11.

165K 11.2K 523
                                    

Gue mensyukuri otak cerdas gue yang sempat menaruh cincin pernikahan gue di atas meja rias gue sebelum berangkat tadi. Meskipun dalam keadaan panik dan kepepet karena telat gue tetap ingat hal sekrusial itu.

Ledekan yang terlontar dari temen sekelas gue gak lama, karena mereka semua penasaran sama reaksi Pak Arya dengan pertanyaan frontal Altan barusan.

"Iya, saya sudah menikah," jawab Pak Arya yang membuat sorak-sorai dalam kelas semakin riuh.

Gue deg-degan sekarang, takut dia ngebongkar semuanya. Tapi gue rasa dia cukup cerdas untuk tidak membongkar hal itu di hadapan teman-teman gue di saat dia udah bertingkah kaya tadi.

TAPI DIA KAN GAK BISA DI TEBAK JUGA! HHHHH GUE BINGUNG!

"Memangnya kenapa Altan? Kamu mau ngasih tiket honeymoon trip buat saya dan istri saya?" Tanya Pak Arya kalem tapi menusuk seperti biasa.

Gue merinding disaat dia ngomong kata 'istri saya' di depan umum. Rasanya ... aneh.

"Enggak pak enggak, saya cuma kasian sama temen saya yang ngarep sama bapak," jawab Altan terburu-buru sambil ngeliat ke arah gue.

Brengsek! Gue tau nih Altan pasti mau ngerjain gue.

Temen-temen gue udah nahan ketawa ngeliat gue yang udah ngasih tampang siap untuk nyekek Altan.

Gak ada yang gak tau tenntang kisah perbaikan nilai gue semester kemarin yang penuh perjuangan, makanya temen-temen gue suka ngeledekin gue sama Pak Arya.

"Ayo kita lanjut ke materi kuliah," kata Pak Arya, sementara Rara udah ngikik geli tanpa suara di samping gue.

"Pfffffttthh! Lo di tolak secara gak langsung tuh sama Pak Arya hahaha.." kata Rara yang gue tanggapi dengan memutar bola mata dengan malas.

Waktu terus berjalan sampai akhir jam kuliah yang di ajarkan suami gue ini. Gak banyak dosen yang memilih langsung mengajar di hari pertama masuk kuliah, dan suami gue termasuk ke dalam jajaran itu.

"Saya akan menunjuk satu orang yang akan menjadi sipen yang akan berkomunikasi dengan saya masalah tugas ataupun konfirmasi kehadiran, dan saya mau orang yang telat tadi yang menjadi sipen, siapa tadi?" kata Pak Arya yang membuat Rara menyenggol bahu gue.

Brengsek! Ngapain milih gue segala sih?!

"Inggit pak," jawab gue.

"Jam istirahat ke ruangan saya, ada materi yang saya ingin berikan untuk kamu share ke teman-teman,"

DI RUMAH KAN BISAAAAAA!!!!!!

*****

Gue lagi ada di kantin bersama teman-teman gue dan para pacar mereka plus Altan dan Hanif yang emang temen satu kelas gue sama Rara.

"Hari ini si inggit tumben banget pake telat segala, mana kocak lagi telatnya," kata Rara heboh sambil ketawa-tawa.

"Jam siapa emang?" Tanya Juna.

"Pak Arya," jawab Altan yang membuat yang lain menahan tawa mereka secara spontan.

"Dia ngegali kuburannya sediri tadi, pake ketauan bohong segala," kata Hanif sambil ngakak sambil megangin perutnya geli.

"Macet kan alasan yang bisa di pakai kapanpun dimanapun," kata gue memberi pembelaan.

"Lo lupa Pak Arya modelan macem apa? Kalo Prof. Esok yang lo gituin sih woles," kata Hanif.

"Lagian lo tumben-tumbenan git," kata iim.

"Alarm gue mati," dimatiin Pak Arya lebih tepatnya.

"Rusak? Mau aku beliin yang baru?" Tanya Kara.

"Enggak usah yang, aku lupa ngesetting doang kok semalem," kata gue.

"Yaudah besok pagi aku telepon ya biar gak kesiangan," kata Kara yang gue jawab dengan anggukan.

"Gemes gue ama lo berdua, kapan nikah?" Tanya Yuda.

"Masih jauh lah yut, kita kan gak kaya lo yang dijodoh-jodohin segala," jawab Kara yang membuat gue meringis dalam hati.

"Oh iya, ngomong-ngomong nikah, Pak Arya udah nikah loh ternyata." Kata Altan memulai bahan gosip kali ini.

"Serius lo anjir?!" Tanya Calvin gak percaya.

"Iya anjir, ada cincin di jari manisnya sekarang, semester lalu kan belum!" Kata Hanif gak kalah heboh.

"Git, lo kan yang sering berhubungan sama si bapak tuh akhir semester kemarin, dia udah pake cincin emang?" Tanya Joana yang gue jawab dengan gelengan.

Gue yang masangin cincin itu Jo, sebulan yang lalu pas kita liburan... batin gue nelangsa.

"Yaelah heboh amat Pak Arya nikah, tandanya bagus dong dia udah nemu jodoh, siapa tau kadar kekillerannya berkurang," kata Kara.

"Enggak!" Jawab gue spontan.

Nikah gak membuat dia berubah sama sekali.

"Si inggit masih dendam tuh dijadiin sipen makanya begitu," kata Altan sambil ketawa-tawa gak jelas sama Hanif disebelahnya.

"Ngomong-ngomong soal Pak Arya, bukannya lo di suruh ke ruangannya ya git pas istirahat?"

"Oh iya! Mampus gue! Jam istirahat udah mau kelar!"

[Sudah Terbit] My Lecturer, My HusbandWhere stories live. Discover now