My Lady (1)

28 4 0
                                    

Maaf.
Typo bertebaran....







Kilatan cahaya memenuhi ruang gedung serbaguna malam itu. Waktu menunjukan pukul 10:00 PM. Ruangan sesak dengan sederet warta berita memotret seorang wanita yang berdiri anggun ditengah gelaran karpet merah. Tersenyum ramah kesegala arah yang terpampang kamera dihadapannya. Gaun  maroon panjang yang cantik tertempel pas ditubuh wanita itu. Bagian bahu yang terbuka lebar tidak meruntuhkan pertahanan tubuhnya terhadap dinginnya hembusan angin malam itu. Acara jumpa media baru saja usai, dilanjuti dengan acara pengabadian momen yang tidak mungkin terlewatkan oleh awak media. Tiap kali nama wanita itu dipanggil untuk menoleh ke kanan-kiri. Sesekali tangan putih pucatnya terlambai kearah kamera. Wanita itu baru saja melakukan pra launching prodak bisnis terbarunya. Ya, ia merupakan bisnis woman sukses di usianya yang baru menginjak 24 tahun. Membuat siapapun takjub dengan kesuksesannya diusia muda. Apalagi sudah jelas fakta bahwa ia berjuang sendiri dengan bisnisnya. Hal itu pula yang makin melekatkan dirinya pada label wanita tangguh.

Lima belas menit kemudian acara selesai. Selena nama wanita itu buru-buru masuk kedalam mobilnya diiringu pengawal yang selalu setia berjajar disekeliling tubuhnya. Menjaganya seolah berlian berharga. Selena merebahkan dirinya dikursi penumpang belakang. Kepalanya bergerak kekanan kiri berusaha meredakan pening yang sebenarnya sudah ia rasakan dari tadi. Tapi demi tidak ingin merusak suasana ia benar-benar sengaja menahannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya asisten pribadinya Helen.

"Aku rasa tidak begitu. Beri aku vitamin atau obat pereda nyeri kepala Helen," pinta wanita itu, Selena.

Helen memberika beberapa butir obat beserta air mineral. Selena menenggak semuanya dalam satu waktu. Dan tubuhnya mulai terasa lelah. Rasanya sekarang ia sangat rindu ranjang empuknya.

________

"Kau sudah mau pergi? Pagi-pagi buta seperti ini."

Pria itu meringis mendengar ocehan pagi dari ibunya.
Pria itu pun hanya tersenyum teduh, menarik kursi untuk duduk disebelah ibunya dan memulai sarapan singkatnya. Waktu baru menunjukan pukul 06:00 AM dan dirinya sudah rapi untuk berangkat kerja. Ya hanya kadang pria itu bosan dengan aktivitasnya yang terlalu monoton. Ia butuh refreshing tetapi ketika ia berpikir dua kali. Ia merasa tidak ada gunanya melakukan hal itu karena pasti akan mengingatkan diringa akan kejadian kelam dalam hidupnya. Sejak itu pula ia mulai sibuk merintis bisnisnya meneruskan bisnis sang Ayah yang telah pergi meninggalkannya sejak remaja. Yang pasti pekerjaan itu sebenarnya hanya sebuah peralian bagi pria itu.

"Gavin Eldorado. Mom mu ini sedang berbicara denganmu."

Lagi-lagi Gavin meringis. Mendengar seruan ibunya.

"Mom apa dirimu tidak lelah selalu saja seperti ini."

"Karena kau terlalu memforsir kerjamu nak. Dan Mom sangat tidak suka itu."

Gavin hanya tersenyum manis dan segera beranjak kearah ibunya lalu mencium pucuk kepala ibunya dan segera melangkah pergi. Enggan mendengar lebih banyak omelan. Hanya pada orang terdekatnya seorang Gavin bisa menjadi sosok yang hangat. Ketika dengan orang luar ia akan menjelma menjadi sosok dingin tak tersentuh.

Mobil Gavin berhenti dipelataran parkir gedung tinggi bertuliskan Eldorado Co. Dengan wajah dingin ia memasuki gedung membiarkan setiap sapaan pagi dari para karyawan. Gavin memasuki lift pribadinya yang langsung tersambung keruangan pribadinya di lantai 25. Gavin Eldorado (CEO). Tulisan dengan huruf besar itu terpampang di sebuah pintu ruangan yang luas namun kental dengan aura yang sedikit menyeramkan mungkin. Dengan wewangin maskulin yang menambah siappun yang masuk maka akan sedikit bergidik ngeri. Apalagi jika melihat pemimpinnya yang sedikit misterius juga.

