Gombalan Jimin

2.4K 230 15
                                    

Kamu tengah menikmati acara tv berdua dengan Jimin diruang tengah.
Malam ini, malam Minggu.

Tapi kalender merujuk angka 25, itu berarti sudah memasuki area kanker = kantong kering.

Jimin bilang, uang sakunya sudah menipis sejak satu minggu yang lalu.

Rindu. Ingin bertemu. Menghabiskan waktu seharian penuh tanpa perlu menguras dompet banyak, Jimin memutuskan untuk datang ke rumahmu, membawa sekantong cemilan yang ia curi dari Jin hyung tanpa sepengetahuannya.

Ah, entahlah. Apa kamu juga akan mendapat dosa atau tidak karena ulahnya. Tak perduli, Kamu ikut menikmati cemilan itu tanpa henti.

"Jimin, bukankah perempuan itu tampak cantik?" Kamu meraup segenggam keripik singkong dari pangkuan jimin.

Jimin mengangguk,
" iya, cantik sekali."

Kamu mendelik ke arah Jimin sebal. Meneguk juice jeruk di meja lalu melipat kedua lengan di dada.

Tidak bisa Jimin membenarkan pendapatmu. Kamu perempuan. Kamu ingin mendapat pujian.

"Jimin-ah . Bukankah perempuan yang ini lebih cantik? Dia bahkan lebih sexy, iya kan?"

Kamu bertanya lagi, menunjuk seorang perempuan dengan celana pendek, kemeja berlengan panjang tanpa dikancing yang tampak kebesaran, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ramping seperti gitar spanyol.

Jimin mengangguk lagi.
"Dia sangat sexy. Tubuhnya...idaman para pria."

Kamu kembali mengerucutkan bibirmu kesal. Panas. Telingamu sakit mendengarnya.

"Idaman kau juga?"
Tapi, kamu masih saja bertanya membuat Jimin mau tak mau mengalihkan atensinya padamu.

Paham maksudnya, bibir Jimin perlahan tertarik ke atas, tersenyum kecil lalu mengangguk.

"Tentu saja. Aku kan pria, sayang."

"oh, Jimin-ah.. Perempuan itu lebih cantik. Kulitnya putih bersinar. Rambutnya hitam mengkilau. Wah dia memiliki mata yang besar.. "

Jimin mengangguk lagi. Kini tanpa mengalihkan pandangannya darimu. Dia tak berniat melihat siapa yang tengah kamu bicarakan.

" iya, cantik sekali. Fisik yang sempurna!"

Kamu menjatuhkan tubuhmu di sandaran sofa malas,

"Berbeda denganku, kan?"
Begitu lirih, kamu berujar. Bukan seperti pertanyaan, tapi terdengar seperti pernyataan.

"Sangat berbeda!"

Spontan , kamu memalingkan wajahmu ke arah Jimin. Matamu membulat sempurna.

" aku tak cantik.."
Kamu dan jimin mengangguk bersamaan

"Aku tak anggun.."
Kalian mengangguk lagi

"Aku tak sexy.."
Kalian mengangguk lagi

"Aku tak manis dan aku tak sempurna seperti mereka.."

"Tapi aku suka!"sela Jimin, menghentikan kalimat yang keluar dari mulutmu dimana hal itu terdengar semakin merendahkanmu.

"Kau iri pada mereka?" Jimin bertanya,

Kamu menggeleng ragu.
"Ani, Aku hanya takut saat kau membenarkan pendapatku, kau akan berpaling dariku--"

"Itu dia!" Jimin menjetikkan jarinya di depan wajahmu membuatmu sedikit tersentak dibuatnya.

"Jika aku memilihmu karena kecantikan wajah dan fisikmu, maka aku akan punya beribu alasan untuk meninggalkanmu (YN),"

"Dan sayangnya, aku tidak memilihmu karena itu. Jadi, aku tak punya alasan untuk berpaling darimu (YN), "

"Jimin-ah"

Mendengar penuturan Jimin tak pelak membuat matamu mulai berkaca - kaca karena terharu, sementara Jimin terus menunjukkan matanya yang hangat dan senyum yang manis.

"Kau sangat berbeda. Kau tak sama dengan mereka. Jika kau dan mereka sama, maka akan ada kemungkinan aku berpaling saat kau sibuk dengan tugas kuliahmu,"

Kamu terkekeh kecil. Menyeka air mata yang mulai menetes.

"Aku tidak menemukan alasan untuk pergi. Selama 2 tahun ini, yang kutemukan adalah alasan untuk tetap disampingmu. Aku berhasil (YN)--"

"Apanya yang berhasil?"

Jimin mengacak rambutmu lembut.

"Aku berhasil menemukan keistimewaan dalam dirimu yang tak bisa kucari dari perempuan manapun. Rasanya akan berbeda, jika itu bukan denganmu. Dua tahun ini, aku semakin mencintaimu. Kau tahu kan, aku bekerja di dunia entertaiment. Banyak perempuan cantik disekelilingku. Tapi entah apa yang sudah kau lakukan padaku, karena secara otomatis mataku selalu tertutup untuk melihat keindahan lain ditempat yang lain."

Fix. Kamu menangis. Menghambur dalam pelukan Jimin. Merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia.

Ya, sudah sepantasnya menikmati apa yang ada di depan mata,melupakan sugesti buruk dalam hubungan, dan menata diri jadi lebih baik.

Cinta itu bukan masalah mata, tapi masalah hati.
Meskipun ada yang bilang, dari mata turun ke hati. Tapi, percuma kalau hatinya gak cinta. Ya, gak turun, tapi mampet.

Beda sama yang udah klop di hati. Udah turun, ya gak mau lagi naik ke mata.

IMAGINE BTS 2018Where stories live. Discover now