Their Playlist : Kimi Ga Ireba - Iori

520 42 55
                                    

Sherrin menguap lebar tanpa peduli ada yang memperhatikannya. Tatapannya kembali terarah keluar jendela, menatap gerumbul awan dengan bosan. Perjalanan Tokyo ke New York selama tiga belas jam benar-benar membosankan. Ditambah lagi ia kurang beristirahat setelah berhadapan dengan pencuri sialan itu semalam. Seperti biasa, pencuri yang juga dikenal sebagai Arsene Lupin di abad 21 itu hanya mencuri permata dan mengembalikannya tanpa rasa bersalah seperti seorang anak lelaki yang jahil.

Seolah bukan permata itu yang dicarinya, batin Sherrin. Tapi permata apa yang sebenarnya ia cari?

"Kau tidak tidur?"

Sherrin menoleh dan melihat seorang pemuda Jepang yang duduk di sebelahnya. Kairav, paman dari pihak ibunya itu memang replika sempurna dari kakeknya. Dengan rambut dan mata berwarna coklat gelap, hanya saja kulitnya yang agak pucat dan mata bulatnya menurun dari neneknya. Setidaknya itulah yang Sherrin bandingkan lewat foto kakek dan neneknya.

"Baru bangun. Dua jam lagi kita akan sampai." Sherrin melirik bekas luka di sudut bibir Kairav. "Itu... masih sakit?"

"Jangan tanya."

"Ck. Aku hanya khawatir."

Sherrin tahu benar darimana asal luka itu. Tapi kejadian itu terlalu shock untuk diingat. Bagaimana tidak shock? Setelah lelah fisik dan batin karena mengejar The Phantom Thief, dia harus menyaksikan adegan drama percintaan terlarang antara sang paman dan bibi. Bersyukur itu hanya adegan ciuman, yang untungnya segera berakhir dengan tamparan heroik dari Aurel. Coba kalau adegannya lebih 'wah', ibu tercintanya pasti akan collapse seketika mengetahui anaknya melihat adegan 21 tahun ke atas.

Sejujurnya itu sangat mengejutkan. Sherrin selalu berpikir kalau pamannya itu mungkin belok dalam hal orientasi seksual, mengingat bahwa Kairav tak hanya jadi incaran para gadis tapi juga para pemuda. Tapi ternyata ia naksir dengan kakak perempuannya sendiri. Yah, Sherrin memang sering dengar cerita dari setiap anggota keluarga Kuzuryu tentang kedekatan mereka berdua. Tentang Kairav yang selalu berada di samping Aurel yang tak berdaya karena harus kehilangan satu tangan dan kakinya hanya demi menyelamatkan keluarga Flohr di usia muda.

Demi keluarga Flohr, ulang Sherrin sekali lagi dengan penuh kebencian. Bagi Sherrin, keluarga itu tak lebih dari sekumpulan orang brengsek tak tahu terima kasih yang sudah merenggut semua hal dari keluarganya. Kematian kakek neneknya, kbersamaannya dengan sang ibu, masa muda paman dan bibinya, setiap luka yang terpancar dari mata ibu dan ayahnya selama delapan tahun ini.

Serta kebenaran yang baru saja Sherrin ketahui dua tahun lalu, membuat kebenciannya makin memuncak.

"Well, that's so scary," gumaman Kairav membuat Sherrin meliriknya. "Tatapan kebencianmu... mirip sekali dengan Shu-neechan."

"Aku, kan anaknya. Wajar mirip."

"Aku akan mengantarmu ke tempat uncle Xander setelah itu baru pergi ke Flohr Center."

"Aku bisa sendiri. Jadi bolehkah aku ikut Kai-nii ke Flohr Center?"

"Mau apa kau ke sana?"

"Temanku yang mau jadi dokter minta foto gedung Flohr Center dan Flohr Academy. Katanya untuk motivasi cita-citanya di masa depan."

"Yah, terserah saja. Tapi tumben kau mau ke sana. Biasanya kau selalu tidak suka dengan semua hal yang berhubungan dengan Flohr."

"Aku tidak bisa menolak permintaan gadis cantik yang menangis."

"Kenapa dia tidak cari di internet saja?" tanya Kairav yang hanya dijawab senyum oleh Sherrin.

Ketika pesawat sudah mendarat dan para penumpang tiba di bandara, Kairav dan Sherrin didatangi oleh seorang pria berjas hitam yang merupakan suruhan dari Damian Flohr yang ditugaskan menjemput mereka. Ingin sekali rasanya menolak tumpangan tersebut dan memilih pergi dengan taksi, tapi karena Kairav sudah menariknya, Sherrin hanya bisa pasrah.

MoonWhere stories live. Discover now