Bab 1 Aku Versus Mama

99.7K 5.5K 138
                                    

Peluhku berjatuhan satu demi satu. Punggung rasanya sudah mau copot dari tulang belakangnya. Kaki jangan ditanya, kalau bisa ngeluh, dia sudah ngadu ke KPK, Komnas Perlindungan Kaki. Bagaimana aku tak lelah? Bagaimana aku tak gundah? Sudah setengah jam kubereskan hasil kerja bosku, tapi belum selesai juga. Mainan kayu hingga karet tersebar rapi dari ujung rumah sampai ke garasi. Belum lagi yang di ruang tamu, ruang kerja, ruang salat, kamar mandi, dan dapur. Tuhan, aku hampir menyerah membereskan mainan sekaligus dunia bos kecilku, alias Baby Aiyra.

Yap, bos kecilku itu memang seorang bayi umur 1,5 tahun dengan tinggi 89 cm dan berat 11,5 kg. Tapi, kuasanya sudah melebihi bos besar sekaligus suami tercintaku, Airlangga Sakha Handojo. Aiyra oh Aiyra. Si gimbul yang hobi makan biskuit susu itu memang sedang aktif-aktifnya. Tak jarang senyuman manis hingga gigi taringku terpampang nyata pada si kecil. Namun, Little A setangguh papanya. Tak ada satupun kegentaran pada dirinya. Ya, sudah kubilang kan kalau emaknya ini cuma numpang darah doang. Semuanya adalah duplikat papanya.

Hiks. Aku hanya bisa termehek-mehek ketika kaki mungilnya menyerang kerapian rumah ala Bapak Erlan. Dari mainan kapal-kapalan, boneka Barbie, Elsa Frozen, dan lain-lain sebagainya, dengan manis terpajang di lantai rumah asrama. Rumah dinas kebanggaan Kak Erlan lenyap sudah ketika Baby A mulai melancarkan aksinya. Dan itu juga yang berarti aku harus kerja rodi. Setiap hari!

Hiks. Aiyra memang obat diet ampuhku. Badanku tetap kecil sama ketika hamil dan melahirkannya. Apalagi dengan kebiasaan acak-acak rumah yang mirip aku itu. Badanku makin ramping dibuatnya. Asas-asas kerapian seorang Erlan dihancurkan oleh anak semata wayangnya. Bapak satu itu tunduk di bawah kekuasaan anak bayinya sendiri. Seorang Erlan yang judes dan super perfect hanya bisa mengelus dadaku, eh, dadanya dan punggungku.

"Aiyra? What are you doing now?" tanyaku hampir mendidih ketika melihat Baby A mengacak-acak rak sepatu papanya. Duh, bisa gawat kalau sepatu PDL si papa dimasukin mainan kayu. Bisa menjerit tuh si papa dengan suara seksinya.

"Da da da tu pa pate," ujarnya dengan bahasa planet bayi yang berarti 'Dedek mau pakai sepatu papa, Mama'.

"Sayang, kaki Aiyra masih terlalu mungil untuk pakai sepatu ini. Pakai sepatu yang lain yuk, Nak?" ujarku sabar. Lalu kuangkat badan gimbulnya dan mendudukkan Aiyra di kursi bayi. Tapi, tak lama kemudian.

"Huwaaaaa...huwaaaaaa...tu tu Mam, Mammmmm," teriaknya tantrum. Seketika membuatku ingin pingsan saat itu juga.

"Sayang, please. Itu bukan mainan, Nak. Itu sepatu untuk Papa kerja. Bukan mainan Aiyra. Mama ambilkan sepatu kamu ya?" tawarku sambil menepuk-nepuk punggungnya. Dia tak menyerah. Tantrumnya makin membahana hingga seluruh asrama mungkin bisa mendengarnya. Dasar anak tentara, suaranya itu loh sekenceng papanya waktu mimpin upacara.

"Aiyra, please Sayang. Ini mainan kamu, Nak," ujarku sambil menunjukkan boneka beruang warna biru, em, yang lebih mirip dengan warna krem sih.

"No, tu papa," ujarnya makin keras. Anak ini keras kepala sekaliiii. Duh, ikut siapa sih sifatnya. Akhirnya, aku menggendongnya. Dia makin meronta. Aku tak menyerah. Kusodorkan sumber air susunya dan dia menolaknya mentah-mentah.

Ya Tuhan, gimana lagi menenangkan anak ini. Aku tak mau memberinya sepatu si papa. Sepatu itu kan kotor, banyak kuman, penyakit, de el el. Kenapa sih dia gak mau ngerti kalau sepatu itu bukan mainannya? Kenapa sih kami selalu bermusuhan seperti ini? Ya, aku memang tak biasa menuruti setiap permintaan anakku. Aku takut dia jadi manja dan susah diatur. Kalau memang itu baik, pasti akan kuberikan. Kalau tidak, aku takkan memberikannya. Aiyra, please listen to your mommy, hiks.

"Aiyra lagi jualan mainan ya, Mam?" pecah sebuah suara yang mengiringi suara pintu terbuka. Oh, Dewa Penolongku.

"Iya, Sayang. Tolong gendongin Baby A dong. Biar aku beresin rumah yang udah kayak abis kena tsunami nih," cerocosku agak berteriak. Ya, karena suara mungilku kalah dengan suara tantrum Baby A.

Kujaga Takdirku (Stuck in Love 2) CompletedOù les histoires vivent. Découvrez maintenant