Rasya POV
Dan di sinilah gue, di kantin mengisi perut dengan somay pak Ujang dan sebotol teh botol. Kekesalan gue sama makhluk kutub utara itu gue salurkan pada sendok, piring, dan somay pak Ujang yang tak bersalah.
"Wo wo wo.... nona manis aya naon? Itu muka ditekuk aja kaya pakaian dalam lemari." Rezky sohib gue buat berantem setiap harinya di ring datang dan langsung menjarah teh botolku.
"Pakaian di lemari mah rapi, lah ini? Lecek kaya duit seribuan." Reka menyalahkan dan membetulkan berkataan Rezky. Rezky duduk di sampingku, sedangkan Reka di hadapan ku bersama dengan kembarannya Raka.
"Ketawa aja lo semua ketawa! Itu minuman gue lo abisin aja Ky, sekalian ama botolnya! Rak lo ketawa aja lo kagak usah ditahan gitu! Rek, ketawa lo kurang lebar!" sendok di tangan ku terlempar kasar ke piring hingga membunyikan suara nyaring. Rezky, Raka, dan Reka seketika diam.
Tatapan gue jatuh pada Raka yang tepat ada dihadapanku. Tatapannya lembut dan aku suka itu.
"Lo kenapa?" Raka bertanya dengan nada lembut penuh perhatian.
"Gue sekelas lagi sama beruang kutub!" aduku pada Raka
"Bukannya kemaren juga sekelas?" Rezky ikut pembicaraan kami, sedangkan Reka dengan pelan menarik piring somay ku. Biarlah si Reka mungkin lapar.
"Iya! Tapikan kemaren tuh gue sama Raka sekelas juga jadi ya gitu deh, terus gak sebangku sama dia, sekarang gue sebangku sama si beruang kutub! Arghh pusing pala gue"
Reka kini sedang melahap somayku, Rezky mengusap punggungku, sedangkan Raka ia menatapku dengan pandangan yang membuat siapa saja meleleh.
"Kenapa gak pindah aja?" Reka disela-sela kegiatan mengunyahnya bertanya padaku
"Mr.Joe bikin peraturan di kelas, bahwa siapapun gak boleh pindah dari tempat duduk yang sudah dia tentukan." Dada Rezky sudah menjadi tempat sandaranku. Tangannya membelai rambutku lembut.
"Ya udah sih, terima nasib aja" Reka dengan santainya mengatakan itu padaku dan menghasilkan sebuah tendangan di kakinya.
"Woy gila lu sakit anjir!" pekiknya dan langsung menarik kakinya ke bangku, mengusapnya pelan.
"Ya udahlah Sya, mau gimana lagi coba? Nikmatin aja udah. Lagian kenapa sih lo benci banget kayanya sama Aaro?"
Gue mendengus saat Raka menanyakan pertanyaan itu. Rezky masih setia membelai rambutku, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya dan menyembunyikan wajahku di dada bidangnya.
"Pindah jurusan aja gimana? Ke IPS bareng gue" Rezky memberi usul. Usul yang amat sangat luar biasa. Belum sempat gue menjawab ada seorang gadis membawa rombongannya datang
BRAK!!!
"LO JANGAN KEGANJENAN SAMA AARO! AARO ITU MILIK GUE! NGERTI?" gadis itu berbicara seperti orang kesetanan.
Ganjen? Ganjen sama si berung kutub? Demi kolor Spongebob andai kata cowok cuman sisa satu di dunia ini dan cuman sisa dia seorang gue gak bakal mau ama dia.
"Ya udah sih, ambil aja itu si Aaro Aaro lu! Gak peduli gue"
"Berani lo ama gue?" Raka mencengkram lengan gadis itu saat gadis yang gue ketahui namanya Aurora ingin mencengkram kerah bajuku. Hahah mohon maaf sayang, kau salah mencari perkara disaat para penjagaku berada di sekitar ku.
"Lo gak usah main kasar sama Rasya!" Reka berdiri.
"Lo ambil aja Aaro lo itu! Rasya aja gak suka sama dia!" Rezky menambahi, ia juga ikut berdiri seperti yang lain dan sekarang ia memunggungiku, melindungiku.

YOU ARE READING
TAKLUK [COMPLETE]
General Fiction~~ CERITA INI FANFICTION DARI CERITA CARMILA, MERRIED BY ACCIDENT DARI KAK REA, JADI INI BUKAN ORIGINAL SEQUEL DARI CERITA TERSEBUT ~~ Aaro Blackstone, siapa yang tak mengenalnya? Pintar, tampan, dan kaya. Bisa dibilang dia sosok sempurna jika saja...