Masih Tentang Raya

1.4K 176 22
                                    

Dua hari setelah pertemuan singkatnya dengan Raya di kampus hari itu, Mondy belum juga bisa bertemu lagi dengan gadisnya itu hingga detik ini. Entah dimana dia berada kini. Jangankan bertemu, kabarnya saja ia tidak tahu. Suara serak yang menjadi ciri khas Raya pun tidak bisa didengarnya. Untuk kesekian kalinya, cowok itu kehilangan jejak Raya. Tak ada satupun petunjuk yang dapat ia jadikan sebagai alat untuk mengayun langkah menyisir setiap sisi agar bisa menemukan keberadaan gadis berambut panjang itu. Kedua orangtua yang ia harapkan bisa memberikan setitik cahaya penerang jalan pencariannya, justru tidak bersedia memberikan itu. Amarah mereka belum hilang. Masih bercokol kokoh tanpa ada sedikitpun celah bagi Mondy untuk mengetuknya.

Melamun menjadi hal favorit yang ia lakukan untuk mengisi hari-hari kosongnya tanpa Raya. Karena hanya dengan hal itu, ia bisa kembali mengingat satu per satu kenangan manis yang pernah dilewatinya bersama si ratu sirkuit itu. Sesekali kedua sudut bibirnya tertarik mana kala kejadian-kejadian lucu nan romantis melintas manis dalam benaknya. Namun tak jarang, wajahnya berubah menjadi murung saat ia mengingat kembali hal-hal menyakitkan yang pernah ia lakukan pada gadis itu.

Ray, aku kangen sama kamu. Lirih batinnya bersuara.

Hari-hari Mondy yang memprihatinkan itu tak luput dari penglihatan sahabat-sahabatnya. Iyan, Haikal, Cindy, dan juga Cinta merasa iba pada keadaan Mondy saat ini. Belum pernah mereka melihat cowok tampan itu sekacau ini. Dulu mereka pernah putus karena hubungan Abah Raya dan mamanya Mondy. Tapi saat itu, Mondy tidak sekalut ini. Ia hancur. Ia sedih. Tapi tidak sehancur dan sesedih ini. Kali ini berbeda. Kali ini kehancuran dan kesedihan Mondy berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan waktu itu.

"Mon." sapa Iyan sambil menepuk bahu kanan Mondy yang tengah duduk bersandar di bawah pohon yang tumbuh di area taman kampus.

Sapaan itu berhasil membangunkan Mondy dari lamunan panjangnya. Entah sejak kapan ia berada di tempat ini. Senyuman tipis ia berikan untuk menyambut sapaan dari sahabatnya itu.

"Kalian ngapain disini?" tanyanya kemudian.

"Harusnya kita yang nanya, lo ngapain sendirian disini?" tanya Iyan.

"Iya Mon, lo ngapain sih sendirian disini? Kalau lo menyendiri terus, yang ada lo makin galau." imbuh Haikal.

Saat Mondy ingin menjawab pertanyaan dari kedua sahabatnya itu, tiba-tiba saja handphone dalam saku jaketnya berdering, tanda adanya sebuah panggilan masuk. Ia merogoh saku jaket untuk mengambil ponselnya. Sebuah nomor tanpa identitas tertulis di layar ponselnya. Membuat keningnya berkerut dan raut wajahnya berubah.

"Siapa Mon?" tanya Haikal.

"Nggak tahu, gue nggak kenal nomornya." jawab Mondy.

"Angkat aja, siapa tahu dari Raya." celetuk Cindy.

Mendengar celetukan Cindy membuat jempol Mondy segera menggeser tombol warna hijau dalam ponsel layar sentuhnya.

"Halo, ini siapa?"

"Halo Mon, ini gue Gino."

"Gino?" ulang Mondy seraya menatap sahabat-sahabatnya satu per satu.

"Iya. Mon, gue pengin ketemu sama lo. Sepulang ngampus lo nggak ada acara kan?"

"Nggak ada. Mau ketemu dimana?"

"Gimana kalau di warung babe aja? Sekalian gue mau minta maaf sama anak AJ yang lain. Bisa kan?"

"Oke, nanti sepulang ngampus gue kesana."

"Oke. Sampai ketemu nanti."

Beep

"Ada apa Mon?" tanya Iyan.

CINTA MATIWhere stories live. Discover now