Six Sons, And Happy Ending

18.6K 869 101
                                    

3 tahun

Sudah selama 3 tahun kematian seorang Romero. Seorang ayah yang luar biasa, seorang pemimpin yang bersahabat dan seorang teman yang bisa mengerti

Strive menjadi cukup tertekan dan terpukul melihat ayahnya pergi dan meninggalkan wasiat yang tak terlalu banyak untuk dia. Kekuatan cahaya yang menjaga kelestarian alam, serta kerajaan yang harus dia urus

Namun secara perlahan dia mulai bisa bangkin dengan Claire yang sudah dipastikan akan menjadi ratu untuk mendampingin kepemimpinannya

Van telah kembali memimpin bangsanya, dia sangat bahagia bisa kembali pulang, dia sangat berterimaksih dengan Romero. Van sebenarnya ingin menyampaikan terimakasih pada anaknya, Strive. Tapi dia tahu untuk tidak menabur garam dari luka yang masih menganga. Sampai kapanpun bangsa Lycan tidak akan pernah melupakan jasa Lord Romero

Pria muda yang konyol dan bijaksana

El sendiri harus berpisah dengan ayahnya. Kontrak yang terikat antara Cadis dan Romero adalah kontrak sah, jika sang master mati maka servant juga akan mati.

Namun karena kebaikan hati Romero, isi kontrak telah berubah. Cadis yang didampingi Frankenstein harus kembali ke dunia gaib untuk mengabarkan kepada rakyat yang dipimpin Romero tentang kematiannya dan naik tahta Strive.

Tugas mereka adalah mempersiapkan kenaikan tahta, dan melenyapkan siapapun yang akan mengganggu proses

Sementara Leo. Dia pergi ke Alaska, suku werewolf di sana sedang mengalami krisis dengan manusia yang memburu mereka, memang terdengar aneh. Namun di Alaska mereka masih bersuku sehingga tidak banyak anggota yang ada, selain mereka lebih suka mehindari manusia dari pada menakuti mereka

Yang luar biasa di sana adalah dia mendapatkan kabar dari moongodness bahwa dia mendapat mate baru di daerah tenggara

Sehingga dia sedang dalam misi pencarian pasangan baru, mari kita do'a kan semoga dia berhasil dan tidak menyia nyiakan pasangannya lagi

~***~

"Strive, aku rasa itu tidak akan muat"

"kita tidak akan tahu jika belum di coba sayang"

"... T-tapi, nanti sakit"

"percayalah padaku aku tidak akan menyakitimu"

"...um, bisakah kita melakukan ini lain kali?"

"dengar, aku tahu kau gugup. Tapi ini demi masa depan"

"TAPI SEPATU ITU TERLALU KECIL STRIVE!"

"SOK TAU, MEMANGNYA SUDAH KAU COBA?!"

"UKURAN KAKIKU 36 ITU 38"

"...oh, bilang donk dari tadi"

"ugh kau ini. Mencari gaun untuk pernikahan belum sudah mencari sepatu" Claire mengusap pelipisnya, kakinya sudah tertinggal garis merah karena terlalu banyak sepatu yang dia coba

Strive menghela nafas "jadi perempuan itu memang ribet yha" dia bergumam dengan putus asa, memang dia tidak tahu sama sekali tentang fashion wanita, apalagi untuk masalah pernikahan

"hah kalian ini. Sudahlah, mulai mencari kebutuhan masing-masing sana" tegur El yang di sampingnya berdiri Aray yang terlihat geli dengan Strive yang sedari tadi mengganggu Claire

Strive mengerutkan dahinya pada El "apa maksudmu. Bukankah kau yang mencarikan aku tuxedo" El menyipitkan matanya mengancam "tidak jadi, kau pemalas"

"eeehhhh" pangeran pirang itu merengek "hahah, kau semakin lama semakin sama saja dengan ayahmu" kata Aray dengan geli. Strive hanya mendengus dan berdiri dari lantai "sejak dulu sifatku memang seperti ini" mata biru itu menatap Claire "nah, baiklah. Aku pergi dulu untuk mencari apa yang aku butuhkan saat pernikahan nanti. Aray akan menemanimu dan-"

The Best To Be My MateWhere stories live. Discover now