Chapter 5 : Broken Home

284 24 1
                                    

Disekolah, Boom sudah sampai dengan sangat pagi sekali. Terlihat dia sedang bermain basket di lapangan seorang diri untuk menghibur dirinya sendiri. Datanglah Peak yang tak sengaja berjalan melewati lapangan dan melihat Boom sedang bermain seorang diri. Lalu Peak pun tertawa karena ia memiliki ide untuk menemani Boom bermain basket.

Peak pun berjalan menghampirinya dengan sedikit menganggu konsentrasi Boom untuk memasukan bola kedalam Ring dengan berkata

"Hoey, Pika. Apa kau sedang berlatih." Ucapnya Peak yang datang menghampiri. Mendengar panggilan "Pika" dari Peak membuat Boom merasa sebal mendengarnya dan tidak menjawab Peak.

Peak berfikir mungkin Boom tidak mendengarnya karena Boom sedang berkonsentrasi ditambah lagi suara benturan bola dengan tembok ring yang terbuat dari besi itu terdengar cukup kencang. Lalu Peak pun mencari cara lain untuk mendapatkan perhatian dari Boom. Yaitu ..... Peak langsung meletakkan tasnya dan merebut bola yang sedang di dribble oleh Boom itu dan membawanya pergi jauh dari Peak.

"Ayo, ambilah." Goceknya Peak memainkam bola.

"Hoey, kembalikan itu padaku." Ujarnya Boom meminta dengan malasnya untuk berdebat dengan Peak.

"Oey, ambilah ini. Dan mainlah denganku."

"Hentikan, Peak. Berikan itu padaku."

"Baiklah, akan aku berikan ini padamu." Ucapnya Peak yang lantas berhenti mengontrol bola. "Tapi kau harus menebaknya dengan tepat, apakah aku bisa memasukan bola ini kedalam ring itu atau tidak. Bagaimana?" Ujarnya Peak.

"Mengapa kau tidak bermain saja dengan musuhmu itu." Ujarnya Boom yang membuat Peak bingung dengan perubahan sikap Boom yang sangat dingin dan sambil membawa-bawa video yang telah tersebar ini. Dengan kesalnya Peak pun lantas melemparkan bola kearah Boom dan mengenai bahunya itu.

"Mengapa kau membahas itu." Ujarnya Peak yang terbawa emosi.

"Pergilah. Aku tidak ingin bertengkar denganmu." Ujarnya Boom yang lantas pergi mengambil bola basket itu.

"Jika kau ingin bertengkar. Ayo bertengkarlah denganku." Ajaknya Peak yang terpancing emosi.

Berjalanlah Peak meraih tangan Boom dan memutarkan badan Boom agar menghadap kepadanya.

"Ayo, bertengkar denganku." Ujarnya Peak.

Hampir saja pertengkaran itu akan terjadi, si Ohm pun datang dan lantas merentangkan kedua tangannya di bahu Peak dan Boom untuk mendamaikan mereka berdua. Meski Ohm tak tahu apa permasalahannya, ia mencoba untuk meredakan suasana yang sempat terdengar oleh telinganya dengan cara lain.

"Hoey, mengapa kalian disini? Bermain basket, huh?" Tanyanya si Ohm berseru dan Peak juga Boom masih bertatapan mata dengan emosi masing-masing. "Hoii, mengapa pandangan kalian seperti itu? Sedang bertengkar, huh?" Si Ohm bertanya lagi.

Lalu diletakanlah kepala mereka berdua di pundaknya sambil mengusap-usap rambut mereka dengan bertutur

"Sudahlah, tidak ada gunanya jika bertengkar. Karena sejak awal aku melihat kalian berdua tidak saling suka."

Dilepaskanlah tangan Ohm oleh mereka berdua dan lantas menjawab dengan bersamaan berkata

"Benar. Dia yang memulainya."

Mendengar suara mereka berdua yang cukup bising di telinga Ohm, membuat Ohm megusap telinganya agar tidak tuli. Lalu si Ohm kembali dengan berkata

"Cukuplah. Hentikan. Bagaimana jika aku akan mentraktir kalian berdua untuk minum." Ujarnya si Ohm.

"Okay." Jawabnya mereka berdua serentak.

"Oeeeyyy..." si Ohm sebal karena merasa bising.

"Bagimana kita buat kesepakatan. Jika kau mabuk, kau harus meminta maaf padaku. Deal?" Ujarnya Peak membuat taruhan dengan Boom.

LOVE [BoyxBoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang