10

12.9K 1.1K 131
                                    

Mungkin ada yang nggak tau. Yang kemaren itu double update ya. Special chap sama chap 9.
Btw. Tolong baca A/N di bawah.
.

.

.
Maria menghela napas. Menatap dua orang di depannya yang sedang bersedih.

"Aku harus kembali ibu." kata Key.

Dahi Maria berkerut. "Kenapa ?" tanyanya bingung. "Kau tidak mau pergi ?"

"Bukan. Tapi aku belum berpamitan pada Lisie." lirih Key gelisah.

"Siapa itu Lisie ? Lagi pula kita akan berangkat sebentar lagi Key."

"Aku mohon ibu. Lisie adalah orang yang merawatku selama ini. Dia yang memberiku tempat tinggal. Dia sudah sangat baik padaku. Dia itu sudah seperti kakakku. Aku tidak pergi begitu saja." Key memohon. Matanya kembali basah, menatap Maria yang nampak bimbang.

"Apakah tempatnya jauh ?"

Lisie mengusap pipinya. "Aku tak menyangka kalau kita akan berpisah seperti ini. Aku pikir kita akan selalu bersama. Selalu berdekatan." katanya lalu mengatupkan kedua belah bibirnya menahan tangis.

Key menggosok matanya. "Aku juga pikir begitu. Tapi aku harus. Aku tak bisa kehilangan seorang ibu untuk yang kedua kalinya." lirihnya. "Aku mencintai Devan. Tapi aku tahu ibu benar. Aku tak punya pilihan." lanjutnya. Lalu menatap Lisie. "Aku menyayangimu. Terimakasih sudah menerimaku. Terimakasih sudah merawatku. Memberiku makan dan tempat tinggal. Aku tidak akan melupakanmu. Aku sungguh sungguh menyayangimu." Key kembali terisak saat Lisie memeluknya erat. Hatinya benar benar tak rela meninggalkan semuanya.

Maria menunduk. Merasa bersalah atas apa yang terjadi. Tapi ia bisa apa ?

Ia merogoh tasnya saat sebuah nada berbunyi dari ponselnya. Nama yang terpampang di sana membuatnya mengernyit. Menggeser icon ke warna hijau, Maria mengangkatnya. "Ada apa Sarah ?"

[Hiks tolong aku—]

Maria tertegun. Kepalanya tegak mendengar perempuan itu menangis. "Ada apa ?"

[Hiks Devan— tidak DEVAN—]

Maria menarik napas cepat. Tersengal saat telepon terputus setelah mendengar suara benturan. Dadanya berdebar tak karuan. Rasa takut menyerangnya tiba tiba.

"Ada apa ibu ?" Maria tersentak saat Key menyentuh lengannya. Dengan mata terbuka lebar, ia memegang kedua bahu Key. "Devan..." bisiknya.

Key menegang. "A-apa yang terjadi ibu ?" tanyanya.

Maria menggeleng lalu tiba tiba menangis. "Kita harus kembali. Anakku..." katanya lalu memutari mobil untuk duduk di kursi kemudi.

Key mengerjap. Ia terengah dengan rasa takut dan khawatir menguasainya. Ia menoleh pada Lisie. Melihat perempuan itu mengangguk dengan senyum kecil membuat Key yakin untuk pergi sekarang.

***

Key memang cengeng. Ia sendiri akui itu. Tak salah ia kembali menangis karena tak bisa lagi menahan takutnya.

Key berlari mengikuti langkah Maria di depannya. Menuju apartemen Devan yang sialnya cukup jauh. Lantai 17.

Key menghentakkan kakinya gusar sambil memilin jari jarinya saat Maria kembali salah memasukan passwordnya. "Ya Tuhan..." lirih wanita itu hampir menangis.

Berusaha fokus, pintu terbuka pada percobaan ke 4. Keduanya berlari ke dalam.

***

Key menutup mulutnya tak percaya. Air mata kembali menetes dari mata. Dadanya naik turun. Sementara Maria berdiri mematung. Memandang kosong pemandangan di depannya.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang