part 1

103 1 0
                                    

Matahari mulai menunjukan sinar jingga lembutnya diatas kepalaku, angin berhembus dari timur melawan arah langkahku, rambut panjangku tersentak kebelakang meskipun aku mengikatnya, membuatnya seakan melambai lembut dengan sendirinya. Terasa berat sekali beban sepatuku, hanya melangkah saja rasanya begitu lamban, seharusnya ku kumpulkan semangatku di sekolah baru ini, setidaknya untuk sampai siang nanti. Ku lirik ke setiap sudut mataku, sekolah ini memang megah dan mewah, dan aku yakin biayanya pun setinggi langit. Rasanya pagi ini aku telah dikirim kesuatu planet asing, didalamnya dihuni ratusan alien pemakan bola mata manusia, menjijikan rasanya. Ku lihat surat kepindahanku, ternyata aku ditempatkan di kelas 2-2, dimana itu? Rasanya tak mungkin aku mencarinya sendiri, sekolah ini terlalu luas untukku jajahi satu persatu. Ku lihat 3 wanita yang memakai pita besar dikepalanya membuatnya terlihat seperti bingkisan hadiah dan ku rasa mereka adalah penguasa tempat yang akan ku singgahi ini, tatap mata mereka yang tajam melesat tepat dikornea mataku seakan elang yang akan memangsa anak ayam yang tersesat, ku tundukkan kepala ku, ku rasa ini yang harus ku lakukan entah apa yang akan mereka lakukan padaku...

"Veah, kamu sekolah disini?" tiba-tiba suara nyaring mengejutkanku dari belakang, dan ternyata dia adalah Danniel teman semasa kecilku dulu di LA. Lalu tadi apa? Apa itu hanya khayalan ku saja? Ah sial rasanya terlalu pagi untuk membayangkan hal mengerikan seperti itu.

" Daniel? Apa itu kau?" Aku tidak menyangka akan menemukan sesosok makhluk sepertiku di lingkungan seperti ini.

"huh, ku pikir kau siapa. Iya aku dipindahkan kesini karena kepindahan ayahku bekerja" sahutku dengan rasa lega. Syukurlah, setidaknya aku punya satu orang yang aku kenal diplanet ini.

"oh ya ya aku mengerti. Ada yang bisa aku bantu? Ku rasa kau sedang mencari kelas barumu ya?" tanya nya yang so tau, namun memang benar adanya.

"oh iya, aku ditempatkan dikelas 2-2, bisa kau bantu aku menemukannya?" pintaku memelas.

"Oh My God, you're my classmate. So come on, I will show you" ajaknya sambil menarik keras tanganku.

Setelah sampai didepan ruangan yang aku kira ini kelas yang akan aku tempati selama 2 tahun kedepan, ku harap alien didalam sana tidak menyukai daging dan tulangku.

"here is it, kau boleh masuk." Ajaknya begitu bersemangat.

"no thanks, biar nanti saja aku masuk bersama guru. Terimaksih Daniel " jawabku malu.

"oh ok fine, aku masuk dulu ya. Bye " sahutnya melambaikan tangan kearahku.

Oh tuhan, apa yang akan ku katakan nanti saat perkenalan didepan kelas, rasanya terlalu formal melakukan hal seperti itu, seharusnya tadi aku ikut masuk kelas bersama Daniel tanpa harus menolaknya.

"Oliveah, ayo masuk!" suaranya mengejutkan lamunanku sesaat, dia adalah Guru John yang mungkin akan jadi wali kelasku sekarang. Aku mengangguk dan membuntutinya masuk kelas.

"Good Morning, we have a new student now. So she'll introduce herself to you. Oliveah, ayo masuk nak!" perintahnya menyuruhku masuk kelas.

Ketika ku langkahkan kakiku masuk kedalam kelas yang begitu ramai, semua mata menuju padaku, ku lihat hanya Danniel yang tersenyum padaku. Suasana kelas yang tadinya ramai berubah jadi sunyi, dan aku mulai memperkenalkan diri.

"euu.. Hallo, I'm Oliveah Kiana. Saya murid baru pindahan dari Pranch, saya harap kita bisa berteman dengan baik. Thanks." Ucapku sedikit agak gugup.

"oke, Anggel kamu bisa duduk disebelah Danniel. Danniel beri dia tempat! Silahkan." Guru John mempersilahkanku untuk segera duduk.

Saat aku menuju ke tempat dudukku, ada beberapa siswi yang mulai berbisik menoleh kearahku, ya ya ya aku tau ini dia resiko anak pindahan yang benar-benar terasingkan.

"hey, what did you feel? kau terlihat sangat gugup tadi" bisiknya sambil tertawa.

"bagaimana kata-kataku tadi? Apa terlalu cuek?" tanyaku balik berbisik.

"uh, itu sangat simple dan tidak berlebihan, aku suka." Daniel mengacungkan jempolnya.

"hey, tapi kau harus tetap membantuku beradaptasi disini, oke?" pintaku dengan sedikit nada dinaikan, Daniel tertawa dan menganggukan kepalanya.

Remember WhenWhere stories live. Discover now