RaB. 11 : Pergi

54 6 0
                                    

"Apakah sesulit itu?"

"Ya, sulit sekali untuk melakukan astral projection. Aku bahkan sudah mencobanya lebih dari lima kali, tapi aku baru berhasil di kali ke lima." Syerin menggoyangkan kakinya yang menggantung di atas pohon.

Ezra terkekeh. "Untuk apa kau melakukan hal merepotkan seperti itu?"

Namun Syerin tidak menjawab, ia malah membuang wajahnya dari Ezra.

"Syerin?"

"Itu karena...."

"Karena?"

Syerin menarik napas panjang, kemudian menoleh menatap Ezra dengan wajahnya yang bersemu merah. "Karena aku ingin bersamamu dengan wujud yang sama, meski hanya sesaat."

Syerin bodoh, Syerin bodoh.

Pasti wajahku sudah merah sekarang.

Ah, memalukan!

"Terima kasih."

"Hah?"

"Kau tidak dengar? Kubilang, 'terima kasih'." Ezra menepuk kepala Syerin sambil tersenyum lebar, membuat wajah gadis itu kini semakin memerah.

"Lihat ini, wajahmu memerah," ucap Ezra sambil tertawa, tangan kanannya turun untuk mencubit pipi Syerin gemas.

Syerin menepis tangan Ezra, ia lalu turun dari pohon rimbun itu dengan perasaan kesal dan pergi meninggalkan Ezra begitu saja.

"Hei! Kau mau kemana?" seru Ezra sembari mengikuti Syerin.

Di tengah malam yang sunyi itu, mereka berdua sibuk berjalan-jalan sambil bercengkerama. Melupakan apa yang telah terjadi tadi siang.

Memang bukan yang pertama kalinya Syerin melakukan kegiatan sejenis ini. Ia sudah pernah melakukannya saat SMP dulu, itupun hanya sekadar untuk bermain dengan hantu anak kecil. Yang nyaris membuatnya tidak bisa kembali ke tubuh aslinya, karena ia terlalu senang dengan wujud halusnya.

Dan setelah sekian lama, Syerin mencoba melakukannya lagi.

"Ezra," panggil Syerin.

Ezra yang sebelumnya berjalan di belakang Syerin, melangkah ke depan untuk mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu. "Ada apa, hm?"

"Apa yang biasanya kau lakukan saat tengah malam seperti ini?" tanya Syerin sambil menatap kedua manik mata biru milik Ezra.

Ezra bergumam, ia terlihat sedang berpikir. "Biasanya aku berkeliling, tapi aku lebih sering duduk di pohon rimbun tadi sambil menatap bintang."

Tiba-tiba Syerin tertawa kencang, membuat Ezra seketika tersentak dan menatap Syerin yang terus tergelak. Hingga beberapa saat kemudian akhirnya tawa Syerin terhenti lalu menyadari bahwa Ezra memperhatikannya sejak tadi dengan pandangan aneh.

"Ada apa? Salahkah jika aku tertawa?" tanya Syerin sambil mengerutkan dahi. Seketika Ezra tersadar dan berdeham pelan.

"Tidak, tidak ada apa-apa," Ezra menutupi mulutnya dengan punggung tangan kanan, "aku hanya terkejut."

"Terkejut? Untuk apa?"

Ezra membuang wajahnya dari Syerin. "Ini pertama kalinya aku melihatmu tertawa lepas."

Syerin terdiam, matanya membulat sementara mulutnya terkatup rapat. Perlahan wajahnya memanas dan untuk kesekian kalinya, pipinya kembali memerah. Tentu saja gadis itu tidak ingin wajahnya terlihat oleh Ezra, maka ia memutar tubuhnya membelakangi laki-laki itu.

Sial, dia selalu berhasil membuatku malu.

"Tapi ... hei, kenapa kau tertawa tadi? Apa yang lucu, hah?" Ezra kembali menoleh pada Syerin, akan tetapi gadis itu malah membelakanginya.

Rain and BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang