Chapter 24

4.4K 388 6
                                    

Keenan's pov

Sore ini aku hanya bersantai dirumah. Seperti anak remaja lainnya yg tidak punya pekerjaan. Membaca beberapa majalah, online, makan, dan tidur. Ah, and have fun!!!

Lagu The Lazy Song nya Bruno Mars sepertinya cocok untukku hari ini. Setelah muak dengan beberapa majalah ini aku memilih online, memasuki account twitterku dan mengecek  timeline.

Tidak ada yg menarik dari semua itu. Hanya mention yg tidak penting yg meminta follow back dariku. Tapi aku tertuju pada satu tweet dari sebuah akun yg tidak  kukenal siapa, tapi aku memfollow akun tersebut.

"Niall in the US now. Hopefully his knee will be ok"

Begitulah tweet orang tersebut.

Niall di Amerika? Lutut? Ada apa?

**

Niall's pov

Berjalan dengan gips seperti ini benar benar tidak nyaman untukku. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa berjalan jika tidak dibantu benda ini.

Hari ini aku pulang ke London. Lututku bermasalah, jadi agar tour ke 3 kami nanti maksimal, dokter menyarankanku untuk melakukan operasi. Dan aku sudah melakukannya.

**

"Hey"

Aku mendongak saat seseorang memasuki kamarku, "Oh Zayn, whatsapp?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin memberikanmu ini." Ia menyodorkan makanan dan minuman yg dibawanya dengan nampan tersebut.

"Sebanyak ini?" tanyaku tidak percaya.

"Do not be a hypocrite, Horan!"

Aku tertawa sebelum mengucapkan terima kasih, Zayn pamit dari kamarku saat menerima telfon dari Perrie.

Setelah selesai makan malam, aku membawa laptopku ke pangkuan, dan me-login akun twitterku.  Secepat kilat, aku tertuju pada satu tweet berbunyi;

"I just got my twitter back."

Tanpa fikir panjang aku langsung membuka profil tersebut, @KeenantaRis.  Hanya 2 tweet yg dia post hari ini. Tweet yg tadi dan...

"Gettin' bored"

Well, aku sudah lama tidak mencoba menghubunginya karna kufikir ia sudah mengganti nomor telfonnya, jadi sepertinya tidak guna jika aku terus mencoba. Tapi rasa penasaran masih ada didalam diriku. Mencoba menelfonnya lagi, tidak salah, bukan?

Aku mengambil ponselku. Diponselku yg satu ini, tidak ada yg tau nomornya karna aku jarang menggunakannya, dan aku yakin Keenan juga tidak tau. Jadi jika aku menelfon, mungkin ia akan mengangkatnya. Karna ia pasti tidak men-save nomor ini.

Aku mulai mencoba menelfonnya.

Terdengar nada sambung disana yg membuatku gembira sekaligus nervous. See? Dia belum mengganti nomornya, bukan? Setelah beberapa kali nada itu berbunyi, aku mematikannya. Keenan tidak kunjung mengangkat telfonku, aku mulai pasrah.

Lalu semangatku kembali muncul saat ponselku berbunyi pertanda ada pesan masuk.

Ah! It's Keenan!

"Who are you?"

Begitulah isi pesannya, tidak tunggu lama lagi, aku kembali menelfonnya.

"Hello good evening. Who's this? Maaf aku lama mengangkat tadi karna ada beberapa hal yg harus aku...."

"Niall"

Terjadi keheningan yg berlangsung cukup lama antara aku dan Keenan setelah aku menyebutkan namaku.

"What you mean?"tanyanya.

"It's Niall. Niall Horan"

**

Keenan's pov

"It's Niall. Niall Horan"

What? Oh God, apa ini benar benar Niall? Apa yg harus aku katakan?

"Oh, hey! How are you, Niall?"adalah satu satunya pertanyaan yg ada dikepalaku saat ini..

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?"

"Aku... aku juga baik."

Terjadi keheningan (lagi) yg cukup lama diantara kami, aku tidak tau harus berkata apa kepadanya sampai pada akhirnya, Niall memanggilku.

"Keenan"

"Ye-yea?"

Shit! Mengapa aku masih saja gugup?

"A-apa kau betah disana?".

"Ya tentu. Disini tempat kelahiranku. Aku senang disini"

Oh cmon, Keenan! Niall bahkan tidak menanyakan apa kau senang atau tidak. Aku bisa mendengarnya tertawa kecil.

"A-apa kau tidak berniat untuk kembali lagi ke... London?"

Seperti yg kuduga, ia pasti akan menanyakan hal ini lagi.

"Tidak"

"But why, Keenan?" tanyanya dengan nada yg berubah, it's a lil-bit frustrated?

"T-tidak, aku hanya tidak ingin kembali kesana. Menjadi asistennya lagi, a-aku tidak bisa, Niall"

"Kau bisa kembali tanpa harus menjadi asistennya lagi. So, please"

Please? Does he begging to me?

"Maafkan aku Niall, aku tidak bisa. Kau, Taylor, semua menyuruhku untuk kembali ke London. Tapi- tapi apa selama hampir sebulan ini kalian pernah berusaha agar aku kembali? You never try at all, Niall!"

Aku merasa nada bicaraku sedikit lebih tinggi saat ini, entah... Aku benar-benar merasa-- kecewa?

Aku memutuskan telfon itu. Tidak berani mendengar apa yg akan dia jawab saat ini.

.

.

.

LEAVE YOUR VOTES AND COMMENTS, PLEASE

Deserve Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang