05. L U N C H

3.7K 638 28
                                    

Pukul tujuh pagi tepat Taeyong sampai di restoran. Ya, dia memang selalu datang pagi. Dan bahkan dia yang menyuruh koki bawahannya serta pegawai lain yang bekerja langsung di dapur untuk datang pukul delapan.

Tapi mungkin dia tidak menyadari hal ini sebelumnya. Ada orang yang selalu datang membersihkan dapur lebih awal. Dia selalu datang pagi-pagi sekali.

"Jisoo?"

Gadis itu merasakan seseorang memerhatikannya dari dekat pintu belakang. Sesaat ia menoleh, dia segera membungkukkan badannya dengan ekspresi yang cukup kaget.

"Uh— Pagi, Chef."

Taeyong bungkam. Dia ingin berbicara sesuatu tapi itu hanya mampu dia ungkapkan di dalam otaknya saja.

Bagaimana bisa Jisoo hanya menyapanya seperti itu?

Bagimana bisa dia tidak bersikap seperti dirinya ketika mereka pergi belanja beberapa hari yang lalu?

Tidak.

Memang tidak ada beda yang terlalu signifikan. Tapi kali ini Jisoo kembali menjadi seorang yang kaku seakan Taeyong adalah dewa kematian yang berada di dalam tubuh manusia dan dia bisa membawanya ke alam baka kapan saja.

Tapi sesungguhnya Lee Taeyong memang menakutkan.

Taeyong pikir setelah pergi belanja bersama mereka menjadi lebih akrab. Namun sepertinya itu hanya terjadi di dalam pikirannya saja.

Entah, meskipun mereka jarang sekali berbicara, tapi beberapa hari yang lalu Taeyong merasa sangat nyaman mengobrol dengan Jisoo, gadis ceroboh yang menyenangkan.

Dan untuk mencoba memecah kecanggungan, Taeyong pun berdehem kecil.

Ya, mungkin dia menganggap itu kecil tapi sebenarnya dia sengaja dan jelas-jelas suaranya terdengar cukup keras.

"Kau . . . datang pagi sekali," ucap Taeyong.

Sial.

Bodoh. Pembicaraan macam apa itu?

Dia jadi tidak bisa memikirkan kata-kata yang tepat, membuat Jisoo kini menyatukan kedua alisnya, kebingungan.

"Ha? Yang benar saja. Aku setiap pagi selalu sudah datang disini. Orang itu ke mana selama ini? Memangnya kemarin-kemarin aku memakai jubah gaib milik Harry Potter?" batin Jisoo panjang lebar.

Gadis itu pun tertawa canggung.

"I-iya, Chef."

Tapi hanya dua kata saja yang berhasil dia utarakan.

"Jisoo! Oh— pagi, Chef!" Seseorang dari arah pintu belakang tiba-tiba menyapa dua orang itu dengan antusias sambil membungkuk.

"Jongup!" Jisoo membalas sapaannya tak kalah antusias.

Sementara Taeyong hanya tersenyum kecil ke arah Jongup lalu melirik Jisoo sekilas sebelum beranjak menuju ruangannya.

Dengan ekspresi lucu setengah bodoh yang dia tampakkan, Jongup memekik kecil.

"Dia tersenyum? Jisoo, kau melihatnya kan? Dia tersenyum padaku!" seru Jongup hampir berbisik, berusaha untuk membuatnya tidak sampai ke telinga Taeyong.

Jisoo hanya bisa mengangguk sembari tertawa kecil melihat reaksi lucu temannya itu.

"Selama hampir 5 tahun aku bekerja dengannya, baru pertama kali ini aku melihatnya tersenyum! Selama ini saat aku menyapanya dia selalu menjawab hanya dengan anggukan atau bahkan tidak menghiraukanku. Langka sekali."

Burned Up ㅡ taeyong ; jisoo ✔️Where stories live. Discover now