My Lady (4)

12 2 0
                                    

Maaf..
Typo bertebaran..

My Lady

Menatap mata teduhmu itu, sekarang menjadi bagian favoritku.

Hari ini sebagaimana yang dijanjikan Selena untuk dapat bertemu Gavin setelah mengiriminya pesan dua hari yang lalu. Selena menatap para modelnya yang sudah ia seleksi mencoba menyamakan kriteria yang ia sendiri belum yakin apakah sudah sesuai kriteria Gavin. Jumlah modelnya total ada 40 orang yang sekarang ada distudio besar itu. Bersama dengan Selena dan juga Helen yang sedang duduk disofa panjang menunggu sosok pria yang sedari tadi mereka tunggu. Samar Selena mendengar beberapa modelnya bergosip tentang seberapa tampan bos mereka. Suasana studio cukup ramai terlebih dengan adanya obrolan para model yang saat ini sedang duduk dilantai.

Suara decitan pintu terdorong membuat semua kepala yang ada diruang tersebut sontak menoleh. Mendapati sosok Gavin dengan setelah kerjanya hanya saja saat ini jas berwarna abu itu bertengger dilengan kiri Gavin. Pria itu sedikit tersenyum menatap semua orang disana. Sampai tatapannya terpatri pada sosok wanita anggun yang sudah bangkit berdiri dengan senyum manis- namun sedikit agak kaku. Gavin berjalan menuju Selena yang berada disofa putih gading. Sedikit meyungging senyum manisnya. Tangannya terulur.

"Apa kabar Selena?"

Selena terkekeh dan memyambut uluran tangan kokoh Gavin.
"Baik bapak Gavin yang terhormat," dengan nada bergurau.

Gavin terkekeh sesaat.
"Mari kita mulai."

Selena tersenyum, lalu berjalan kearah depan para modelnya yang langsung sigap berdiri. Mata Gavin menatapa dari arah kanan sampai kiri. Ia tersenyum sesaat. Sampai suara intrupsi Selena menyadarkannya.

"Jadi bagaimana? Apa mereka semua memenuhi standar perusahaan kalian?"

"Ya sangat memenuhi. Aku tak menyangka kau memiliki model cantik dan berbakat seperti mereka," puji Gavin.

"Kau bisa saja. Apakah jumlah mereka cukup. Mereka semua ada 40 orang."

"Aku rasa cukup."

"Baiklah sekarang kita coba lihat seberapa kemampuan mereka."

Selena memberi titah pada Gavin untuk mundur dan memberikan ruang pada para modelnya untuk mulai lenggak lenggok didepan mereka. Selena tersenyum melihat itu. Gavin menoleh kearah samping kirinya. Gavin terpaku menatap wanita yang tersenyum manis. Entah mengapa dadanya bergetar. Ini jarang terjadi Gavin yakini itu. Bahkan lama dirasa Gavin ia kembali terhenyuk menatap wanita seperti ini.

-MyLady-

Selena berjalan berdampingan dengan Gavin yang berada disisi kanannya. Mereka berjalan kearah luar gedung agensi Selena. Mengantar Gavin yang selama satu jam ini berada di gedung itu. Gavin tersenyum setiap melihat keramahan Selena tiap semua karyawan mereka menyapa Selena dan Gavin sepanjang jalan. Wanita yang lembut dan juga ramah. Mereka sampai di depan anak tangga pelataran gedung tersebut.

"Apa kau berniat makan siang?"

Selena terpaku mendengar penuturan Gavin. Ia masih meraba dari ucapan itu. Apakah ucapan itu terdengar seperti sebuah ajakan.

Gavin berdeham, membuat Selena terbangun dari lamunan.
"I-iya."

"Kalau begitu mari mungkin kita bisa makan siang bersama."

Selena terdiam nampak berpikir. Ia ragu mengingat mereka baru kenal. Dan tampak kesan pertama laki-laki itu sedikit dingin. Dan saat ini mendadak pria itu menjadi sedikit melembut. Dengan satu helaan napas Selena mengangguk. Saat mereka hendak berjalan kearah parkir depan Selena berhenti.

"Ada apa?"

