#1#

14.1K 736 31
                                    

Disclaimer: Masashi Kishimoto.

Cerita milik saya.

Warning: Typo, OOC, Abal-abal, crack pair.

Don't like don't reads!

Don't copy my story!

Happy Reading. ^^

Palu pengadilan telah diketuk tiga kali oleh hakim, tanda jika mereka telah resmi bercerai. Ya, Uchiha Sasuke dan Hyuuga Hinata. Dua orang yang terikat karena perjodohan dari orangtua mereka.

Awalnya kedua keluarga besar terkejut mendengar kabar perceraian mereka. Keduanya mengatakan jika tidak ada kecocokan diantaranya. Ditambah mereka tidak saling mencintai. Mereka sudah berusaha untuk itu, tapi apa? Hubungan mereka memang tidak bisa dipertahankan.

Dan sekarang disinilah mereka - dipengadilan negeri untuk sidang perceraian. Baru saja palu hakim di ketuk tanda jika keputusan yang mereka buat telah disetujui oleh Hakim. Dengan kata lain mereka telah sah berpisah. Ikatan pernikahan diantara mereka telah terputus.
Hinata kini kembali memakai nama keluarganya - Hyuuga. Tidak ada lagi nama Uchiha dibelakang namanya.

Selesai persidangan, Sasuke menatap Hinata yang kini menjadi mantan istrinya - datar. "Kuharap kau menemukan kebahagianmu, Hinata." Ucapnya sambil berlalu. Disisi lain Hinata memandang punggung tegap pria yang kini menjadi mantan suaminya, lalu bergumam. "Kuharap kau juga begitu, Sasuke." Tanpa Hinata sadari pria itu mendengar apa yang ia katakan serta sebuah senyum tipis menghiasi wajahnya - samar.

***

Sasuke kembali ke apartement tempat dimana ia dan Hinata tinggal, karena kini ia dan Hinata telah berpisah maka ialah yang menempatinya.

Sasuke mendesah, ada sesuatu dihatinya yang terasa aneh. Biasanya jika ia pulang Hinata yang menyambut kepulangan-nya, walaupun balasan darinya terkesan dingin, acuh-tak-acuh.

Suara lembut Hinata kala menyambutnya pulang entah mengapa terngiang-ngiang dikepalanya. Bahkan sedari tadi di kantor-pun ia masih tidak percaya jika kini mereka telah resmi bercerai.

Harusnya ia bahagia. Bukankan ini yang ia inginkan? Ia yang tidak suka terikat dan menginginkan kebebasan sekarang telah terbebas dari ikatan pernikahan yang baginya hanya sebuah omong kosong semata. Namun kini semua tampak berbeda.

Apakah ia menyesal?

Ataukah dihatinya telah muncul perasaan itu? Perasaan yang dia sendiri menolaknya.

Katakanlah ia gengsi, perasaan yang dinilainya menjijikan serta terkesan tidak cool. Hai, apakah kau lupa, kau ada karna rasa itu. Tidak ada kehidupan jika tidak ada rasa itu. Ya, sebut saja dengan Cinta.
Tapi pria satu ini tidak mau mengakuinya. Ia masih kekeh pada egonya jika ia adalah manusia yang bebas.

.

.

Satu pesan masuk diterimanya. Sasuke langsung mengambil ponsel pintarnya di balik jas yang ia pakai. Dilihatnya nama salah satu kekasihnya diponsel. Ia-pun membuka pesan tersebut yang isinya ia disuruh menginap di apartement miliknya.

Sasuke mendengus. Ia berpikir, berani benar wanita ini menyuruhnya. Selama ini tidak ada yang berani menyuruh ataupun memerintahnya, kecuali ibunya sendiri. Baginya di dunia ini tidak ada wanita seperti Mikoto. Ia hanya menganggap semua wanita sama saja - Jalang. Semua wanita yang ia temui dengan suka rela membuka pahanya untuk ia masuki. Cih! Menjijikan.

Dengan sangat malas Sasuke membalas pesan dari Karin, salah satu kekasihnya. Ia menjawab jika malam ini ia tidak ingin diganggu.

