Chapter 15

4K 125 5
                                    

Sudah 2 hari Marchella belum juga membuka kelopak matanya, Fino juga tak paham mengapa gadis itu masih nyaman dengan istirahatnya yang cukup lama. Padahal kondisi gadis itu sangat stabil. Saat ini Gavin yang menemani Marchella.

"Chell... Kenapa belum sadar?" Taya Gavin frustasi.

"Apa harus Kevin yang datang ke sini, biar lo sadar?"

Gavin mencoba untuk menyentuh tangan Marchella yang bebas dari infus. Belum sempat ia menyentuh, jari Marchella bergerak dengan perlahan, seakan mencari pegangan untuk membantunya. Gavin dengan cepat menggenggam tangan Marchella, memberikan kehangatan kepada gadis itu.

Perlahan tapi pasti, Marchella membuka kelopak matanya dan menyesuaikan cahaya yang menerangi indra pengelihatannya. Gavin yang melihat hal tersebut dengan penuh harap menatap Marchella.

"Chell..." Panggilnya lembut.

Marchella mengerjapkan matanya dan menengok ke sumber suara. Menatap Gavin dengan tatapan yang sulit diartikan. Air matanya meluruh tanpa komando, Marchella menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya bergetar menandakan ia menangis, tidak ada isakan yang menyertai. Ia sendiri pun tidak mengerti mengapa dadanya terasa sangat sakit, ia merasa seperti ada yang menusuknya.

"Lo kenapa?" tanya Gavin seraya menyentuh pundak gadis itu.

Gavin mengelus kepala Marchella, mencoba memberi ketenangan. Tetapi Marchella belum juga meredakan tangisnya. Gavin membantu marchella untuk duduk, dengan perlahan Gavin memeluk Marchella dengan erat. gadis itu membalas pelukan Gavin tak kalah erat, ia meremas baju Gavin dengan kuat. Marchella takut, sangat takut.

"Chell lo kenapa? Kalau kayak gini, gue gak tau harus ngapain." ujar gavin panik saat tangis gadis itu tak kunjung reda.

Marchella menggelengkan kepalanya, dan membenamkan wajahnya di pundak Gavin. "Gue takut..." gumamnya nyaris tak terdengar.

"Takut kenapa Chell?" Tanya Gavin.

"Pergi..." jawabnya lagi.

Gavin membeku di tempatnya, Marchella saja sudah hampir menyerah dengan dirinya sendiri. Gavin juga takut kehilangan gadis yang berada di pelukannya ini. Ia ingin sekali melarang Marchella untuk melakukan operasi itu, Gavin ingin pergi dari gadis itu, ia tak ingin menambah lukanya sendiri. Tapi ia merasa harus selalu berada di sisi Marchella. Gavin melepaskan tangannya dari Marchella, membuat gadis itu juga melonggarkan pelukannya.

"Kalau lo belum siap sama apapun keadaan gue nanti, lo bisa pergi sekarang Vin. Belum terlalu jauh lo melangkah, gue tau lo sakit hati karena gue." ujar Marchella lembut.

Perlahan-lahan Marchella melepas pelukannya dari tubuh Gavin, dan menatap mata cowok itu yang juga menatapnya dalam.

"Lo bisa pergi dari hidup gue Vin. Lo bisa balik lagi saat gue udah sembuh, gue gak mau Lo tersiksa karena gue..." Lanjutnya.

"Chell..."

Marchella melepas tangan Gavin yang masih menggenggamnya. Gadis itu tersenyum menatap Gavin yang tak melepaskan tatapannya dari wajahnya. Marchella menyentuh wajah Gavin dari dahi, hidung, pipi, bibir, dan dagu cowok itu. Ia akan merindukan semua perlakuan Gavin padanya.

"Chell, gue cinta sama lo." Ujar Gavin saat Marchella masih menyusuri wajahnya.

Gadis itu terdiam cukup lama mendengar pernyataan Gavin yang begitu tiba-tiba. "Maaf, gue masih cinta sama Kevin..." Ujar Marchella.

Gavin tau hal ini akan terjadi, ia tau Marchella masih menyimpan rasa dengan Kevin, begitupun juga dengan Kevin. Hanya saja, mereka dikalahkan oleh ego masing-masing.

LOVE AND BROKEN Where stories live. Discover now