Chapter 7: Deja Vu

1.7K 211 25
                                    

Min Yoon Gi benar-benar jadi anak penurut untuk tidak mengikuti Claire. Sebenarnya tidak juga, Yoon Gi hanya mengekor dengan radius cukup jauh supaya Claire merasa tidak dibuntuti. Gadis itu terlalu sensitif hanya karena satu hal yang tidak ia tahu. Yoon Gi justru merasa khawatir karena tidak biasanya Claire seperti buku yang tak mampu dibaca.

Apa Yoon Gi memiliki kesalahan fatal? Apakah Yoon Gi melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan? Namun ketika semua pertanyaan muncul di otak seketika Yoon Gi mengelak. Rasanya ia tidak pernah berbuat kesalahan kecuali ketika bahunya cidera beberapa tahun lalu. Ini gila. Benar-benar gila.

Mengembuskan napas, Yoon Gi segera berbalik menuju kelas setelah memastikan Claire benar-benar sampai tujuan. Namun belum sempat ia menjajakan langkah lebih jauh, seorang gadis bersurai cokelat kemarin sudah menghentikannya. Gadis itu menunduk dengan wajah merah nyaris seperti Hyuuga Hinata ketika bertemu Naruto. Yoon Gi menaikkan sebelah alis. Ingin hati segera kembali namun di satu sisi juga tidak tega dengan si gadis di hadapan.

"Se-selamat pagi, Yoon Gi," ujar si gadis makin bersemu merah. Wajahnya masih menunduk, kian merunduk manakala Yoon Gi menjawab sapaan. Secepat kilat gadis itu memberikan kotak bekal yang sedari tadi ia dekap. Mengacungkan ke depan dengan harap-harap cemas. "M-makanlah. I-ibuku membawakan bekal lebih hari ini."

Meski Yoon Gi masih bingung setengah mati namun ia tetap meraih kotak berwarna pink pudar itu. Gadis ber-nametag Jung Han Na pamit begitu saja tanpa sempat memperhatikan ekspresi Yoon Gi. Hari ini Yoon Gi merasa beberapa gadis terlihat lebih aneh dari biasanya. Mulai dari Claire hingga Han Na. Belum lagi gadis-gadis di koridor, adik kelas, yang berbisik sembari menengok arah Yoon Gi. Ah, para gadis memang terlalu sulit dipahami, pikirnya.

***

"Mau dengar berita hangat?" Im Na Young, si penceloteh sejati sekaligus teman Claire, mulai berbicara. Ia duduk di bangku tengah, diapit Claire, Ye Rin serta Naomi yang berada di sisi kanan kiri serta belakang. Dua gadis mengangguk serempak sementara Claire menanggapi seadanya. Ia tahu Na Young terkenal sebagai ratu gosip di sekolah, jadi tidak perlu respon berlebih karena gadis itu akan dengan senang hati membeberkan.

"Ingat Jung Han Na murid kelas sebelah? Aku melihatnya memberikan bekal pada Yoon Gi pagi ini."

Benar, 'kan? Claire mendengus memberikan respon. Namun sedetik kemudian Claire mengubah ekspresi manakala mendengar nama sahabatnya disebut-sebut. "Memberikan... bekal?"

Na Young mengangguk. "Wajah Han Na bahkan lebih merah dari tomat. Aku sendiri terkejut karena Yoon Gi menerimanya begitu saja. Padahal aku benar-benar mendukung jika kau dan Yoon Gi memiliki hubungan spesial."

Naomi serta Ye Rin mengangguk setuju. Bagi mereka Claire dan Yoon Gi adalah pasangan sejati. Semua orang mengatakan demikian meski baru satu kali melihat interaksi keduanya. Namun mereka juga tidak habis pikir mengapa Claire dan Yoon Gi tidak juga menunjukkan adanya hubungan lebih serius?

"Kurasa dia benar-benar tidak peka," timpal Ye Rin mengetuk-ngetuk ujung bolpoin ke bangku. "Jika dia mengerti seharusnya tidak perlu menerima bekal dari gadis lain. Bukankah kalian selalu berbagi bekal tiap hari?"

Claire tidak menanggapi. Hati dan perasaannya terasa dicabik-cabik. Ia tidak mengerti efek yang ditimbulkan karena pernyataan teman-temannya justru sedahsyat ini. Darah seakan mendidih, jantung seakan ditekan kuat-kuat. Mungkin dalam kurun waktu berapa menit ia bisa meledak.

"Ingat kejadian valentine kemarin. Yoon Gi juga tidak menolak mengambil cokelat langsung dari mereka," Naomi menambahkan. Lagi-lagi hanya Na Young dan Ye Rin yang bereaksi. Claire tetap diam meski di tangan kiri, kertas jawaban yang baru saja ia keluarkan dari tas sudah menjadi lipatan sampah siap buang.

비물 (Rain) ✔Where stories live. Discover now