Lagi-lagi ia menghela nafas berat. Entah mengapa hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya. Karna suntuk dan penat, ia putuskan untuk mandi setelah mandi ia pun bergegas untuk tidur. Menghilangkan semua kejadian hari ini.

***

Setelah bercerai dari Sasuke. Hinata kembali menjadi Hyuuga Hinata yang ceria tanpa beban. Lain Sasuke yang merasakan kehampaan. Ia malah merasakan kebebasan. Sudah cukup penderitaan dan rasa sakit hati yang ditorehkan Sasuke kepadanya. Ia akan menjalani hari-hari tanpa embel-embel pria itu.

Pagi yang cerah untuk melaksanakan aktifitasnya di kantor. Hinata kembali lagi membantu mengurusi perusahaan keluarganya. Walaupun perusahaan itu di atur oleh Neji saudara sepupunya, tapi ia tidak keberatan. Baginya Neji pantas menduduki kursi CEO. Ia akan bekerja dibalik layar saja. Toh ia tidak suka menjadi pusat perhatian.

Kabar mengenai perceraiannya dengan pentolan Uchiha menyebar dengan cepat. Hinata menghela nafas lelah. Pasalnya banyak juga yang menaruh simpati atas kandasnya pernikahan mereka yang telah mereka bina setahun ini. Ia tidak terlalu memusingkan soal kandasnya pernikahannya dengan Sasuke. Baginya itu semua hanya pernikahan bisnis. Toh biarpun statusnya menjadi janda tapi ia masih perawan. Selama menikah Sasuke tidak pernah menyentuhnya. Pernikahan mereka jauh dari kata harmonis.

Skip.

Saatnya jam makan siang. Semua karyawan baik petinggi maupun tidak bergegas mencari makan, tak terkecuali Hinata. Di tengah koridor ia bertemu dengan pria yang selama ini ia kagumi -Uzumaki Naruto. Ia dan Naruto adalah teman kala mereka masih SHS. Naruto adalah sahabat Sasuke, dan saat ini pria itu bekerja di perusahaan Uchiha Corp.

"Hai Hinata! Lama tidak bertemu." Sapanya dengan senyum lima jari. Hinata melihat senyuman itu merasa merona malu.

"Na..Naruto..kun." Balasnya gugup.

"Kau baik-baik saja kan Hinata-chan. Jujur saja, aku sangat terkejut dan prihatin dengan rumahtangga kalian."

"Aku baik-baik saja, Na.. Naruto.. kun." Jawabnya gugup.

"Apakah kau mau pergi makan siang? Jika begitu kebetulan sekali, aku baru saja menyerahkan proposal dari perusahaan ke Neji. Hehehe..." Ajaknya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Hinata yang mendapatkan ajakan Naruto tak ingin membuang-buang kesempatan ini. Ia pun menyanggupinya.

Naruto mengajak Hinata makan siang di sebuah kedai ramen Ichiraku makanan favoritnya. Ya, walaupun Hinata akui jika pria disebelahnya ini sangat jauh dari Sasuke. Sasuke pasti akan memilih tempat yang mewah, elegan, dan pastinya privat. Tiba-tiba saja Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya. Untuk apa ia memikirkan pria itu. Toh selama menjalani pernikahan dia tidak pernah memikirkannya. Batin-nya.

Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk kembali. Terlebih dahulu Naruto mengantar Hinata kembali ke kantornya. Awalnya ia menolak karena tidak enak kepada Naruto tapi karna pria itu yang memaksanya - ditambah Naruto adalah pria sejati - ia tidak ingin meninggalkan Hinata kembali sendirian. Ia merasa bahagia, akhirnya ia bisa keluar makan siang bersama orang yang disukainya.

Tanpa mereka sadari disalah satu restoran disebrang jalan sana. Sedari tadi sepasang mata onyx menatap mereka dingin.

TBC

Maaf jika jelek, cerita pasaran dan banyak typo. Saya pendatang baru dan ini adalah karya pertama saya. Jika berkenan tolong berikan saran dan kritik yang membangun untuk kedepannya.

Akhir kata, Arigato-mina... ^^

Gomen Hinata. ✅Where stories live. Discover now