Gavin merebahkan tubuhnya di kursi kerja kebesarannya. Melihat setumpuk file yang sudah menjulang dihadapannya. Pria itu memijit pelipisnya sekilas. Harus segera menyelesaikan pelarian brengseknya ini. Pintu ruangan diketuk dan masuklah perempuan seksi dan cantik dengan tubuh sintal membawa sebuah agenda ditangan kirinya. Menunduk patuh sebelum angkat bicara. Ditatapnya atasannya itu ragu. Lalu dengan lantang berbicara.

"Sir, hari ini kita hanya memiliki janji meeting dengan Orlando Corp. saja."

"Ya."

"Lalu dengan agensi model itu bagaimana sir?"

"Kita butuh kapan?"

"Kurang lebih satu bulan lagi untuk pemotretan sekaligus fashion show produk perhiasan terbaru kita, sir."

"Pilihkan agensi model terbaik yang ada dinegara ini. Seleksi mereka. Aku akan mengambil keputusan setelah hasil seleksi itu ada dihadapanku."

Perempuan itu mengangguk patuh dan segera pergi. Meninggalkan bosnya itu dengan masih menatap file dihadapannya.

Gavin menarik napas panjang. Terngiang akan ucapan ibunya tempo hari.

"Kapan kau akan berhenti menjadk penggila kerja seperti ini nak."

Dan Gavin masih belum tahu sampai kapan ia akan sanggup menjalani hidup yang seakan hampa seperti ini.
Semua membuat Gavin mengerang keras sambil membanting jatuh bolpoin digenggamannya frustasi.

_______

"Selena bangun. Sampai kapan kau akan tidur. Kau tidak lupa hari ini ada pemotretan produk terbarumu," ucap Helen masih mengguncang tubuh wanita yang masih terlelap dibalik selimut.

Selena mengerang, merasa tidurnya diganggu. Ia benar-benar lelag dengan rutinitasnya. Ia seakan butuh liburan betahun-tahun.

"Selena cepat kita tidak boleh terlambat."

Selena bangun dengan mata sembab, mungkin efek dirinya yang sangat lelah. Selena sedikit mengangguk dan menatap Helen tidak berminat.

"Jam berapa?"

"Sekarang sudah jam 8 dan kita punya janji pemotretan jam 10."

Selena sontak membelalakan matanya. Ia segera bangkit dan berlari menuju kamar mandi apartemennya. Selena memang sudah mandiri dari ia mengenyam bangku universitas jadi tidak heran ia tinggal di apartemen pribadinya dengan hanya ditemani Helen dan satu pekerja untuk merapikan apartemennya. Serta tak lupa setidaknya dua pengawal yang selalu ketat menjaga depan pintu masuk apartemen Selana secara bergantian.

45 menit berlalu. Selena keluar dengan hanya memakai kimono dan rambut yang sudah digulung handuk kecil berjalan menuju meja riasnya. Sedikit menyapukan make-up. Dan mencari baju casualnya dilemari pakaian. Hari ini Selena janji temu dengan fotografer dan beberapa anak asuh agensi modelnya untuk pemotretan produk keluaran terbaru dari hasil karya designnya. Setelah siap Selena melangkah keluar dengan tak lupa menjinjing tas tangannya. Menemui Helen yang sudah merapikan barang-barang yang perlu dibawa oleh Selena. Ya Selena memang mandiri. Tapi jujur dirinya ini sangat ceroboh tidak pernah mau membereskan semua perlengkapan pribadinya karena dia selalu merasa pusing kalau sudh berurusan dengan merapikan barang-barang. Karena itu ia sangat membutuhkan Helen. Dan ia bersyukur bertemu dengan orang sebaik dan sepenyayang Helen.

Selena dan Helen segera keluar menuju lobby apartemen Selena dengan dua pengawal yang selalu setia menjaganya. Sampai dilobby hotel mobil yang menjemput mereka sudah tiba. Dan segera membawa mereka menuju lokasi guna memulai aktivitasnya yang akan dirasa panjang oleh Selena.

Tbc....

My Lady (1)

My LadyWhere stories live. Discover now