17

18.4K 1.4K 14
                                    

Warning: Typo

Dara membuka mata ketika ia merasa wajahnya menghangat. Kelopak matanya mengerut ketika bias sinar mentari menyilaukan pandangannya. Ia melirik ke sebelah, Alex sudah tidak ada. Pandangannya berpindah ke jam di atas side-tablenya dan angka yang ditunjuk jarum jam itu mampu membuat kelopak matanya melebar. Pukul 10 pagi.

"Ahhhh..." Dara sedikit meringis saat hendak bergerak turun, area punggungnya terasa sangat pegal. Tidur dengan bertahan pada satu posisi memang sangat menyiksa. Itu yang menyebabkan ia sulit terlelap semalam dan bangun menjelang siang. Sedangkan Alex begitu nyaman dengan posisinya, bahkan dengkur halusnya membuat Dara ingin menjejalkan bantal di wajah laki-laki itu. Ia kesal karena situasi ini justru sangat tidak menguntungkan baginya. Ia teringat lagi kejadian kemarin.

"Dara! Ayolah katakan sesuatu, jangan seperti ini." Alex mengejar langkah Dara yang cukup cepat menuju kamar tidur mereka. Dan ia menutup pintu tepat di muka Alex. Laki-laki itu hanya bisa menghembuskan napas menyemburkan kekesalannya.

"Aku minta maaf." Ia berkata dari balik pintu.

Dasar laki-laki jahat! Gerutunya dalam hati. Bayangan Alex dan Leona saat itu kembali menghantui pikirannya. Ia jadi enggan untuk bangun dari ranjang dan memilih kembali merebahkan tubuhnya. Alex tentu saja sudah ke Tropiz dan entah apa alasan yang ia katakan pada karyawannya yang mengira ia sekarang sedang di Jepang bersama istri tercinta. Istri tercinta? Dara berdecak hanya dengan memikirkannya saja.

"Bulan madu gue." Ia sedikit menggeram kesal. Seharusnya saat ini dia sedang menikmati perjalanan ke Karuizawa untuk menghabiskan malam di salah satu resort di sana dan kemudian bersepeda romantis bersama Alex dan berakhir dengan berendam di sumber air panas yang akan memicu mereka ke aktivitas panas lainnya. Ia hanya bisa mendengus dengan segala khayalan yang hampir menjadi kenyataan itu.

Ia meraih ponselnya dan mendial nomor Ajeng. Ia butuh teman bicara. Dan beberapa menit kemudian, setelah pembicaraan kecil mereka, teriakan Ajeng di seberang sana seperti mampu mengusir terbang semua burung-burung yang sedang bertengger di setiap pohon di hutan belakang. Dara bahkan perlu menjauhkan ponsel dari kupingnya.

"Gue kira lo sekarang sedang asyik masyuk melepaskan keperawanan lo. Gilaaaa!! Gue nggak nyangka lo harus ngalamin drama lagi." Ajeng berkata geram. Dan kalimat pertamanya itu sedikit membuat kuping Dara panas. Sehari setelah malam pertama mereka Ajeng menelepon untuk mencari tahu apa yang terjadi semalam dan dengan polosnya Dara menceritakan semua yang terjadi. Tentang gagalnya Alex menjebol keperawanannya. Dan membuatnya tetap perawan hingga saat ini.

"Dan bisa jadi gue akan mencatat sejarah sebagai janda yang tetap perawan." Kata Dara lirih tanpa bermaksud melucu namun tawa Ajeng di seberang sana menjadi bukti bahwa kalimat itu sungguh menggelikan.

"Ra...sorry...gue jadi ketawa." Dara mendengar Ajeng sedang berusaha menelan rasa gelinya. "terus sekarang lo gimana?" sambungnya lagi.

"Gue nggak tau Jeng. Gue marah tapi itu semua nggak mengubah keadaan bahkan justru bikin kita berdua jadi jauh justru di awal pernikahan. Kalau gue ngalah serasa gue nggak punya harga diri lagi, tapi pantas nggak sih gue marah Jeng? Mereka melakukan itu di saat Alex belum melamar gue." Dara terdengar putus asa. Ia benar-benar merasa serba salah.

"Iya sih Ra, gue juga bingung mau ngomong apa. Begini..." Ajeng berdehem. "pertama-tama lo harus berharap bahwa itu bukan anak Alex terus kalau misalnya yang terburuk terjadi, anak itu anak Alex, lo harus siap menerimanya. Alex toh nggak akan balik sama Leona kan? Dia hanya bertanggung jawab terhadap anak itu.."

"Tapi kalau Richard tahu?" potong Dara dan membuat Ajeng terdiam cukup lama.

"Ah....nafsu memang bisa merusak segalanya."

HAPPY ENDING (Open PO Info Cek Bio)Where stories live. Discover now