak sepenuhnya kok. Jangan diambil pusing pak, sans saja lah kaya di pantai." Vani sebisa mungkin menenangkan Pak Ahmad dengan membuatnya tertawa. Ya baginilah Vani, sebisa mungkin membuat orang terdekat nya nyaman berada di dekatnya.

Sebelum bergegas tak lupa Vani mencium punggung tangan supir nya itu dan pamit. "Saya berangkat dulu ya pak."

"Iya non, hati-hati di jalan ya".

Vani dengan sekuat tenaga berlari untuk segera sampai ke sekolah. Saking paniknya saat akan menyebrang jalan, dia sampai menabrak penjual Cilok Bandung. Sial sekali hari ini.

Gerbang sekolah hampir ditutup oleh satpam, dengan kecepatan yang ditambah secepat mungkin Vani berusaha agar bisa masuk tepat waktu. Tapi saat dia hendak masuk melewati gerbang, tubuhnya bertabrakan dengan seorang cowok yang sepertinya juga sama-sama telat.

"Kalo jalan liat liat dong!." ujar Vani nyolot.

"Lo kali yang gak pernah diajarin jalan!." balas cowok yang belum dikenalinya itu.

"Berisik! Minggir gue yang masuk duluan!." ujar Vani sambil mendorong tubuh cowok itu agar tidak menghalangi jalannya.

"Gue dulu! Enak aja lo!."

"Mau sampai kapan kalian rebutan masuk? Gerbang ini sudah waktunya ditutup." sela satpam yang sedari tadi sudah tidak tahan melihat keributan yang ada. Apalagi mempermasalahkan siapa yang masuk duluan? Dasar anak jaman sekarang-batinnya.

"Eh maaf pak." ucap mereka bersamaan.

"Yaudah ceweknya dulu yang masuk, yang cowok ngalah biar sweet." pak satpam itu terkekeh sendiri.

"Eh lo kelas X kan?." ujar cowok itu yang mulai mensejajarkan jalannya dengan Vani yang sudah mendahuluinya.

"hm." Jawab Vani sinkat.

"Kenalin nama gue Vano Alexander. Panggil aja Vano." cowok bernama Vano itu mengulurkan tangannya kepada Vani.

Tidak ada jawaban dari Vani, dilirik saja tidak apalagi dijawab.

"Elah kenalan aja apa susahnya si, kan tak kenal maka tak sayang." Vano tersenyum lebar kearah Vani sambil mengedipkan sebelah matanya.

"iya, Nama gue Vani Arliesta Putri. Panggil gue Vani." Vani tersenyum sambil menampilkan sederet gigi putih nya tanpa paksaan sama sekali.

"Nah gitu dong, kan elok dipandang cantik ku rasa." Vano tertawa oleh apa yang diucapnya sendiri.

"Najisin, jadi pingin muntah pelangi."

"Yaudah kita harus cepetan ke lapangan sebelum pembina MOS nya berubah jadi serigala." Vano memegang tangan Vani sambil membawanya berlari.

Di sisi lain ada perasaan aneh yang menjalar di hati Vani, tiba-tiba saja detak jantungnya berdetak sangat cepat melebihi rata-rata. Vani memungkiri apa yang ada, bisa saja ini karena dia habis berlari sampai jantungnya seperti ini.

Sesampainya di lapangan sudah ada siswa baru yang sudah berbaris dan memperhatikan pembina yang sedang menjelaskan tentang keadaan lingkungan dan kegiatan yang akan dilakukan selama tiga hari kegiatan MOS.

"Maaf kak kami telat, tadi ada ssedikit kendala yang menyulitkan kami sampai ke sekolah." Ujar Vano seenakmya saja pada pembina MOS, dan di sisi lain Vani hanya berada di belakang Vano yang tak banyak berbicara dengan pembina, bukanya tak banyak bicara tapi tidak berbicara malahan.

"Hari pertama saja sudah yelat seperti ini, sekarang kalian dihukum untuk meningkatkan ke disiplinan!." Ujar cewek ber namtag Friska dan sepertinya dia adalah ketua OSIS. Memang si Friska ini cantik, tapi judesnya itu kelewatan.

"Baru juga telat dua menit masa udah dihukum aja kak." jawab Vano seenak nya lagi. Memang sepertinya mulut Vano ini seperti cewek, bawelnya bikin tidak kuat.

"Kamu berani melawan perintah saya?! Kalian berdua saya hukum lari keliling lapangan sambil lompat kaya kodok satu putaran saja." Masih sama tatapan dan nada bicaranya sangat nyolot. Untung dia ketua OSIS, kalau pasti tidak ada yang mau bergaul dengan cewek seperti dia.

Vani hanya bengong dengan hukuman yang diberikan Friska pada Vano dan dirinya. Yang benar saja masa iya dia harus lompat keliling lapangan seluas ini? Bisa saja kakinya putus setelahnya. Mungkin terlalu berlebihan, tapi ini sepertinya yang akan dirasakan Vani.

"Ini semua gara gara lo No." vani berbisik ke telinga Vano.

"Bukanya lo yang bikin gue susah masuk gerbang?!." balas Vano.

"Sudah gak usah bisik bisik segala. Kalo mau pacaran nanti aja!. Waktu terus berjalan, cepat jalani hukuman nya!. " sela Friska yang mendengar permbicaraan bisik bisik antara Vano dan Vani.

"Santai dong, mukanya biasa aja napa." ujar Vano yang dibalas dengan tatapan seram dari Friska.

Kalau saja sekarang ini Vani tidak berada di depan Pembina dan anggota OSIS sekaligus sedang menjadi pusat perhatian semua orang. Dia sudah akan menyumpal mulut Vano dengan kaos kaki nya. Yang benar saja posisinya yang masih anak baru berani beraninya dia melawan ketua OSIS, tidak habis pikir.

Benar saja, kaki Vani merasa hampir putus setelah selesai mengelilingi lapanhan sambil melompat. Gila tidak habis pikir cuma gara-gara telat dua menit hukumanya seberat ini? apa kakak kelas semena mena sekali terhadap adik kelas nya?. Ini gila.

"Gila gak punya hati banget tu Friska-

"Kak Friska, Vano." sela Vani

"Ogah banget gue manggil dia kakak. Tidak sudi diriku mempunyai kakak laknat seperti dia."

"Jijik banget, alay tau gak?." Vani memutar kedua bola matanya malas mendengar kalimat yang dilontarkan Vano, sangat menjijikan dan tidak pantas sekali diucapkan nya. Mengapa cowok se ganteng Vano harus mempunyai mulut yang berisik.

"Gak duli, gila gue malu banget disuruh lompat gituan. Apalagi dilihat banyak anak. Turun pamor gue." sambil memukul dada bidangnya dan mendramanisir suasana.

"Gak alay sehari aja bisa?. Tapi iya juga si dia judes banget jadi ketua OSIS. Sebel gue."

------

(a/n) typo? komen yak

Arini^^

TRISTEWhere stories live. Discover now