"Aku lupa membawa tasku. Aku hanya membawa ponselku,"tunjuk Selena ponselnya yang berada digenggaman tangan kirinya.

Gavin terkekeh. "Tenang saja. Aku tidak akan menculikmu apalagi menyuruhmu membayar makanan kita. Aku yang traktir."

Sekali lagi Selena tersenyum kikuk dan melanjutkan perjalanan mereka. Keduanya berjalan beriringan sampai didepan mobil sport milik Gavin. Pria itu membukakan pintu penumpang untuk Selena. Selena mengangguk tersenyum.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan mengitari mereka. Keduanya tampak bungkam. Selena bungkam bingung ingin memulai percakapan mereka. Ia juga sedikit canggung dengan atmosfer yang tercipta diantara mereka. Sedangkan Gavin ia bungkam karena fokus menyetir. Sebenarnya ia juga merasakan hal sama dengan Selena. Bingung berkata apa. Sampai detik selanjutnya ponsel Selena berbunyi.

"Hallo?"

"Aku dijalan. Maaf tidak memberitahu."

"Bersama Gavin kami akan makan siang."

"Baiklah."

Telepon dimatikan. Selena merasa sosok disampingnya menoleh menatapnya.

"Siapa?"

"Helen asistenku. Ia bertanya aku dimana. Mungkin ia bingung aku belum izin padanya," jawab Selena sedikit terkekeh.

"Maaf ya aku memintamu tanpa beritahu Helen."

"Bukan salahmu. Lagipula aku yang ceroboh membuat orang panik."

Gavin tersenyum manis. Tepat setelah ia menoleh kearah depan lagi mobil mereka berhenti disebuah pelataran parkir sebuah restoran ternama dikota itu. Keduanya turun dan sama-sama berjalan menuju restoran tersebut.

Selama mereka sibuk mencari meja untuk mereka. Dan saat itu juga Gavin menangkap banyak pria yang melihat Selena dengan tatapan lapar ingin memangsa Selena saat itu juga. Gavin reflek mengaitkab tangannya kepinggang Selena posesif. Selena terperanjat merasa tangan kokoh nan hangat meraba pinggangnya. Selena reflek menoleh kearah sisi pria itu. Seakaan tahu isi kepala Selena, Gavin menyunggingkan senyum.

"Aku berusaha menyelamatkanmu dari tatapan memangsa para pria itu," bisik Gavin.

Mereka pun berjalan menuju meja pojok dengan tangan Gavin yang masih setia terpatri di pinggang Selena.

Selama menyantap makanan Selena sedikit gugup mengingat perlakuan Gavin tadi. Ia benar-benar berdebar serasa berlari menglilingi gedung kantornya seratus kali. Ia juga merasa sesak ingin menjerit tertahan dengan perlakuan Gavin. Ia tidak fokus dengan makanannya, sesekali ia menatap Gavin diam-diam. Tetapi yang ditatap tampak begitu datar seakan tidak ada kejadian apapun diantara mereka. Selena mendesah pelan.

Gavin sedari tadi mengatur air mukanya sedatar mungkin supaya tidak ketahuan bahwa saat ini jantung berdebar seakan bertemu hantu paling menyeramkan didunia ini. Bukan ia tidan tahu bahwa sedari tadi Selena menatapnya takut-takut. Ia sedikit tersenyum samar melihat itu. Sesungguhnya perlakuannya memeluk pinggang Selena selain reflek juga ia sangat mengingkannya juga jauh dilubuk hatinya. Katakan ia gila seperti ini bahkan sudah lama sekali rasanya ia tidak berperilaku seperti ini dihadapan perempuan, gugup. Ia seakan terhipnotis dengan Selena. Sehingga ia tidak menyadari setiap perlakuannya terhadap Selena. Seperi tersihir melakukan diluar akan sehatnya. Tolong jangan katakan bahwa ia mulai jatuh cinta kembali. Gavin sendiri kalut dengan perasaanya. Ia tidak mau secepat itu menetapkan isi hatinya. Ini masih terlalu samar baginya.

To be continue...

My Lady

My LadyDove le storie prendono vita. Scoprilo ora