18 - Accident

1.6K 202 4
                                    

Gue melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kiri gue, jarum menunjukkan pukul 7pm menandakan gue udah menunggu selama kurang lebih satu jam.

Gila itu anak ngaretnya kebangetan

"Lo ngga jadi pergi, Cel? Keburu kemaleman nanti ngga dikasih izin Mama." Ujar Algi membuyarkan lamunan gue.

Gue mendongak, menatap Algi yang berdiri dihadapan gue secara langsung.

"Jadi, kejebak macet kali." Balas gue.

Algi mengangguk mengerti sembari berbalik kembali ke kamarnya meninggalkan gue yang sibuk mengotak-atik ponsel untuk menghubungi seseorang yang dari satu jam yang lalu gue tunggu.

To : Adrian
Yan, lo ngga lupa kalo
kita ada janji kan?

Iya, seseorang yang gue tunggu adalah Adrian. Seseorang yang selalu ada disaat-saat terpuruk gue setelah beberapa hari berusaha menjauhi Calum.

Ngga, gue ngga membenci Calum.

Tapi, gue orang yang bakal sulit mempercayai kembali kalo udah dibohongi.

Dan Calum udah merusak kepercayaan gue.

Akhirnya, gue lebih memilih menjauh.

Mengabaikan semua telfonnya.

Mengabaikan semua pesannya.

Bahkan, gue selalu mengabaikan kehadirannya.

Gue selalu berpesan ke nyokap bahkan ke kakak-kakak gue untuk ngga mempertemukan gue dengan Calum, bahkan gue juga menghindar dari teman-temannya.

Gue menghindari Michael.

Gue mengabaikan Luke.

Gue menjauhi Ashton.

Semuanya gue lakuin untuk memperbaiki hati gue yang terlanjur patah.

Biarlah gue memperbaiki kepingannya sendiri, lebih baik melukai tangan sendiri daripada melukai tangan orang lain kan?

Gue ngga mau orang lain berkorban banyak ke gue.

Gue ngga mau terlalu menggantungkan hati gue ke orang lain.

Intinya, gue ngga mau menjadi korban untuk yang kedua kalinya.

Dan disaat itu semua terjadi, ada seseorang yang begitu memaksa untuk membantu gue memunguti kepingan hati gue.

Ada seseorang yang rela menyusun kembali pecahan hati gue walaupun tau tangannya akan terluka.

Ada seseorang yang rela menjadi tempat sementara bagi hati gue yang rapuh.

Karena, mau bagaimanapun tempat yang hati gue inginin cuma Calum.

Mau seberapa besar seseorang itu berkorban, yang terukir dihati gue cuma Calum.

"Sialan," umpat gue begitu semakin banyak argumen-argumen mengenai Calum yang memenuhi benak gue.

"Seneng banget ya ngomong kasar," seseorang berujar sembari mengistirahatkan dagunya dibahu kanan gue.

Anak Band ⚡️ cthood✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang